• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Minat Belajar 1. Pengertian Minat

Menurut Belly (2006:4), minat adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya. Selanjutnya menurut Bob dan Anwar (1983:210) yang berpendapat bahwa minat adalah keadaan emosi yang ditujukan kepada sesuatu. Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan minat ialah keinginan seseorang setelah melihat dan mengamati sesuatu.

Sukardi (1987: 25) berpendapat bahwa minat belajar adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas dan kecenderungan-kecenderungan lain yang biasa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Minat sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar mengajar karena dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sardiman (1986: 93) yang menyatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan lancar kalau disertai dengan minat.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat belajar seseorang tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah sehingga perlu diarahkan dan dikembangkan kepada sesuatu pilihan yang telah ditentukan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi minat itu.

a. Faktor intern adalah sama yang ada pada diri seseorang baik jasmani maupun rohani, fisik maupun psikhis.

b. Faktor ekstern adalah semua faktor yang ada diluar individu: keluarga, masyarakat dan sekolah.

3. Cara Membangkitkan Minat Siswa

Menurut Campbell (dalam Sofyan,2004:9) usaha yang dapat dilakukan untuk membina minat anak agar menjadi lebih produktif dan efektif antara lain sebagai berikut:

a. Memperkaya ide atau gagasan.

b. Memberikan hadiah yang merangsang. c. Berkenalan dengan orang-orang yang kreatif.

d. Petualangan dalam arti berpetualangan ke alam sekeliling secara sehat.

e. Mengembangkan fantasi. f. Melatih sikap positif.

Pendapat lain dikemukakan oleh Olson (dalam Samosir, 1992:112) yang mengatakan bahwa untuk memupuk dan meningkatkan minat belajar anak dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Perubahan dalam lingkungan, kontak, bacaan, hobi dan olahraga, pergi berlibur ke lokasi yang berbeda-beda. Mengikuti pertemuan yang dihadiri oleh orang-orang yang harus dikenal, membaca artikel yang belum pernah dibaca dan membawa hobi dan olahraga yang beraneka ragam, hal ini akan membuat lebih berminat.

b. Latihan dan praktek sederhana dengan cara memikirkan pemecahan-pemecahan masalah khusus agar menjadi lebih berminat dalam memecahkan persoalan-persoalan.

c. Membuat orang lain supaya lebih mengembangkan diri sendiri. 4. Indikator Minat Belajar

Minat seseorang terhadap sesuatu diekspresikan melalui kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya. Seperti halnya pendapat yang diungkapkan Witherington (dalam Buchori, 1991: 135) bahwa minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu objek, seseorang, atau suatu situasi yang bersangkutan dengan dirinya. Minat harus dipandang sebagai suatu reaksi yang sadar dan kesadaran itu disusul dengan meningkatnya perhatian terhadap suatu objek. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa minat dicirikan dengan rasa lebih suka, rasa tertarik atau rasa senang, adanya perhatian, adanya aktivitas yang merupakan akibat dari rasa senang dan perhatian.

Selain itu Djamarah (2008: 132) mengungkapkan bahwa minat dapat diekspresikan anak didik melalui:

a. Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lain. b. Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang diminati

c. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap suatu yang diminatinya, tanpa menghiraukan yang lain.

Sementara Rasyid (2010: 31) merumuskan indikator tentang minat belajar sebagai berikut:

a. Bergairah untuk belajar. Kegairahan dan inisiatif lebih dapat diwujudkan dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk menguasai materi dan tidak merasa lelah dan putus asa dalam mengembangkan pengetahuan, selalu bersemangat, atau bergembira dalam mengerjakan tugas ataupun soal yang berkaitan dengan pelajaran yang diberikan guru di sekolah.

b. Tertarik pada pelajaran. Ketertarikan terhadap pelajaran dapat ditandai dengan adanya respon dan tanggapan siswa, rasa ingin tahu, membuat catatan yang lengkap, selalu membaca bahan pelajaran, dan lain-lain.

c. Tertarik pada guru. Ketertarikan pada guru dapat dicontohkan melalui tidak terlambat mengikuti pelajaran, sedih bila guru tidak masuk atau terlambat, dan memperhatikan guru.

d. Mempunyai inisiatif untuk belajar, sebagai contoh serius mengikuti pelajaran, memikirkan materi saat proses belajar, berusaha belajar sendiri, selalu membaca bahan pelajaran, mengerjakan latihan maupun soal yang berkaitan dengan materi.

e. Kesegaran dalam belajar. f. Konsentrasi dalam belajar. g. Teliti dalam belajar.

h. Punya kemauan dalam belajar, dan i. Ulet dalam belajar.

Selain Rasyid, Slameto (2010: 57) juga berpendapat bahwa siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus. b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterkaitan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

d. Lebih menyukai suatu hal yang meliputi minatnya daripada yang lainnya.

e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas kegiatan. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan indikator 8 yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: menunjukkan minat terhadap pelajaran, mempunyai inisiatif untuk belajar, ulet dalam menyelesaikan persoalan belajar, berkonsentrasi dalam belajar, perasaan setelah belajar, mempunyai antusias yang tinggi dalam belajar, tertarik pada mata pelajaran (sikap), serta keinginan kuat untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi

Menurut Sardiman (1986: 75) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh objek belajar itu dapat percapai. Selanjutnya menurut Donald (dalam Hamalik, 2008: 158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Hal serupa juga dikemukakan Yamin (2003: 80) bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan, pengalaman.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat dikatakan motivasi dapat mendorong dan menggerakkan minat belajar untuk mencapai suatu tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi, kedudukan, dan pemecahan masalah. Demikian juga dalam belajar, prestasi siswa akan lebih baik bila siswa memiliki dorongan motivasi untuk berhasil dibandingkan dengan siswa yang sama sekali tidak memiliki motivasi untuk berhasil.

2. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Nasution (1982: 77) motivasi memiliki 3 fungsi, yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat.

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah yang hendak dicapai atau tujuan yang ingin diraih.

c. Menyeleksi perbuatan yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dengan kata lain, dengan motivasi seseorang akan dapat memilah tindakan yang bermanfaat untuk mencapai tujuan dan akan meninggalkan tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan itu.

Seseorang akan melakukan suatu usaha karena adanya motivasi atau dorongan. Motivasi yang lebih baik dalam belajar akan menghasilkan hasil

yang baik, dengan kata lain usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi akan menghasilkan prestasi yang baik. Hal tersebut juga disampaikan oleh Clelland dan Atkinson (dalam Esti, 1989: 161) yang berpendapat bahwa motivasi yang paling penting untuk psikologis pendidikan adalah motivasi berprestasi. Hal itu dikarenakan seseorang cenderung untuk berjuang mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Secara umum Prayitno (1989: 10) mengatakan motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, diantaranya:

a. Motivasi Intrinsik

Prayitno (1989: 11) mengatakan bahwa motivasi intrinsik merupakan keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri individu. Pendapat lain tentang motivasi dikemukakan oleh Thornburgh (dalam Prayitno, 1989: 10) yang berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak disebabkan adanya faktor pendorong dari dalam diri sendiri. Dari definisi ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik yaitu dorongan dari dalam individu yang dapat menggerakkan individu tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Motivasi Ekstrinsik

Sadirman (1990: 90) memberikan definisi motivasi ekstinsik sebagai motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsi karena ada perangsangan dari luar. Perangsangan dari luar tersebut yang dimaksud adalah pengaruh dari luar yang relatif berubah-ubah.

Sardiman (1990: 90) juga mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Dari pendapat Sadirman tersebut dapat dikatakan siswa yang bermotivasi intrinsik melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan tujuan belajar, melainkan ingin mendapatkan pujian, hadiah, sanjungan, dan sebagainya. 4. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar

Menurut Nasution (1982: 81) ada beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar, antara lain:

a. Memberi Angka

Banyak siswa belajar untuk mencapai angka yang baik, sehingga biasanya yang dikejar oleh siswa dalam belajar adalah nilai atau angka. Oleh karena itu, langkah yang dapat ditempuh guru adalah bagaimana cara memberi angka-angka dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap materi yang diajarkan. b. Memberi Hadiah

Hadiah dapat membangkitkan motivasi belajar siswa apabila dia memiliki tujuan untuk memperolehnya. Sebagai contoh seorang siswa akan giat melakukan kegiatan belajar agar prestasinya baik dan kemudian akan mendapatkan beasiswa. Dengan kata lain dia memiliki motivasi belajar untuk mendapatkan beasiswa.

c. Hasrat untuk Belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan pada diri anak didik sehingga hasilnya akan lebih baik pula.

d. Mengetahui Hasil

Dengan mengetahui hasil belajar yang selama ini dikerjakan, maka akan bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat.

e. Memberikan Pujian

Pujian yang diberikan guru dalam belajar siswa dapat memberikan motivasi bagi siswa tersebut.

f. Menumbuhkan Minat Belajar

Siswa akan merasa senang memperoleh materi pelajaran jika disertai dengan minat terhadap mata pelajaran tersebut.

g. Suasana yang Menyenangkan

Siswa akan merasa senang terhadap pelajaran yang sedang berlangsung apabila pembelajaran tersebut disertai dengan suasana yang menyenangkan. Suasana menyenangkan dalam proses belajar mengajar tersebut dapat lebih memotivasi siswa mengikuti kegiatan demi kegiatan dalam pembelajaran.

Cara membangkitkan motivasi belajar menurut Nasution tersebut dapat dijadikan referensi guru untuk lebih memotivasi siswanya dalam belajar. Siswa yang termotivasi dalam belajar akan berusaha untuk mengikuti setiap aktivitas dalam pembelajaran yang dilaksanakan.

5. Indikator Motivasi Belajar

Motivasi yang ada pada diri setiap orang pada dasarnya dapat diketahui dengan ciri-ciri atau indikasi-indikasi motivasi. Menurut Uno (2008), indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. (b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. (c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. (d) Adanya penghargaan dalam belajar. (e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. (f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Sedangkan menurut Sardiman (1992: 81), ada beberapa ciri-ciri bahwa siswa mempunyai motivasi yaitu sebagai berikut: (1) Tekun menghadapi tugas. (2) Ulet menghadapi kesulitan. (3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. (4) Lebih senang bekerja mandiri. (5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. (6) Dapat mempertahankan pendapatnya. (7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. (8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Dari kedua pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan 7 indikator motivasi yaitu: (a) Adanya hasrat untuk berhasil. (b) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. (c) Lebih senang bekerja mandiri. (d) Ketertarikan dalam belajar. (e) Dorongan dalam belajar. (f) Senang mencari dan memecahkan masalah. (g) Ulet menghadapi kesulitan.

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Penilaian terhadap hasil belajar siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai sasaran belajar. Hasil evaluasi atau penilaian terhadap pencapaian belajar siswa disebut prestasi belajar. Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu “prestasi” dan “belajar”. Prestasi (Depdikbud, 2002: 895) adalah hasil yang telah dicapai. Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).

Pengertian prestasi belajar menurut Winkel (1997: 168) adalah proses belajar yang dialami oleh siswa dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengatahuan dan pemahaman, nilai, sikap, dan keterampilan. Sementara Marsun dan Martaniah (dalam Tjundjing, 2000: 71), prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan dan diikuti perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilaksanakannya penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Prestasi belajar juga berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman belajar. Belajar sendiri mempunyai tujuan untuk mengubah tingkah laku siswa sehingga diperoleh kecakapan baru. Hal tersebut seperti yang dikatakan Sukirin (1978: 36) yang berpandangan

bahwa dengan belajar perilaku siswa dalam merespon menjadi baik sebaliknya jika ia tidak belajar maka responnya tidak baik.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat dirumuskan bahwa prestasi belajar adalah suatu proses kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi secara aktif untuk memperoleh pengetahuan sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Shertzer dan Stone (dalam Winkle, 1997: 591) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar faktor ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor fisiologis, adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan.

b. Faktor psikologis, faktor ini berhubungan erat dengan intelegensi, sikap, motivasi, dan minat yang timbul dari dalam siswa itu sendiri.

2) Faktor Eksternal

Selain faktor dari dalam, ada hal lain di luar diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

a. Faktor lingkungan keluarga antara lain sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, perhatian dari orang tua, suasana hubungan antara keluarga, dll.

b. Faktor lingkungan sekolah antara lain sarana prasarana, kompetensi guru, kurikulum dan metode belajar.

c. Faktor lingkungan masyarakat antara lain sosial budaya, partisipasi masyarakat pada pendidikan, dll.

Hal berbeda diungkapkan oleh Syah (2001: 132) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.

c. Faktor internal

Faktor internal berasal dari dalam individu yang meliputi faktor atau jasmani dan faktor mental psikologis. Faktor fisik misalnya keadaan badan lemah/ sakit/ kurang fit dan sebagainya. Sedang faktor mental psikologis meliputi kecerdasan/ intelegensi, minat, konsentrasi, ingatan, dorongan, rasa ingin tahu, dan sebagainya.

d. Faktor eksternal

Faktor ini berasal dari luar individu yang belajar, meliputi faktor alam, lingkungan, masyarakat, lingkungan sekolah, dan sarana prasarana.

e. Faktor pendekatan belajar

Aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai siswa. Faktor pendekatan belajar

merupakan suatu upaya belajar siswa yang menggunakan strategi dan metode belajar. Strategi dan metode belajar digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa. Dengan demikian, semakin mendalam cara belajar siswa dengan menggunakan strategi dan metode belajar maka prestasi yang diperoleh siswa akan semakin baik.

D. Karakteristik Pembelajaran IPA yang Efektif

Pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan dan dengan menggunakan pendekatan atau metode apapun harus benar-benar efektif. Dalam buku Kegiatan Belajar mengajar yang Efektif (Depdiknas, 2003:5-6) pembelajaran yang efektif secara umum diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan potensi siswa (peserta didik) serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran yang efektif merupakan kegiatan belajar mengajar yang mengikutsertakan kemampuan untuk mencapai kompetensi masing-masing peeserta didik. Akan lebih baik jika guru merancang pembelajaran IPA di sekolah dasar memperhatikan tujuh ciri utama pembelajaran yang efektif yang memberdayakan potensi siswa. Menurut buku Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif (Depdiknas, 2003: 7), tujuh ciri itu adalah:

Pertama, berpijak pada prinsip konstruktifisme. Pembelajaran beranjak dari pemikiran guru yang memandang bahwa belajar bukanlah proses siswa menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru, melainkan sebagai

proses siswa membangun pemahaman terhadap informasi atau pengalaman. Proses tersebut dapat dilakukan individu maupun kelompok.

Kedua, berpusat pada siswa. Siswa memiliki perbedaan dalam hal minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Sebagai contoh siswa A akan lebih mudah belajar dengan mendengar-membaca. Siswa B akan lebih mudah belajar dengan melihat. Dan siswa C belajar dengan cara langsung memperagakannya. Oleh karena itu kegiatan belajar, materi belajar, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian setiap siswa harus beragam sesuai dengan karakteristik siswa. Pembelajaran perlu menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Artinya pembelajaran memperhatikan bakat, minat, kemampuan, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa, agar siswa mengembangkan potensinya secara optimal.

Ketiga, belajar dengan mengalami. Pembelajaran perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, semua siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman inderawi yang memungkinkan mereka memperoleh informasi dari melihat, mendengar, meraba, merasa, dan mencium. Namun, beberapa topik tidak mungkin disediakan dengan pengalaman nyata sehingga guru dapat menggantikannya dengan model atau alat peraga.

Keempat, mengembangkan keterampilan sosial, kognitif dan emosional. Membangun pemahaman siswa akan lebih mudah melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya tukar informasi maupun perbaikan dalam hal pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Pembelajaran perlu mendorong siswa

mengkomunikasikan gagasan hasil temuannya terhadap siswa lain ataupun guru. Dengan demikian, pembelajaran dapat membuat siswa berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan menghargai perbedaan dengan siswa lain.

Kelima, mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar untuk peka, kritis, mandiri, dan kreatif. Sementara, fitrah ber-Tuhan merupakan cara bertaqwa kepada Tuhan. Pembelajaran perlu memperhatikan ketiga aspek ini agar menjadi wahana untuk mengoptimalkan ketiga aspek tersebut.

Keenam, belajar sepanjang hayat. Siswa memerlukan belajar sepanjang hayat agar bisa bertahan hidup dan berhasil menjalani proses kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran perlu membekali siswa dengan keterampilan belajar, yang meliputi pengembangan rasa percaya diri, keingintahuan, kemampuan memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama supaya mendorong dirinya untuk senantiasa belajar, baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar kelas.

Ketujuh, perpaduan kemandirian dan kerjasama. Siswa perlu berkompetisi, bekerja sama dan mengambangkan solidaritasnya. Pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.

Dalam menyelenggarakan pembelajaran IPA dengan pendekatan dan metode apapun, guru harus tetap pro aktif sebagai fasilitator, dan memonitor seberapa besar kadar pemahaman siswa, seberapa besar keterampilan dan sikap ilmiah yang dapat dikembangkan , dan sejauh mana konsep IPA dikuasai dan diimplementasikan siswa. Jika semua itu tercapai secara optimal maka dapat

dipastikan bahwa pembelajaran IPA yang diselenggarakan guru adalah pembelajaran yang efektif.

E. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Hal tersebut mengacu pada tahapan perkembangan anak. Anak sekolah dasar berada pada 2 masa perkembangan yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9) dan masa kanak-kanak akhir (10-12). Izzaty, dkk (2008:116) menyebutkan masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

1. Masa kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun – 9/10 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar. 2. Masa kelas tinggi sekolah dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun

– 12/13 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 4, 5, dan 6 sekolah dasar. Izzaty, dkk (2008: 116) menyebutkan bahwa ciri-ciri khas siswa masa kelas rendah sekolah dasar adalah: 1) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. 2) Suka memuji diri sendiri. 3) Kalau tidak dapat menyelesaikkan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting. 4) Suka membandingkan dirinya dengan siswa lain, jika hal itu menguntungkan dirinya. 5) Suka meremehkan orang lain.

Izzati dkk (2008: 116) juga menyebutkan bahwa ciri-ciri khas siswa kelas tinggi sekolah dasar yaitu: 1) Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. 2) Ingin tahu, realistis, dan ingin belajar. 3) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

Piaget (dalam Bybee dan Sund, 1982) siswa kelas IV SD berada pada tahap perembangan operasional konkret. Dia mengatakan interaksi anak kelas IV sekolah dasar dengan lingkungannya sudah semakin berkembang. Cara berpikir anak masih bersifat konkret menyebabkan mereka belum mampu menangkap sesuatu yang abstrak atau dengan kata lain belum mampu mengabstraksi sesuatu yang konkret. Sebagai contoh ketika anak kelas IV belajar hasil bumi di Indonesia seperti timah, batu bara, dan batu marmer, mereka memerlukan alat bantu seperti gambar contoh timah, batubara, dan batu marmer untuk mempermudah pemahaman dan memiliki gambaran yang sebenarnya tentang materi yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, karakteristik perkembangan siswa kelas IV SD berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap itu siswa berpikir atas dasar pengalaman yang konkret atau nyata yang pernah dilihat dan dialami. Siswa belum mampu berpikir secara abstrak. Karakteristik yang muncul pada tahap ini dapat dijadikan landasan dalam menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi siswa SD.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas perlu didesain menggunakan model, strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa kelas IV yang berada pada tahap operasional konkret. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk dapat melihat, berbuat sesuatu, melibatkan diri dalam pembelajaran, serta mengalami langsung pada hal-hal yang dipelajari. Selain itu, diharapkan akan berdampak terhadap

Dokumen terkait