• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Perkembangan intelektual terjadi saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka ingin memecahkan masalah yang dimunculkan, dan dalam upaya mendapatkan ilmu, individu berusaha mengaitkan pengetahuan awal yang dimilikinya kemudian membangun pengertian baru.1

Belajar dan Pembelajaran yang disusun oleh Suyono dan Hariyanto, banyak menungkapkan definisi belajar menurut para ahli pendidikan, diantaranya menurut Crow and Crow (ahli pendidikan yang menganut behaviorisme), belajar merupakan diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut Gagne (ahli pendidikan yang menganut empirisme) belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderugan manusia, seperti sikap, minat atau nilai dan perubahan kemampuan, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.2 Dari pendapat para ahli tersebut, Suyono dan Hariyanto menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.3

Pembelajaran dapat didefinisikan dengan berbagai cara, seperti yang diungkapkan oleh Ward dalam bukunya Pengajaran Sains berdasarkan Cara Kerja Otak bahwa pembelajaran merupakan proses yang menghasilkan perubahan kapasitas mental, keterampilan motorik, kesejahteraan emosi, motivasi,

1

Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.244 2

Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2011) h.12

3

Ibid. h.9

7

keterampilan sosial, sikap, dan struktur kognisi yang berkelanjutan.4 Pembelajaran dapat dipengaruhi oleh kepercayaan diri pembelajar (merasa diri pandai atau tidak), dan juga dipengaruhi oleh efektifitas guru dalam membuat keterhubungan.5

2.

Pengertian Model Pembelajaran

Prawiradilaga dalam bukunya Prinsip Desain Pembelajaran menungkapkan istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran yang menunjukkan bahwa suatu model desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan sebagainya. Dan penulis menambahkan bahwa tentu saja semua ini mengacu pada penyelenggaran proses belajar dengan baik.6 Setara dengan istilah metode pembelajaran, yaitu istilah model mengajar atau model pembelajaran dalam beberapa buku sumber memaknainya sama, tetapi ada juga yang membedakannya.7 Seperti yang dituliskan oleh Zulfiani dkk dalam buku Strategi Pembelajaran Sains, Perbedaan istilah pendekatan, metode, dan model memiliki pengertian masing-masing yaitu; pendekatan menekankan pada strategi dalam perencanaan; sedangkan metode merupakan teknik, bagaimana cara materi akan diajarkan kepada siswa; sedangkan model adalah rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran meliputi sumber belajar, lingkungan belajar dan kurikulum.8

Rusman dalam buku Model-Model Pembelajaran mengungkapkan bahwa penelitian tentang model pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa ahli di Amerika Serikat yaitu March Belth. Penelitian tentang kegiatan pembelajaran

4

Hellen Ward. Pengajaran Sains berdasarkan Cara Kerja Otak.(Jakarta:PT. Indeks,2010) Edisi Bahasa Indonesia. h.17

5

Ibid, h.19 6

Dewi Salma Prawiradilaga. Prinsip Desain pembelajaran.(Jakarta: Prenada Media Group,2007) h.33

7

Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2011) h.19

8

Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009) h.117

9

berusaha menemukan model pembelajaran. Model-model yang ditemukan dapat diubah, diuji kembali dan dikembangkan, selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang digunakan.9

Rusman juga mengutip kalimat Joyce & Weil dalam bukunya yang mengungkapkan bahwa model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologi, sosiologi, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung.10 Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.11

Buku Strategi Pembelajaran Sains menuliskan bahwa model memiliki tahapan yaitu: 1) sintaks/pentahapan merupakan penjelasan pengoperasian model; 2) sistem sosial bagaimana penjelasan tentang peranan guru dan pembelaja; 3) prinsip-prinsip reaksi menjelaskan bagaimana sebaiknya guru bersikap dan berespon terhadap aktifitas siswa; 4) sistem pendukung menjelaskan hal-hal yang diperlukan sebagai kelengkapan model di luar manusia.12

3. Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning pertamakali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada.13

Barell dalam bukunya Problem Based Learning An Inquiry Approach, mengungkapkan bahwa “Problem Based Learning (PBL) can be defined as an inquiry process that resolves question, curiosities, doubts, and uncertainties about

9

Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.131 10

Ibid. h.132 11

Ibid. h.133 12

Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009) h.117-118

13

Rusman. Op.cit.. h.242

complex phenomena in life.14a problem is any doubt, difficulty, or uncertainty that invites or or needs some kind of resolution”.15

Arends seorang profesor Educational Leadership sekaligus dekan di Central Connecticut State University mengungkapkan bahwa “the essence of PBL consist of presenting students with authentic and meaningfull problem situation that can serve as springboards for infestigations and inquairy.”16 Arends juga menyampaikan bahwa PBL tidak akan terjadi kecuali guru membuat lingkungan kelas dimana terjadi pertukaran ide-ide yang jujur dan terbuka.17

Problem Based Learning (PBL) biasa juga disebut dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Rusman dalam bukunya mengutip definisi PBM menurut Tan bahwa PBM atau PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran, kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat membedayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.18

Buku Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning, Amir merumuskan masalah dalam PBL yang dapat disajikan saat pembelajaran meliputi: 1) kinerja yang tidak sesuai; 2) situasi yang menuntut perhatian atau peningkatan; 3) mencari cara yang lebih baik atau hal yang baru; 4) fenomena yang menjadi misteri atau belum dapat dipecahkan; 5) adanya kesenjangan dalam informasi dan pengetahuan; 6) masalah pengambilan keputusan.19 Dengan menggunakan masalah-masalah seperti itulah, model pembelajaran yang dinamakan PBL dilaksanakan, dan masalah diberikan di awal sebagai pemicu proses pembelajaran.20 Wina Sanjaya mengungkapkan hakikat masalah dalam pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut

:

14

John Barell. Problem Based Learning An Inquiry Approach. (California:Corwin Press,2007) h.3

15

Ibid.

16

Richad I Arends, Learning to Teach. (New York: McGraw-Hill, 2007) h.380 17

Ibid.

18

Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.229 19

M.Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. (Jakarta: Prenada Media Group, 2009) h.18-20

20

Ibid. h.20

11

“Hakikat masalah dalam PBM/PBL adalah gap atau kesenjanagan antara situasi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan keluhan, keriasuan, atau kecemasan. Oleh karena itu materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang yang bersumber dari bukusaja, akan tetapi dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai kurikulum yang berlaku.”21

a. Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau (PBL) tertulis rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Maka terdapat 3 ciri utama pada konsep dasar dan karakteristik dalam strategi Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:22

Pertama, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah tidak mengharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi diharapkan siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, dan mengolah data, dan menyimpulkan; Kedua, aktifitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah; Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Rusman mengutip kalimat Boud dan Feletti (1997) yang mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Dan juga mengutip kalimat margeston (1994) mengemukakan bahwa kurikulum Pembelajaran Berbasis Masalah membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.23

1) Masalah, Pedagogi, dan Pembelajaran Berbasis Masalah

Masalah dapat mendorong keseriusan, inquiri, dan berpikir dengan cara yang bermakna dan sangat kuat (powerful). Pendidikan memerlukan perspektif baru dalam menemukan berbagai permasalahan dan cara memandang sesuatu permasalahan.24

2) Masalah dan Multiple Prespective

21

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:Kencana,2011).h.215

22

Ibid. h.214-215 23

Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.230 24

Ibid. h.230-231

Kita perlu menyadari bahwa seluruh proses kognitif dan aktifitas mental yang terlibat seperti Isu-isu yang ada di dunia nyata merupakan disiplin silang dan melibatkan perspektif yang saling berhubungan, sehingga kita membutuhkan pandangan yang luas tentang berbagai hal dan perpaduan dari setiap perbedaan pengetahuan dasar yang saling berhubungan.25 John Barell mengungkapkan mengenai problematic situation mutliple prespectives on PBL bahwa “PBL can be more interdisiplinary than pursuing within only one subject area”.26 Pertanyaan dalam pembelajaran berbasis masalah dapat mencakup berbagai disiplin ilmu dan tidak hanya satu subjek area.

3) Teori belajar, Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Masalah Segi pedagogis, Rusman merangkum teori Schmidt (1993); Savery dan Duffy (1995); serta Hendry dan Murphy (1995); bahwa pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning didasarkan pada teori belajar konstruktivisme, dengan salah satu cirinya adalah pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar.27 Ketika tujuan PBL lebih luas, maka permasalahan pun menjadi lebih kompleks dan proses PBL membutuhkan siklus yang lebih panjang.

b. Peran Guru dalam Problem Based Learning

Guru harus menggunakan model pembelajaran yang akan menggerakkan siswa menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang hayat. Peran guru dalam PBL berbeda dengan peran guru dalam kelas. Guru dalam PBL, terus berpikir tentang beberapa hal, yaitu:28

1) Bagaimana guru dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar?

2) Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah, pengarahan diri, dan belajar dengan teman sebaya?

25

Ibid. h.231 26

John Barell. Problem Based Learning An Inquiry Approach. (California:Corwin Press,2007) h.5

27

Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.231 28

Ibid. h.234

13

3) Bagaimana siswa memandang dirinya sendiri sebagai pemecah masalah yang aktif?

Guru atau pendidik dalam memfasilitasi proses PBL, menurut Amir harus mengaitkan berbagai proses langkah PBL dengan: 1) pengetahuan pembelajar sebelumnya; 2) pengalaman pemelajar sebelumnya; 3) konteks dunia nyata yang akan dihadapi; 4) konsep dan teori yang ada, baik yang sudah dipelajari maupun yang belum; 5) berbagai fakta dan gagasan yang ada diseputar masalah yang yang sedang disajikan.29

c. Pengalaman Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran siswa. beberapa hal penting yang harus mendapat perhatian adalah:30

1) Memperkirakan kesiapan siswa, meliputi dasar pengetahuan, kedewasaan berfikir, dan kekuatan motifasinya;

2) Mempersiapkan siswa dalam hal cara berfikir dan kemampuan dalam rangka melakukan pekerjaan secara kelompok, membaca, mengatur waktu, dan menggali informasi;

3) Merencanakan proses dalam bentuk langkah-langkah cycle problem best learning;

4) Menyediakan sumber bimbingan yang tepat menjamin bahwa ada akhir yang merupakan hasil akhir.

d. Desain Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah 1) Akar desain Masalah

Akar desain masalah adalah masalah yang riil berupa kenyataan hidup, pendidikan dan pelatihan para guru, harus mampu menunjukkan bagaimana menangani situasi riil dalam dunia pendidikan. Bahkan terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik dalam pendidikan. Menurut Hick, Rusman merangkum bahwa ada empat hal yang harus

29

M.Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. (Jakarta: Prenada Media Group, 2009) h.45

30

Rusman.Op.Cit., h.240-241

diperhatikan ketika membicarakan masalah yaitu : a) Memahami masalah; b) Kita tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut; c) Adanya keinginan menyelesaikan masalah; d) Adanya keyakinan mampu memecahkan masalah tersebut.31

2) Menentukan tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

Tujuan PBM adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan fleksibel yang dapat diterapkan pada banyak situasi.32 penguasaan isi belajar dari disiplin ilmu heuristik dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. PBM juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (life wide learning), keterampilan memaknai informasi, kolaboratif dan belajar tim, dan keterampilan berfikir reflektif dan evaluatif.33

3) Desain Masalah

Pada dasarnya kompleksitas masalah yang dihadapi sangat bergantung pada latar belakang dan profil para siswa desain masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:34

a) Karakteristik

Masalah nyata dalam kehidupan, adanya relefansi denagn kurikulum, tingkat kesulitan dan tingkat kompleksitas masalah, masalah memiliki kaitan dengan berbagai disiplin ilmu, keterbukaan masalah, sebagai produk akhir.

b) Konteks

Masalah tidak terstruktur menanatang, memotivasi, dan memiliki elemen baru.

c) Sumber dan lingkungan belajar

31

Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.237 32

Martinis Yamin. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. (Jakarta: Referensi,2013) h.63-64

33

Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.238 34

Ibid. h.238

15

Adanya bimbingan dan proses memecahakan masalah dan menggunakan sumber, adanya sumber informasi, dan hal-hal yng diperlukan dalam proses pemecahan masalah

d) Presentasi

Menggunakan skenario masalah, menggunakan video klip, audio, jurnal, majalah, dan website.

e. Implementasi Pembelajaran Berbasisi Masalah

Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa implementasi adalah pelaksanaan, penerapan. Setiap perubahan, bukan saja diperlukan adanya kemauan untuk berubah, akan tetapi kesiapan untuk menyongsong perubahan yang membawa implikasi terhadap sisi lain dari pendidikan itu sendiri. Pada sekolah misalnya, segala perangkat keras dan lunak, dari staf sampai pada tingkat pimpinan sekalipun harus memiliki kemauan, kesiapan, dan kemampuan dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian itu.35

f. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)

Beberapa literatur, dapat ditemukan langkah-langkah (sintak) yang berbeda, berikut akan dipaparkan menurut dari beberapa sumber. Dalam buku Learning to Teach yang ditulis Arends menyebutkan syntax of Problem Based Learnin, sebagai berikut: .36

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Indikator Tingkah laku guru

1 Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelskan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah 2 Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

35

Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.241 36

Richad I Arends, Learning to Teach. (New York: McGraw-Hill, 2007) h.394

berhubungan dengan masalah tersebut 3 Membimbing

pengalaman individual atau kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melaukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah Strategi PBM/PBL yang kemudian ia namakan metode pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu:37

1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang kan dipecahkan;

2) Menganalisis masalah, langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang;

3) Merumuskan hipotesis, langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilkinya;

4) Mengumpulkan data, langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan;

5) Pengujian hipotesis, langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan;

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

37

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:Kencana,2011). h.217

17

Literatur lain, Jhonson & Jhonson mengemukakan ada 5 langkah strategi PBL/PMB melalui kegiatan kelompok.38

1) Mendefinisikan masalah, merumuskan masalah dari peristiwa tertentu atau yang mengandung isu konflik;

2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis faktor yang mendukung dan menghambat;

3) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang teelah dirumuskan melalui diskusi kelas;

4) Menentukan dan menetapkan strategi pilihan, yaitu mengambil keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan;

5) Melakuakan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Buku Inovasi Pendidikan melalui PBL, Amir menyampaikan bahwa proses PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir pelengkap, dan lain-lain). Pemelajarpun sudah harus memahami prosesnya dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil yang umumnya setiap kelompok menjalankan proses yang sering dikenal dengan “Proses 7 Langkah” yaitu sebagai berikut:39

Tabel 2.2 “Proses 7 Langkah” PBL menurut M.Taufiq Amir Langkah 1

Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.

Langkah 2

Merumuskan Masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadai di antara fenomena itu. Langkah 3

Menganalisis Masalah

Anggota mengeluarkan pengertahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota

38

Ibid. 39

M.Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. (Jakarta: Prenada Media Group, 2009) h.24-25

tentang masalah. Langkah 4

Menata Gagasan Anda dan

secara sistematis menganalisisnya dengan dalam

Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membnetuknya.

Langkah 5

Memformulasikan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat.

Langkah 6

Mencari Informasi tambahan dari sumber lain (diluar diskusi kelompok)

Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini, agar mendapat iformasi yang relevan.

Langkah 7

Mensintesa (menggabungkan san menguji informasi baru, dan membuat laporan.

Dari laporan yang dipresentasikan dihadapan kelompok lain, setiap kelompok akan mendapatkan inofrmasi-informasi baru.

4. Keterampilan Proses Sains

Sukmadinata mengungkapkan bahwa keterampilan merupakan kecakapan-kecakapan khusus yang yang dikuasai seseorang.40 Sedangkan sains merupakan rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan dan dikembangkan dari hasil eksperimentasi atau observasi yang sesuai untuk eksperimentasi atau observasi berikuntnya.41

Terdapat tiga kemampuan dalam IPA, yaitu : 1) kemampuan mengetahuai apa yang diamati, 2) kemampuan memprediksi apa yang belum terjadi, dan kemampuan untuk menguji tidak lanjut eksperimen, dan 3) dikembangkannya sikap ilmiah.42

40

Nana Syaodih Sukmadinata. Pengemabangan Kurikulum Teori dan Praktek. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya.2007) h.128

41

Zulfiani dkk. Strategi Pembelajaran Sains.(jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.2009).h.46

42

Ibid. h.47

19

Sejak kurikulum 1984 Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, pada lampiran di dalam bab pokok pelaksanaan kurikulum tersurat bahwa proses belajar mengajar dilaksanakan dengan pendekatan keterampilan, proses; begitu juga kurikulum 1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Umum menekankan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Dengan demikian, lanjut Nuryani dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar Biologi, jelaslah bahwa aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA.43

a. Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari, Semiawan dkk mengungkapkan empat alasan sebagai berikut: 1) perkembangan ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa; 2) para ahli psikologi sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh konkret; 3) penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat, mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif; dan 4) dalam proses belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari anak didik.44

SAPA (Science A Process Approach) pendekatan keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA.45

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikiranya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau peraktikan alat. Dan dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka

43

Nuryani, R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005) h.76

44

Conny Semiawan, dkk. Pendekatan Proses Sains. (Jakarta: PT Gramedia, 1985) h.14-15

45

Nuryani, R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005) h.78

berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.46

Terlatihnya siswa menggunakan keterampilan proses ini akan memudahkan dalam menerapkan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari (pemecahan masalah), dan peran guru dengan demikian adalah sebagai fasilitator.47

Keteramplan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan ilmuan untuk memperoleh pengetahuan.48 Beberapa alasan keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan dasar dan menegah ialah:49

1) Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan,

2) Memberi bekal sisiwa untuk membentuk konsep sendiri dari cara bagaimana mempelajari sesuatu,

3) Membantu sisiwa mengembangkan dirinya,

4) Sangat membantu sisiwa yang masih pada taraf berpikir konkret, dan 5) Mengembangkan kretifitas siswa.

b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya

Keterampilan Proses Sains terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing keterampilan proses tersebut.50

1) Melakukan pengamatan (observasi) 2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi) 3) Mengelompokkan (klasifikasi) 4) Meramalkan (prediksi) 5) Berkomunikasi 46 Ibid. h.78 47

Zulfianai,dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009) h.52 48 Ibid. h.51 49 Ibid. 50

Nuryani, R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005) h.78-81

21

6) Berhipotesis

7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan 8) Menerapakan konsep atau prinsip

9) Mengajukan pertanyaan

Berikut ini adalah tabel keterampilan proses sains dan indikatornya menurut Harlen (1992).51

Tabel 2.3 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya Keterampilan

Proses Sains

Indikator

Observasi • Mengguanakan sebanyak mungkin indra

• Menggunakan fakta relevan Klasifikasi • Mencatat setiap pengamatan

• Mencari perbedaan/ persamaan

• Mengontraskan ciri-ciri

• Membandingkan

• Mencari dasar pengelompokan

• Menghubungkan hasil pengamatan Interpretasi • Menghubungkan hasil pengamatan

• Menemukan pola dalam 1 seri pengamatan

• Menyimpulkan

Prediksi • Menggunakan pola/hasil pengamatan

• Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

Mengajukan Pertanyaan

• Bertanya apa, mengapa, bagaimana

• Bertanya untuk meminta penjelasan

• Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang

Dokumen terkait