• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Landasan Teori…

a. Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler dan Amstrong (2003:7) pemasaran adalah

proses sosial dan majerial dimana individu dan kelompok

memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui

penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain.

Menurut Stanton (dalam Usmara 2008:7) pemasaran

merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha

yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat

memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun

pembeli potensial.

b. Konsep Pemasaran

Menurut Stanton (dalam Usmara 2008:17) konsep

pemasaran merupakan suatu filsafat bisnis yang bertujuan

memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan

konsumen atau berorientasi pada konsumen.

Menurut Kotler (dalam Usmara 2008:17-18) Berikut ini

konsep yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran

suatu organisasi :

1) Konsep Produksi

Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai

produk yang tersedia di mana-mana dan harganya murah. Para

manajer dalam organisasi yang berorientasi pada produksi

memusatkan upayanya untuk mencapai efisiensi produksi yang

tinggi dan liputan distribusi yang luas.

2) Konsep Produk

Konsep produk menjelaskan bahwa kosumen akan menyukai

produk yang menawarkan mutu, performansi dan ciri-ciri yang

terbaik. Para manajer dalam organisasi yang berorientasi pada

produk ini memusatkan usaha untuk menghasilkan produk yang

baik dan terus menerus menyempurnakannya.

3) Konsep Penjualan

Konsep penjualan berpendapat bahwa konsumen jangan

dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya

4) Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai

tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan

keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang

diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para

pesaing.

Menurut Usmara 2008:18-19 konsep pemasaran

bersandar pada empat tiang utama :

1) Fokus Pasar

Perusahaan akan berhasil baik jika mereka menetapkan

batas pasarnya secara cermat. Perusahaan akan berhasil

baik bilamana mereka mempersiapkan program pemasaran

yang sesuai untuk masing-masing pasar sasaran.

2) Orientasi Kepada Pelanggan

Pemikiran yang berorientasi pelanggan mengharuskan

perusahaan untuk secara cermat menentukan kebutuhan

pelanggan dari sudut pandang pelanggan bukan dari sudut

3) Pemasaran yang Terkoordinasi, yang bermakna dua hal:

a.) Berbagai fungsi pemasaran-armada penjualan,

periklanan,riset pemasaran dan lain-lain harus

terkoordinasi.

b.) Pemasaran harus terkoordinasi secara baik dengan

bagian-bagian lain perusahaan. Pemasaran akan

berhasil bila seluruh karyawan menyadari bagaimana

dampak terhadap kepuasan pelanggan.

4) Kemampulabaan

Untuk perusahaan swasta tujuan utama adalah laba, bagi

organisasi nirlaba atau organisasi masyarakat tujuannya

adalah mempertahankan dan menarik cukup dana guna

menyelenggarakan kegiatannya. Perusahaan menghasilkan

uang dengan memuaskan kebutuhan pelanggan lebih baik

daripada yang dapat dilakukan pesaing.

c. Tujuan Pemasaran

Menurut Berry (dalam Usmara 2008:21) tujuan pemasaran

adalah mempertemukan kesamaan antara apa yang ingin dibeli

pelanggan berprospek dan apa yang dijual organisasi, potensi

untuk menyesuaikan jasa agar sejauh mungkin memenuhi

Menurut Usmara (2008:25) tujuan pemasaran merupakan

suatu keadaan yang diinginkan, yang diupayakan untuk

diwujudkan oleh suatu perusahaan. Ini menunjukkan bahwa tujuan

pemasaran merupakan sesuatu yang mendasaruntuk menjamin

konsistensi kegiatan pemasaran di perusahaan tersebut dan

merupakan pemenuhan atas kebutuhan konsumen. Pemimpin

perusahaan tidak dapat membantah lagi bahwa di dalam pasar

sekarang ini, kesuksesan perusahaan berawal dari konsumen.

Namun tampaknya banyak perusahaan yang melupakan

perhatiannya pada kepercayaan konsumen. Mengingat semakin

pandainya konsumen memilih produk yang ada di pasar, maka

organisasi harus lebih responsif terhadap keinginan dan kebutuhan

pelanggan dengan demikian tujuan pemasaram adalah

mengutamakan konsumen.

d. Strategi Pemasaran

Menurut Kotler dan Amstrong (2003:54) strategi

pemasaran adalah logika pemasaran yang dilaksanakan dengan

harapan bahwa unit bisnis akan mencapai sasaran pemasaran.

Strategi pemasaran terdiri dari strategi spesifik untuk pasar

sasaran, penentuan posisi produk, bauran pemasaran, dan tingkat

pengeluaran pemasaran. Strategi pemasaran harus merinci segmen

Menurut Usmara (2008:33), satu fungsi pokok dari strategi

pemasaran adalah menciptakan suatu hubungan bagi seluruh

kegiatan di perusahaan. Dengan adanya strategi pemasaran yang

jelas dan konseptual maka dapat mendukung iklim koordinasi yang

tepat yang lebih efisien dibandingkan dengan proses administrasi

yang ada saat ini. Semua tugas atau pekerjaan yang harus

dilakukan sebagai tuntutan pokok dalam mengimplementasikan

strategi tersebut dilaksanakan dan diserahkan sepenuhnya kepada

semua anggota organisasi. Tujuan suatu strategi adalah untuk

menyebarkan secara efektif sumber-sumber khas dan unggulan

suatu perusahaan.

2. Jasa

a. Pengertian Jasa

Menurut Lovelock dan Wright (2007:5) “Jasa adalah

tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak

lainnya.Walaupun prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik,

kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan biasanya tidak

menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi.”

Menurut Kotler (lupiyoadi dan hamdani 2006:6)

yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan

apapun.

b. Karakteristik Jasa

Menurut Kotler (dalam Adam 2015:10-11) jasa memiliki

empat ciri utama yang sangat mempengaruhi rancangan program

pemasaran, yaitu:

1. Tidak Berwujud (Intangibility)

Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat,

dirasakan, diraba, didengar atau dicium sebelum ada transaksi

tanda atau bukti dari mutu jasa tersebut. Pembeli akan

mengambil kesimpulan mengenai mutu jasa dari tempat

(place), manusia (people), peralatan (equipment), alat

komunikasi (communication material), simbol-simbol

(symbols), dan harga (price) yang mereka lihat.

2. Tidak Dapat Dipisahkan (Inseparability)

Jasa-jasa umumnya diproduksi secara khusus dan dikonsumsi

pada waktu yang bersamaan. Jika jasa diberikan oleh seseorang

maka orang tersebut merupakan bagian dari jasa tersebut.

penyedia client merupakan ciri khusus dari pemasaran jasa.

Baik penyedia maupun clientakan mempengaruhi hasil jasa

tersebut.

3. Beraneka Ragam (Variability)

Jasa itu sangat beraneka ragam, karena tergantung kepada yang

menyediakannya dan kapan serta dimana disediakan. Seringkali

pembeli jasa menyadari akan keanekaragaman ini dan

membicarakannya dengan yang lain sebelum memilih seorang

penyedia jasa.

4. Tidak Tahan Lama (Perishability)

Jasa-jasa tidak dapat disimpan. Keadaan tidak tahan dari

jasa-jasa bukanlah masalah jika permintaannya stabil, karena mudah

untuk melakukan persiapan pelayanan sebelumnya. Jika

permintaan terhadapnya berfluktuasi maka perusahaan jasa

menghadapi masalah yang sulit.

c. Kualitas Jasa

Menurut Wyckof (dalam Tjiptono 2004:59) kualitas jasa

adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas

tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Menurut Parasuraman (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013:

1. Kehandalan (realibility), yaitu kemampuan untuk memberikan

pelayanan yang dijanjikan dengan tepat (accurately) dan

kemampuan untuk dipercaya (dependably), terutama memberikan

jasa secara tepat waktu (on time), dengan cara yang sama sesuai

dengan jadwal yang telah dijanjikan, dan tanpa melakukan

kesalahan.

2. Daya Tanggap (responsiveness), yaitu kemauan atau keinginan

para karyawan untuk membantu memberikan jasa yang

dibutuhkan kosunumen

3. Jaminan (assurance), meliputi pengetahuan, kemampuan,

keramahan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya dari kontak

personal untuk menghilangkan sifat keragu-raguan kosumen dan

membuat mereka merasa terbebas dari bahaya dan risiko.

4. Empati, yang meliputi sikap kontak personal atau perusahaan

untuk memahami kebutuhan dan kesulitan, konsumen, komunikasi

yang baik, perhatian pribadi, dan kemudahan untuk melakukan

komunikasi atau hubungan.

5. Produk-produk fisik (tangibels), tersedianya fasilitas fisik,

perlengkapan dan sarana komunikasi, dan lain-lain yang bisa dan

3. Perilaku Konsumen

a. Definisi Perilaku

Menurut Engel et al (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013:7) perilaku

konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalampemerolehan,

pengonsumsian, dan penghabisan produk/jasa, termasuk proses yang

mendahului dan menyusul tindakan ini.

Menurut Griffin (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013:8) perilaku

konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologi yang

mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,

menggunakan, menghabiskan, produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di

atas atau kegiatan mengevaluasi.

Menurut Ariely dan Zauberman (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013:8)

perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu, kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses

pengambilan keputusan untuk mendapatkan, menggunakan barang-barang,

atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan.

Dari pengertian perilaku konsumen di atas dapat di simpulkan bahwa

perilaku konsumen adalah (1) disiplin ilmu yang mempelajari perilaku

individu, kelompok, atau organisasi dan proses-proses yang digunakan

konsumen untuk menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan, pengalaman

dari proses-proses tersebut pada konsumen dan masyarakat, (2) tindakan

yang dilakukan oleh konsumen guna mencapai dan memenuhi kebutuhannya

baik dalam penggunaan, pengonsumsian, maupun penghabisan barang dan

jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul, (3)

tindakan atau perilaku yang dilakukan konsumen yang dimulai dengan

merasakan adanya kebutuhan dan keinginan, kemudian berusaha

mendapatkan produk yang diinginkan, mengonsumsi produk tersebut, dan

berakhir dengan tindakan-tindakan pembelian, yaitu perasaan puas atau tidak

puas. (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013:9).

b. Pengambilan Keputusan Konsumen

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994:31) perspektif

pemecahan masalah pun mencakupi semua jenis perilaku pemenuhan

kebutuhan dan jajaran luas dari faktor yang memotivasi dan

mempengaruhi. Berbicara secara umum, keputusan konsumen mengambil

bentuk yang diperhatikan dan mempunyai langkah-langkah berikut ini:

1) Pengenalan kebutuhan

Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang

diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan

2) Pencarian informasi

Konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan

(pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan

keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).

3) Evaluasi Alternatif

Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang

diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih.

4) Pembelian

Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang

dapat diterima bila perlu.

5) Hasil

Mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan

harapan segera sesudah digunakan.

Menurut Sangadji dan Sopiah (2013:24-25) ada tigafaktor

utama yang mempengaruhi konsumen untuk mengambil keputusan

yaitu:

1. Faktor Psikologis

Faktor psikologis mencakup persepsi, motivasi, pembelajaran,

sikap dan kepribadian. Sikap dan kepercayaan merupakan faktor

psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

terhadap penawaran produk dalam situasi dan kondisi tertentu

secara konsisten. Sikap mempengaruhi kepercayaan, dan

kepercayaan mempengaruhi sikap. Kepribadian merupakan faktor

psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumen. Kepribadian

adalah pola individu untuk merespon stimulus yang muncul dari

lingkungannya. Termasuk di dalam kepribadian adalah opini,

minat, dan prakarsa. Pembelajaran berdampak pada adanya

perubahan. Seorang individu/konsumen dikatakan belajar jika ada

perubahan kearah yang lebih baik dalam tiga aspek (kognitif,

afektif, dan psikomotor) yang bersifat relatif permanen.

Konsumen akan belajar setelah mendapat pengalaman, baik

pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Setelah

membeli dan mengonsumsi produk, konsumen akan merasa puas

atau tidak puas. Jika puas, konsumen akan melakukan pembelian

ulang di lain waktu. Sebaliknya, jika tidak puas, kosumen tidak

akan melakukan pembelian di lain waktu.

2. Pengaruh Faktor Situasional

Faktor situasional mencakup keadaan sarana dan prasarana tempat

belanja, penggunaan produk, dan kondisi saat pembelian. Keadaan

sarana dan prasarana tempat belanja mencakup tempat parkir,

gedung, eksterior, dan interior toko, pendingin udara,

berbelanja bisa pagi, siang, sore, atau malam hari. Waktu yang

tepat untuk berbelanja setiap orang tentu berbeda. Orang yang

sibuk bekerja pada malam hari akan memilih waktu belanja pada

sore atau malam hari. Kondisi saat pembelian produk adalah sehat,

senang, sedih, kecewa, atau sakit hati. Kondisi kosumen saat

melakukan pembelian akan mempengaruhi pembuatan keputusan

kosumen.

3. Pengaruh faktor sosial

Faktor sosial mencakup undang-undang/peraturan, keluarga,

kelompok refrensi, kelas sosial, dan budaya.

a. Sebelum memutuskan untuk membeli produk, konsumen akan

mempertimbangkan apakah pembelian produk tersebut

diperbolehkan atau tidak oleh aturan/undang-undang yang

berlaku. Jika diperbolehkan, kosumen akan melakukan

pembelian. Namun jika dilarang oleh undang-undang atau

peraturan (daerah, nasional, bahkan internasional), konsumen

tidak akan melakukan pembelian.

b. Keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak. Anak yang baik tentu

akan melakukan pembelian produk jika ayah atau ibunya

menyetujui.

c. Untuk kelompok refrensi, contohnya kelompok refrensi

(kelompok boyband, girlband, tim basket idola, dan tim bola

terkenal) dan bapak-bapak (kelompok pengajian, kelompok

penggemar motor besar, kelompok penggila bola, dan

kelompok pecinta ikan dan burung.)

d. Untuk kelas sosial yang ada di masyarakat, contohnya kelas

atas, menengah, dan bawah.

e. Untuk budaya dan sub budaya, contohnya suku Sunda, Jawa,

Batak, Madura. Tiap suku/etnis mempunyai budaya/sub

budaya yang berbeda.

4. Motif

Menurut Kotler dan Amstong (2003:215) motif (dorongan) adalah

kebutuhan yang mendorong seseorang secara kuat mencari kepuasan atas

kebutuhan tersebut.

Menurut Setiadi (dalam Sangadji dan Sopiah, 2013:162) bahwa motif

didasarkan pada pikiran yang sehat, patut dan layak.Motif merupakan

sebab-sebab yang menjadi dorongan.

Menurut Sardiman (2006:85-86) motif adalah dorongan yang

menggerakan seseorang bertingkah laku dikarenakan adanya

sebagai daya penggerak diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu,

demi mencapai suatu tujuan.

Motif dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :

1. Motif Instrinsik

Motif instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi,

tidak perlu dirangsang dari luar karena dari dalam diri setiap individu

sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

2. Motif Ekstrinsik

Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar (faktor luar) yang kemudian rangsangan

tersebut akan menggerakkan individual untuk berbuat atau melakukan

sesuatu(faktor dalam).

Menurut Sardiman (2006:89), fungsi motivasi ada tiga yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat

2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai

3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

Menurut Sangadji dan Sopiah (2013:165) ada beberapa teori motivasi

yang dibuat untuk menjelaskan perilaku sebagian besar manusia secara

kebutuhan mengikuti teori jamak, yaitu seseorang berperilaku karena adanya

dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Menurut Maslow,

kebutuhan manusia itu berjenjang. Artinya, seseorang baru memenuhi

kebutuhan kedua setelah kebutuhan pertamanya terpenuhi. Dasar teori

kebutuhan Maslow, seperti yang di sebutkan Setiadi (dalam Sangadji dan

Sopiah, 2013:165) adalah sebagai berikut:

a) Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan.

b) Suatu kebutuhan yang terpuaskan tidak menjadi alat motivator bagi

pelakunya, hanya kebutuhan yang belum pernah terpenuhi yang akan

menjadi motivator.

c) Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang

Berdasarkan survei pendahuluan pada pengunjung Candi Ratu Boko

pada tanggal 24 Februari 2017, ditemukan bahwa motif wisatawan domestik

berkunjung ke Candi Ratu Boko adalah:

1. Ingin rekreasi

Rekreasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang secara

sengaja sebagai kesenangan atau untuk kepuasan.Rekreasi memiliki banyak

bentuk aktivitas dimanapun tergantung pada pilihan

bermain, melakukan hobi, dll.Kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada

akhir pekan.

2. Ingin menambah pengetahuan/wawasan

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan di peroleh manusia

melalui pengamatan.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan

akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (http://id.wikipedia.org/).

3. Ingin Berfoto di area Candi

Di Candi Ratu Boko terdapat banyak pemandangan menarik yang bisa

dijadikan tempat untuk wisatawan dapat berfoto. Foto adalah gambar yang

dihasilkan oleh camera yang merekam suatu objek atau suatu kejadian.

4. Ingin melihat Candi yang merupakan bekas keraton (Istana Raja)

Candi Ratu Boko ini tergolong sebagai bekas istana raja, dimana terdapat

beberapa bagian bangunan yaitu bagian tengah, barat, tenggara dan

timur.Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi

pembakaran, kolam, batu berumpak, dan paseban.Sementara bagian

tenggara meliputi pendopo, balai-balai, 3 Candi, kolam dan kompleks

keputren.Kompleks gua, stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian

timur.Sedangkan bagian barat hanya terdiri dari perbukitan.

5. Ingin menikmati suasana Candi

Suasana yang sejuk dan nyaman membuat para wisatawan betah untuk

berlama-lama di tempat tersebut.Candi Ratu Boko ini memberikan suasana

yang sejuk dan nyaman bagi para wisatawan yang mengunjunginya, di

tambah lagi dengan lingkungan Candi Ratu Boko yang bersih.

6. Diajak oleh teman

Ajakan oleh seorang teman akan mendorong seseorang untuk datang

berkunjung ke suatu tempat misalnya obyek wisata, tempat makan, dll.

7. Harga tiket yang terjangkau

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:245) harga adalah sejumlah uang

yang harus ditagihkan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari yang

ditukarkan konsumen untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau

menggunakan suatu produk atau jasa.

Sedangkan tiket adalah kartu atau slip kertas yang digunakan agar bisa

memasuki suatu lokasi atau event(http://idwkipedia.org/).

Harga tiket yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah harga yang

harus dibayar oleh wisatawan agar bisa memasuki lokasi Candi Ratu

Boko.Harga merupakan salah satu elemen terpenting yang mempengaruhi

perilaku pembelian konsumen baik untuk barang ataupun jasa. Adapun

harga tiket masuk lokasi Candi Ratu Boko untuk wisatawan domestik

8. Lokasinya mudah dijangkau

Lokasi merupakan tempat pemasaran yang melibatkan aktivitas untuk

menciptakan, memelihara atau mengubah sikap dan perilaku terhadap

tempat tertentu (Kotler dan Amstrong, 2001:353). Pada umumnya

konsumen menyukai tempat yang mudah dicapai oleh kendaraan umum

dan strategis untuk memberikan kemudahan baginya.

Menurut Tjiptono (2000:42), pemilihan tempat atau lokasi memerlukan

pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut ini:

a. Akses, misalnya lokasi mudah dijangkau oleh sarana transportasi

umum

b. Visibilitas, misalnya lokasi yang mudah dilihat dengan jelas dari tepi

jalan

c. Tempat parkir yang luas dan aman

d. Ekspansi, yaitu tersedia tempat untuk perluasan usaha di kemudian

hari

e. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa ditawarkan

f. Persaingan, yaitu lokasi pesaing apakah berdekatan atau tidak

9. Melihat informasi di media cetak atau media elektronik

Dengan mendengar ataupun melihat informasi di media cetak atau media

elektronik, seorang wisatawan akan terdorong untuk datang berkunjung ke

10.Ingin mendapatkan pengalaman baru

Pengalaman baru adalah kejadian yang belum pernah dirasakan

sebelumnya. Pengalaman baru tersebut dapat berupa hal yang

menggembirakan, menyedihkan, membanggakan, dll.

11.Diajak oleh keluarga

Ajakan oleh keluarga akan sangat berpengraruh untuk mendorong

seseorang berkunjung ke suatu tempat misalnya obyek wisata, salon, dll.

5. Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Menurut Badruddin (2000:34) mendefinisikan pariwisata sebagai

kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mencari kepuasan, mencari

sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat,

menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.

Menurut Spillane (2001 : 87-88) ada beberapa sifat yang khusus

mengenai industri pariwisata yaitu:

1. Produk wisata tidak dapat dipindahkan.Orang tidak dapat membawa

produk wisata pada langganan, tetapi langganan itu sendiri harus

mengunjungi, mengalami dan datang untuk menikmati produk wisata

2. Dalam pariwisata produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama.

Tanpa langganan yang sedang mempergunakan jasa-jasa itu tidak akan

terjadi produksi.

3. Sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam bentuk.

Oleh karena itu, dalam bidang pariwisata tidak ada standar ukuran yang

objektif, sebagaimana produk lain yang nyata misalnya ada panjang,

lebar, isi, kapasitas, dan sebagainya seperti pada sebuah mobil.

4. Langganan tidak dapat mencicipi produk itu sebelumnya bahkan

tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.Yang dapat

dilihat hanya brosur-brosur, gambar-gambar.

5. Dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung

risiko besar.Industri wisata memerlukan penanaman modal yang besar,

sedang permintaan sangat peka terhadap perubahan situasi ekonomi,

politik, sikap masyarakat atau kesenangan wisatawan dan sebagainya.

Perubahan perubahan tersebut dapat menggoyahkan sendi-sendi

penanaman modal usaha kepariwisataan karena bisa mengakibatkan

kemunduran usaha yang deras, sedangkan sifat produksi itu relatif

b. Jenis-jenis Pariwisata

Menurut James J.Spillane (2001:89-91), Berikut adalah

jenis-jenis pariwisatayang terdapat di daerah tujuan wisata yang menarik

customer untuk mengunjunginya sehingga dapat pula di ketahui jenis

pariwisata yang mungkin layak untuk dikembangkan dan

mengembangkan jenis sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan

pariwisata tersebut, adalah :

1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism).

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan

tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru,

untuk mengendorkan ketegangan syarafnya, untuk menikmati

keindahan alam, untuk menikmati hikayat rakyat suatu daerah,

untuk menikmati hiburan, dan sebagainya.

2) Pariwisata untuk Rekreasi (recreation sites)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki

pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan

kembali kesegaran jasmani dan rohani, yang akan menyegarkan

keletihan dan kelelahannya.

3) Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi

untuk mempelajari adat istiadat, cara hidup masyarakat negara lain

dan sebagainya.

4) Pariwisata untuk Olahgara (Sports Tourism)

Jenis pariwisata ini bertujuan untuk tujuan olahraga, baik hanya

untuk menarik penonton olahraga dan olahragawannya sendiri

Dokumen terkait