• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Teori

Dalam dokumen NILAI NILAI OPTIMISME DALAM FILM SI ANAK (Halaman 23-53)

1. Film Sebagai Media Pendidikan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut untuk mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

11

Film merupakan media komunikasi untuk penyampaian informasi, pendidikan, dan hiburan yang mempunyai jangkauan yang sangat luas. Mengingat sifatnya yang terbuka, cakupan pemirsanya tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Sedangkan media merupakan berbagai jenis komponen dalam masyarakat berupa alat, metode, sumber belajar yang digunakan untuk mengefektifkan konsumsi dan interaksi serta menyampaikan pesan dan informasi baik berupa cetak maupun audio-visual antara guru dan siswa dalam pembelajaran dan pengajaran di sekolah.

Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran atau pendidikan yang berupa film dalam proses pembelajaran:

a. Media pengajaran film dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. b. Media pengajaran film dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pengajaran film dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu:13

1) Objek atau benda yang terlalu besar yang tidak dapat ditampilkan langsung diruang kelas dapat diganti dengan film.

13

12

2) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan film.

3) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampakkan melalui rekaman film

4) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara kongkrit melalui film.

5) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti film.

6) Dapat menampilkan peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung merapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama. d. Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan sekitar mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya.

Penyebutan film sebagai media pendidikan adalah karena film merupakan media yang sangat besar kemampuannya dalam membantu proses pembelajaran yang berupa gambar berurutan dapat melukiskan auatu peristiwa, cerita, dan benda-benda murni seperti kejadian yang sebenarnya sehingga hal tersebut dapat digunakan sebagai tehnik untuk menunjukkan beberapa fakta, kecakapan, dan pemahaman. Film juga digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (peserta didik) sehingga dapat

13

merangsang perasaan, perhatian, dan minat siswa serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi.14

2. Tinjauan tentang Nilai Optimisme a. Pengertian Nilai

Nilai merupakan sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak dicapai. Nilai secara praktis merupakan sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut idealisme bahwa nilai itu bersifat obyektif serta berlaku umum saat mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.15

1) Menurut Young, nilai diartikan sebagai asumsi yang abstrak dan sering didasari oleh sesuatu yang penting.

Konsep tentang nilai telah banyak disebutkan oleh para ilmuwan dengan sudut pandang yang berbeda sesuai dengan penggunaannya, antara lain:

2) Green, bahwa nilai merupakan kesadaran secara kolektif berlangsung dengan disadari emosi terhadap objek, ide, dan perseorangan.

3) Woods, memandang bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan kepada tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. 16

14

Arif S Sadiman, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya,

(Jakarta: raja Grafindo, 1990), hal. 7

15

Jalaludin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 136

16

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka

14

Nilai berkaitan dengan baik dan buruk. Tolak ukur kebenaran sebuah nilai dalam perspektif filsafat adalah aksiologi yaitu suatu bidang yang membahas tentang nilai atau values.17

Jadi, nilai adalah konsepsi abstrak dalam manusia atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap buruk dan salah. Nilai secara praktis merupakan sesuatu yang dianggap bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai terutama yang meliputi kualitas, moral, agama yang kesemuanya akan tersimpan dalam tujuan pendidikan, yakni meningkatkan kemampuan, prestasi, pembentukan watak dan membina kepribadian yang ideal.

Perbedaan tentang aksiologi akan membedakan ukuran baik dan buruk terhadap sesuatu.

18

b. Pengertian tentang Optimisme

Optimis secara umum berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan dalam segala sesuatu hal.19 Dalam Islam sering disebut dengan raja’ yaitu selalu memautkan hati kepada sesuatu yang disukainya pada masa yang akan datang dan harus didahului dengan usaha yang bersungguh-sungguh.20

Optimisme juga berarti sebagai suatu pandangan yang oleh ahli psikologi disebut dengan pendayagunaan diri, keyakinan bahwa orang mempunyai penguasaan akan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya dan

17

Jalaludin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan..., hal 129.

18

Ibid., hal. 178

19

Ahmad Maulana dkk., Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Yogyakarta: Absolut, 2008), hal. 363

20

15

dapat menghadapi tantangan hidup sewaktu-waktu tantangan itu muncul, cenderung optimis dengan harapan.21

1) Seligman

Pengertian Optimisme menurut para ahli diantaranya adalah:

Optimisme atau sering disebut dengan percaya diri ini menurut Seligman berarti kerangka berpikir seseorang, bagaimana orang tersebut memandang keberhasilan dan kegagalan mereka.22

2) Segerestrom

Optimisme adalah cara berpikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk.

3) Lopez dan Snyder

Optimisme adalah suatu harapan yang ada pada individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju kearah kebaikan. Perasaan optimisme membawa individu pada tujuan yang diinginkan, yakni percaya diri dan kemampuan yang dimilki.

4) Duffy

Berpendapat bahwa optimisme membuat individu mengetahui apa yang diinginkan. Individu tersebut dapat dengan cepat mengubah diri agar mudah menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi sehingga diri tidak menjadi kosong. Individu yang optimis diibaratkan seperti gelas yang

21

Daniel Golemen, Emotional Inteligence, Penerjemah: T. Hermaya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1995), hal. 126

16

penuh, sedangkan individu yang pesimis sebagai gelas kosong yang tidak memiliki apa-apa.

5) Goleman

Mengemukakan optimisme melalui titik pandang kecerdasan emosional, yakni suatu pertahanan diri pada seseorang agar jangan sampai terjatuh ke dalam masa kebodohan, putus asa dan depresi apabila mendapat kesulitan.23

Sedangkan lawan optimisme adalah pesimisme. Orang yang menderita pesimisme akan memiliki rasa curiga atau pikiran akan cenderung negatif terhadap terhadap orang lain, hal tersebut dapat mengehentikan stabilitas pemikiran yang benar dan menurunkan kemampuan untuk bergerak ke arah hidup yang lebih baik, karena dalam kehidupannya selalu dihantui perasaan takut akan ketidakmampuan dan keberhasilannya. Setiap tindakan yang dilakukan oleh orang yang memiliki sikap pesimis tidak pernah yakin akan segala kemampuan yang dimiliki, selalu takut gagal dan kegagalan yang dihadapi menjadi beban sehingga tidak termotivasi untuk melakukan perbaikan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa optimisme adalah pola kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam menginterpretasikan penyebab terjadinya sebuah peristiwa.

24

23

M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hal. 95-97

24

Goldrak Baskoro, “Jiwa Optimisme”, http//otentik-karya blogspot.com dalam

17

Dalam buku Emotional Intelligence yang ditulis oleh Daniel Golemen, disebutkan tentang ciri-ciri orang yang memiliki sikap optimis adalah sebagai berikut:

a) Memiliki pengharapan yang tinggi (tidak mudah putus asa) b) Mampu memotivasi diri

c) Merasa cukup banyak akal untuk menemukan cara meraih tujuan d) Memiliki kepercayaan diri yang tinggi diri yang tinggi bahwa

segala sesuatu akan beres ketika sedang menghadapi kesulitan. e) Tidak bersikap pasrah

f) Cukup luwes dalam menemukan alternatif cara agar tujuan tetap tercapai.25

3. Nilai Optimisme Perspektif Pendidikan Agama Islam

Pendidikan dalam bahasa arab adalah tarbiyah yang berasal dari tiga kata yaitu: (1) raba-yarbu yang berarti nama-yanmu berarti bertambah atau tumbuh menjadi besar, (2) rabiya-yarba dengan wazan khafia-yakhfa artinya baik; menjadi besar/dewasa, tumbuh berkembang, (3) rabba-yarubbu, dengan arti aslahah berarti memperbaikinya, mengurusi perkaranya, bertanggung jawab atasnya.26

Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, setelah menjelaskan arti tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib, ia berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran

25

Daniel Golemen, Emotional Inteligence, hal. 122

26

Ali bin Hasan al-Atsari, Syekh, Tashfiyah dan Tarbiyah, Upaya Meraih Kejayaan Umat

18

Islam. Bila disingkat, Pendidikan Agama Islam ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal sesuai dengan ajaran Islam.27

Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan untuk menciptakan pola tingkah laku tertentu pada anak-anak atau peserta didik. Pendidikan disini mengandung proses yang bertujuan untuk menciptakan pola tingkah laku anak didik yang diusahakan oleh pendidik.28

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.29

Menurut Zuhairini dkk, Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam.30 Menurut Zakiah Dradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.31

Menurut Abdurrahman Shaleh Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha sadar yang berupa bimbingan atau asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya maka ia dapat memahami dan

27

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hal.32

28

Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Husna, 1986), hal. 32

29

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 76

30

Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal.25

31

19

mengamalkan ajaran-ajaran Islam serta menjadikannya way of life atau sebagai jalan kehidupan.32

Al-Qur’an dan al-Sunnah dalam Pendidikan Islam mempunyai fungsi utama yaitu sebagai fondasi dalam tata pelaksanaannya, mengandung nilai-nilai Islam yang merupakan panduan dalam kehidupan bagi seluruh umat muslim. Seseorang yang telah memutuskan untuk berbuat dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam maka ia merupakan orang yang berkepribadian muslim.

Dari beberapa pendapat pakar mengenai Pendidikan Agama Islam diatas kalau disimpulkan akan nampak dari fokus utama pendidikan, yaitu suatu kegiatan bimbingan pengajaran baik jasmani maupun rohani anak didik sehingga tercapai tujuan yang diharapkan, yaitu terbentuknya manusia yang berkepribadian muslim.

33

Dalam melihat kepribadian muslim, Marimba menggolongkan beberapa aspek dalam kepribadian yaitu:34

a. Aspek kejasmanian; Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-cara berbuat, cara-caranya berbicara dan lain sebagainya.

b. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya cara-cara berpikir, bersikap dan minat.

32

Abdurrahman Shaleh, Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 13

33

AD Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Ma’arif, 1989), hal. 23-24

20

c. Aspek-aspek kerohanian yang luhur; meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagian dan mendarah-daging dalam kepribadian yang mana dapat mengarahkan memberi corak seluruh kehidupan individu.

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk selalu optimis dalam menjalani kehidupan. Banyak ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang optimis, diantaranya adalah dalam surat az-Zumar ayat 53 dan surat Yusuf ayat 87, yaitu:

Surat az-Zumar ayat 53









































Artinya: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”. (Q,S. Az-Zumar 53).P34F

35

Surat Yusuf ayat 87









































Artinya: Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat

35

21

Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S.Yusuf 87). 36

Dalam proses pembelajaran, paling sedikitnya terdapat tiga faktor komponen yang menjadi fokus pembahasan dalam sebuah pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh D. H Queljoe dan A. Ghazali, bahwa yang menjadi perhatian utama untuk suatu pembelajaran adalah tujuan, materi, dan metode pembelajaran.

Dari ayat-ayat di atas penulis menyimpulkan bahwa Islam sangat menekankan kepada umatnya agar senantiasa berpikiran positif dan memiliki kesungguhan dalam melaksanakan hidup untuk meraih sebuah kesuksesan, karena pemikiran yang positif akan melahirkan akal yang sehat, maka dengan akal sehat itulah maka orang akan berupaya untuk menjalani hidup ini dengan penuh kesungguhan. Tanpa kesungguhan dan keyakinannya dalam meraih sebuah kehidupan ini maka apa yang dilakukannya hanyalah sia-sia belaka.

37

1) Tujuan

Istilah untuk mengacu pada tujuan pendidikan dalam bahasa Arab sangat banyak antara lain “ghayyat” untuk mengartikan tujuan akhir, “ahdaf” pada mulanya digunakan untuk memberi arti peranan yang lebih tinggi dengan tinjauan yang sangat luas dan menyiratkan hal yang semacam ini sangat diperlukan, juga berarti menempati suatu sasaran yang

36

Ibid., hal. 362

37

M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Editor: Abdul Halim, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 1-2

22

lebih dekat, selanjutnya adalah “maqasid” yang mengandung arti jalan yang lurus untuk menuju hasil yang dikehendaki.38

Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa perumusan tujuan Pendidikan Agama Islam itu harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspek yaitu: pertama, tujuan dan tugas hidup manusia diciptakan bukan secara kebetulan melainkan mempunyai tujuan dan tugas tertentu (QS. Ali Imran (3): 19), kedua, memperhatikan sifat dasar (nature) manusia, yaitu konsep penciptaan manusia dengan bermacam fitrah (QS. Al-Kahfi (18): 29), mempunyai kemampuan untuk beribadah (QS. Adz-Dzariyat (51): 56), ketiga, tuntunan masyarakat, baik pelestarian nilai budaya, pemenuhan kebutuhan hidup maupun antisipasi perkembangan tujuan modern, dan yang keempat adalah dimensi-dimensi kehidupan ideal manusia. Dalam hal ini tergantung dalam mengelola

Tanpa memperhatikan perbedaan penggunaan istilah tujuan yang jelas, jika tujuan pendidikan dipandang hanya sebagai suatu proses tersebut akan berakhir pada pencapaian tujuan akhirnya. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai yang terbaik dalam pribadi yang diinginkan. Nilai tersebut mempengaruhi dan mewarnai pola pendidikan manusia sehingga menggejala dalam perilaku yang nampak (lahiriyah). Dengan kata lain perilaku lahiriysh adalah cermin nilai-nilai yang ideal yang telah mengakar di dalam jiwa manusia sebagai produk dari proses pendidikan.

38

Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 159

23

kehidupan bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, keseimbangan dan keserasian keduanya.39

Dalam sebuah pendidikan dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam berkisar antara dua dimensi hidup yaitu penanaman rasa taqwa kepada Allah dan pengembangan rasa kemanusiaan kepada sesama. Penanaman rasa taqwa sebagai dimensi pertama ini dimulai dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban formal agama berupa ibadah-ibadah. Dalam pelaksanaan itu harus disertai penghayatan yang sedalam-dalamnya akan makna ibadah-ibadah tersebut, sehingga mengerjakannya bukan

Dalam kerangka pemikiran teoritik, tujuan fundamental pendidikan agama terutama Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan pada lembaga formal adalah untuk mengembangkan religiusitas dalam diri peserta didik seoptimal mungkin melalui penanaman nilai-nilai agama dalam jiwa mereka dalam membentuk manusia yang berkepribadian muslim yakni manusia yang bertaqwa. Makna taqwa dapat dipahami sebagai kesadaran ketuhanan, yaitu kesadaran tentang adanya Tuhan Yang Maha Hadir dalam hidup manusia. Maka diharapkan peserta didik memiliki keyakinan dan kesadaran bahwa Tuhan selalu menyertai dan mengawasi tingkah laku mereka disetiap saat dan tempat sehingga menjadi baik (al-akhlaq al karimah).

39

24

semata-mata sebagai ritus formal, melainkan keinsafan mendalam akan fungsi edukatifnya bagi manusia.P39F

40

Dalam bukunya “Asas-asas Pendidikan Islam”, Hasan Langgulung menjelaskan, bahwa tujuan pendidikan harus dikaitkan dengan tujuan hidup manusia, atau lebih tegasnya, tujuan pendidikan adalah untuk menjawab persoalan “untuk apa kita hidup?”. Islam telah memberi jawaban yang tegas dalam hal ini, seperti firman Allah Swt:

         

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)P40F 41

Mengutip pendapat Al-Attas, Hasan Langgulung menggambarkan bahwa tujuan hidup seorang Muslim yakni beribah kepada Allah adalah sasaran dari tujuan pendidikan Islam.P41F

42

P

Ibadah dalam Islam harus dilakukan secara menyeluruh, artinya bahwa setiap muslim baik dalam berfikir, bertindak, atau bersikap diperintahkan untuk berislam. Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika melakukan perilaku ritual (beribadah) tetapi juga melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural, bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak oleh mata, tetapi juga yang tidak tampak oleh mata dan terjadi dalam hati.

40

Nurcholis Majid, Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam

Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 2000), hlm. 96

41

Departemen Agama RI, Al-Quran…, hal. 862.

42

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),hlm. 25

25

Kedua, dimensi kemanusiaan, yakni bahwa ritual-ritual keagamaan itu harus diinternalisasikan dalam hubungan horisontal, antar sesama manusia.43

2) Materi

Sebuah situs vertikal dianggap tidak bernilai jika tidak dibarengi dengan kepedulian horisontal. Nilai-nilai agama hanya akan tetap menjadi intisari ideal dari kumpulan-kumpulan sifat Ilahi yang sifatnya transendental apabila hal itu tidak diaktualisasikan dalam hubungan antar manusia yang konkrit. Manakala dimensi agama didefinisikan hanya dalam batas dan personal seorang hamba dengan Tuhannya, maka dengan sendirinya ia mengarah kepada individualisme dan egoisme.

Istilah materi pendidikan adalah sebagai pengorganisir bidang ilmu pengetahuan yang membentuk basis aktivitas lembaga pendidikan, bidang-bidang-bidang ilmu pendidikan ini satu dengan yang lainnya dipisah-pisahkan, namun merupakan satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Materi pendidikan harus mengacu pada tujuan pendidikan, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri terlepas dari kontrol tujuan pendidikan.

Materi Pendidikan Agama Islam, dalam pendidikan agama di sekolah sebagaimana yang tercakup dalam ajaran pokok Islam yaitu meliputi beberapa masalah:

43Ibid, hlm. 100

26

a) Masalah aqidah (keimanan), menurut Hasan al-Banna sebagaimana yang dikutip oleh Yunahar Ilyas dalam bukunya yang berjudul

Kuliah Aqidah Islam, aqidah adalah beberapa perkara yang wajib

diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.44

(1) Iman kepada Allah SWT.

Aqidah bersifat i’tiqad batin, mengajarkan ke-Esa-an Allah SWT sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur, dan meniadakan alam ini. Adapun ruang lingkup pembahasan aqidah dengan mengikuti sistematika arkanul iman yaitu:

(2) Iman kepada Malaikat.

(3) Iman kepada Kitab-kitab Allah. (4) Iman kepada Nabi dan Rasul. (5) Iman kepada Hari Akhir. (6) Iman kepada Taqdir Allah.45

b) Masalah syari’ah (keislaman), menurut Imam Syafii dalam kitab ar

Risalah yang dikutip oleh Mohammad Daud Ali dalam bukunya

yang berjudul Pendidikan Agama Islam, syari’at adalah peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah laku manusia.46

44

Yunahar Ilyas, kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2007), hal. 1.

45

Ibid., hal. 6.

46

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 235.

27

semua peraturan dan hukum Allah, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur hidup dengan kehidupan manusia.

c) Masalah akhlak (ihsan), yaitu tata aturan atau norma perilaku yang bukan hanya mengatur hubungan antar sesama manusia saja, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan dengan alam semesta sekalipun.47

(1) Akhlaq kepada Allah SWT, meliputi: ketaqwaan, ridha, ikhlas, tawakkal, khauf dan raja’, taubat dan syukur.

Adapun ruang lingkup akhlak yaitu:

(2) Akhlaq kepada Rasulullah SAW, meliputi: mengikuti dan menaati Rasulullah SAW.

(3) Akhlaq pribadi, meliputi: shidiq, pemaaf, shidiq, amanah, istiqamah, tawadhu' dan sabar.

(4) Akhlaq dalam berkeluarga, meliputi: birrul walidain, kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak.

(5) Akhlaq bermasyarakat, meliputi: bertamu dan menerima tamu, hubungan baik dengan tetangga dan hubungan baik dengan masyarakat.

(6) Akhlaq bernegara, meliputi: musyawarah dan menegakkan keadilan.48

47

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007), hal. 1

48

28

Dalam menyajikan materi-materi tersebut seorang guru tidak boleh

Dalam dokumen NILAI NILAI OPTIMISME DALAM FILM SI ANAK (Halaman 23-53)

Dokumen terkait