• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Makan Pagi

Makan pagi adalah sejumlah makanan yang dikonsumsi seseorang pada pagi hari mulai dari matahari terbit sampai kira-kira pukul 05.00-07.00 (Ahmadi, 1993). Jadi kebiasaan seseorang untuk makan pagi di mulai dari pukul 05.00 sampai pukul 07.00. Dimana mencakup makanan sehat dan mempunyai kadar gizi yang baik. Makan sehat adalah makanan yang mengandung tri guna makan yaitu makanan yang mengandung tiga kegunaan makanan yaitu sebagai zat pembangun, zat pengatur, dan zat tenaga. Untuk sarapan sebaiknya mengikuti pola makan seimbang yakni dengan komposisi karbohidrat 60-68 %, protein 12-12%, lemak 20-25%, dan serat 10-15% (Gempur Santoso, 2004).

Ilmu gizi umumnya mempelajari bagaimana memberikan makanan sebaik-baiknya sehingga kesehatan tubuh menjadi sangat optimal. Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh para pekerja untuk memenuhi kebutuhan kalori yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Tujuannya adalah supaya tingkat kesehatan dan daya kerja

serta produktifitas kerja tercapai setinggi-tingginya (Gempur Santoso, 2004).

xix

Menurut SNI 9-960-990 gizi kerja yang tidak baik akan berakibat sebagai berikut :

a. Gangguan kesehatan di kalangan tenaga kerja yaitu berupa penyakit-penyakit akibat kekurangan zat gizi.

b. Terjadi merendahnya/kekurangan kalori untuk tenaga kerja yang mengakibatkan kelelahan kerja.

Pada umumnya zat makanan atau nutrisi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu makronutrien dan mikronutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein, dan lemak yang dapat menghasilkan energi, sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai pengatur tubuh yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (Gempur Santoso, 2004).

Menurut Sjahmien Moehyi (1992) berkurangnya zat gizi dalam makanan disebabkan oleh tiga hal yaitu :

a. Zat gizi terlarut dalam air dan akan terbuang bersama air pencuci. b. Zat gizi akan rusak atau terurai karena pengaruh enzim pada makanan. c. Zat gizi akan terurai akibat pemanasan bahan makanan pada saat

dimasak.

Menurut Khomsan Ali (2002), ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam ritual sarapan pagi yaitu :

xx

Jumlah sarapan yang cukup dan seimbang zat gizinya dapat memenuhi kebutuhan tubuh selama 4 – 6 jam sebelum makan siang tiba. Jika tidak tubuh akan memperoleh energi dengan memecah/menguras cadangan gula yang tersimpan dalam hati hingga akhirnya kita akan merasa lelah/capek serta lemas karena tidak ada makanan yang masuk untuk membakar cadangan gula tersebut. Jadi sarapan dengan jumlah nutrisi yang tepat bukan makan dengan porsi yang banyak asal kenyang tetapi kandungan nutrisi di dalamnya kurang memenuhi kebutuhan tubuh/kesehatan tubuh.

2) Secara Kualitas

Dalam setiap aktivitas makan kita harus memenuhi syarat makanan dan juga harus seimbang. Hal ini karena setiap jenis zat gizi tersebut mempunyai waktu metabolisme yang berbeda-beda. Pemecahan atau pembakaran karbohidrat akan berlangsung terlebih dahulu sampai 4 jam pertama, kemudian baru protein dan terakhir adalah lemak. Sedang vitamin dan mineral akan membantu proses metabolisme tersebut. Jadi sarapan harus merupakan kombinasi yang baik diantara zat gizi yang ada di dalam makanan.

Sering kita mengabaikan sarapan atau makan pagi, kadang-kadang karena kesibukan atau mengejar waktu sehingga makan pagipun terabaikan. Sebenarnya makan pagi banyak manfaatnya antara lain :

xxi a. Membantu untuk mencukupi zat gizi

b. Dapat memelihara ketahanan tubuh, agar kita dapat beraktifitas atau bekerja dengan baik.

c. Membantu memusatkan pikiran untuk melakukan pekerjaan.

Ada enam unsur gizi dalam makanan yang dibutuhkan manusia, sedangkan fungsi unsur gizi dalam tubuh manusia antara lain :

a. Zat makanan pemberi kalori terdiri dari unsur gizi : Karbohidrat, lemak, protein.

b. Zat pembangun terdiri dari unsur gizi : Protein, lemak, mineral, dan air.

c. Zat pengatur terdiri dari unsur gizi : Protein, mineral, air, dan vitamin. 2. Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.

a. Klasifikasi Kelelahan Kerja 1) Kelelahan otot

xxii

Kelelahan otot merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. Keadaan berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan.

2) Kelelahan umum

Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1993). b. Tanda-tanda Kelelahan Kerja

Menurut Sugeng Budiono, A.M, dkk (2003), berikut adalah gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara subyekif dan objektif :

1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing. 2) Tidak atau berkurangnya konsentrasi. 3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan. 4) Persepsi yang buruk dan lambat.

5) Tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja. 6) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

Suma’mur P.K (1996), membuat daftar gejala atau perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu :

xxiii 1) Pelemahan Kegiatan

Gejala kelelahan yang berupa pelemahan kegiatan ditunjukkan dengan :

a) Perasaan berat di kepala b) Badan merasa lelah c) Kaki merasa berat, d) Menguap

e) Merasa kacau pikiran f) Menjadi mengantuk

g) Merasakan beban pada mata h) Kaku dan canggung dalam gerakan i) Tidak seimbang dalam berdiri j) Merasa ingin berbaring. 2) Pelemahan Motivasi

Gejala kelelahan yang berupa pelemahan motivasi ditunjukkan dengan :

a) Susah berfikir b) Lelah berbicara c) Menjadi gugup

d) Tidak dapat berkonsentrasi

e) Tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu f) Cenderung untuk lupa

xxiv h) Merasa cemas

i) Tidak dapat mengontrol sikap j) Tidak tekun dalam pekerjaannya. 3) Pelemahan Fisik

Gejala kelelahan yang berupa pelemahan fisik ditunjukkan dengan: a) Sakit kepala

b) Kekakuan di bahu

c) Merasa nyeri di punggung d) Merasa pernapasan tertekan e) Haus

f) Suara serak g) Merasa pening

h) Spasme dari kelopak mata i) Tremor pada anggota badan j) Merasa kurang sehat

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelelahan. Faktor tersebut sebagai pembatas yang tidak boleh dilampaui agar pekerja dapat bekerja dengan aman, nyaman dan sehat (Sugeng Budiono,A.M, dkk, 2003). Adapun faktor tersebut adalah:

1) Faktor Internal a) Umur

xxv

Semakin tua seseorang semakin cepat lelah orang tersebut dalam melakukan pekerjaan. Pada usia lanjut jaringan otot akan mengerut dan digantikan oleh jaringan ikat. Pengerutan otot menyebabkan daya elastisitas otot berkurang termasuk juga daya angkat beban (Arcole Margatan, 1996). Sehingga kalori yang dibutuhkan juga semakin besar.

b) Jenis kelamin

Laki-laki mempunyai keadaan fisik atau susunan otot yang lebih kuat dari pada wanita. Kalori yang dibutuhkan laki-laki juga lebih besar dari wanita. Sebagai gambaran kekuatan wanita yang lebih jelas, wanita muda dan laki-laki tua kemungkinan dapat mempunyai kekuatan yang hampir sama (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003).

c) Masa kerja

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat (Tarwaka, 2004). Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja maka akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang.

xxvi d) Status gizi

Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003). e) Riwayat penyakit

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan yaitu seperti penyakit jantung, penyakit gangguan ginjal, penyakit asma dan tekanan darah tinggi atau hipertensi. 2) Faktor Eksternal

a) Beban kerja

Seseorang yang mengangkat dan mengangkut beban yang semakin berat dapat menyebabkan cepat lelah. Sehingga kalori yang dibutuhkan juga lebih banyak untuk menghasilkan tenaga yang maksimal.

b) Jarak angkat

Pada saat melakukan pekerjaan mengangkat dan mengangkut jarak angkat juga diperhitungkan yakni semakin jauh jarak angkat maka semakin besar energi yang dikeluarkan untuk pekerjaan mengangkat dan mengangkut sehingga dapat mempercepat kelelahan kerja.

xxvii

Tekanan panas disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban, radiasi, kecepatan gerak udara dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang. Produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, pengaruh dari berbagai bahan kimiawi, dan gangguan pada sistem pengatur panas.

Tekanan panas yang berlebihan akan menjadi beban pengaruh yang harus diperhatikan dan diperhitungkan. Pengaruh tersebut berupa panas lingkungan, dapat menyebabkan kelelahan kerja. Tekanan panas yang berlebih juga dapat mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia serta dapat mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan kerja sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja (Eko Nurmianto, 1996).

Untuk menilai tingkat tekanan panas dalam lingkungan kerja digunakan beberapa indek diantaranya adalah dengan W.B.G.T (Wet Bulb Globe Temperature Index). Indeks ini dikembangkan untuk menilai beban panas yang diberikan untuk latihan angkatan bersenjata amerika. Di Indonesia dikenal dengan nama Indeks Suhu Basah dan Bola. Untuk menghitung ISBB, digunakan rumus : (American Conference of Govermental Industrial Hygienist),

xxviii

ISBB : 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering, (untuk di luar ruangan yang ada pengaruh sinar matahari).

ISBB : 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi, (untuk penilaian di dalam ruangan kerja atau gedung).

Keterangan : ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola)

Rumus ini berlaku untuk lingkungan kerja dengan kondisi yang relatif tetap selama jam kerja.

Nilai Ambang Batas tekanan panas lingkungan kerja yang diperkenankan, tergantung dari pengaturan waktu kerja dan beban kerja (tabel 1).

Tabel 1. Standar Iklim Kerja berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-/MEN/1999.

Beban kerja (ISBB) Variasi kerja – istirahat

Ringan Sedang Berat Kerja terus-menerus 30,0 26,7 25,0 75% kerja, 25% istirahat 30,6 28,0 25,9 50% kerja, 50% istirahat 31,4 29,4 27,9 25 % kerja, 75% istirahat 32,2 31,1 30,0 Sumber : Kepmenaker No. Kep-/MEN/1999.

d) Kebisingan

Kebisingan adalah suatu tekanan yang merusak pendengaran. Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003). Kebisingan >85 dB bersifat mengganggu kenyamanan kerja, berpengaruh buruk terhadap komunikasi dan tidak menguntungkan terhadap efisiensi.

xxix

Menurut Cohen (1997) menyatakan bahwa akibat kebisingan terhadap kesehatan fisik secara umum dapat meningkatkan tekanan darah, gangguan pencernaan. Sedangkan terhadap kesehatan mental dapat menimbulkan sakit kepala, rasa mual. Kebisingan mengurangi efisiensi dari banyak tugas, meningkatkan tekanan darah, dan menurunkan volume aliran darah. Saat kita tidur dapat menyebabkan perubahan electroencephalograms dan sirkulasi darah tanpa kita merasakannya. Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah stress.

3. Hubungan Antara Kebiasaan Makan Pagi dengan Kelelahan Kerja

Kebiasaan makan pagi sangat penting untuk kesehatan, apabila tenaga kerja tidak mempunyai kebiasaan makan pagi maka dalam melakukan pekerjaan akan mudah lelah. Selain itu juga dapat menimbulkan penyakit, khususnya penyakit maag. Apabila keadaan gizi tenaga kerja kurang maka akan mengurangi gairah kerja, mempercepat terjadinya kelelahan dan tenaga kerja akan mudah terserang penyakit. Sebaliknya apabila keadaan gizi tenaga kerja baik dan seimbang maka akan meningkatkan gairah kerja, memperlambat kelelahan dan daya tahan tubuh menjadi kuat sehingga tidak mudah terserang penyakit.

Seperti halnya aktivitas makan di waktu yang lain baik makan siang maupun makan malam, sarapan di pagi hari tidak boleh kita lewatkan begitu saja. Karena dengan diawali sarapan pagi, kita dapat

xxx

mempersiapkan stamina tubuh/kesehatan tubuh kita hingga dapat beraktivitas secara optimal sampai menjelang siang hari. Sarapan pagi diperlukan untuk membekali tubuh kita dalam memberikan asupan zat gizi baik dari sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin maupun mineral. Untuk itu perlu diperhatikan mengenai bagaimana susunan sarapan pagi yang baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Dengan begitu akan ada cadangan makanan yang akan menghasilkan energi yang maksimal. Jika tidak tubuh akan memperoleh energi dengan memecah/menguras cadangan gula yang tersimpan dalam hati hingga akhirnya kita akan merasa lelah/capek serta lemas karena tidak ada makanan yang masuk untuk membakar cadangan gula tersebut (Khomsan Ali, 2002).

Jadi sarapan dengan jumlah nutrisi yang tepat bukan makan dengan porsi yang banyak asal kenyang tetapi kandungan nutrisi di dalamnya kurang memenuhi kebutuhan tubuh/Kesehatan Tubuh

(http://www.scribd.com/doc/24131915).

B. Kerangka Pemikiran

xxxi Keterangan :

: Dilakukan penelitian

: Tidak dilakukan uji statistik

C. Hipotesis

Ada Pengaruh Kebiasaan Makan Pagi terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta.

Faktor Internal : 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Masa kerja 4. Status Gizi 5. Riwayat penyakit Kebiasaan tidak makan pagi Faktor eksternal : 1. Beban kerja 2. Jarak angkat 3. Tekanan panas 4. Kebisingan Kekurangan kalori Kelelahan Kerja Tubuh lemas, konsentrasi terganggu

Tidak ada cadangan makanan

Memecah cadangan gula

xxxiii BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang telah di rumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 2003)

Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 1993). Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa penelitian ini juga diobservasi hanya sekali pada saat yang bersamaan (Mochammad Arief T.G, 2004).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pasar Klewer Surakarta, pada bulan April 2010.

xxxiv C.Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pekerja jasa kuli angkut di Pasar Klewer Surakarta dengan populasi 50 orang. Subyek yang digunakan adalah 36 pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer yang telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Pria

2. Usia 20-50 Tahun

3. Masa kerja lebih dari 5 Tahun. 4. Mengangkat beban secara manual 5. Bersedia menjadi subyek penelitian

D. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Purposive sampling, yaitu pemilihan kelompok subjek dengan jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan ciri dan sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi (Soekidjo Notoatmojo, 1993).

E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan makan pagi. 2. Variabel Terikat

xxxv 3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Variabel pengganggu terkendali : usia, jenis kelamin, masa kerja, beban kerja.

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : Kebisingan, tekanan panas, status gizi.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Makan Pagi

Makan pagi adalah kegiatan mengkonsumsi makanan pada pagi hari mulai pukul 05.00 - 09.00 yang berupa nasi.

Alat ukur : Kuesioner dan wawancara

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kebiasaan makan pagi dan kelompok yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi. Skala pengukuran : Nominal

2. Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah jumlah skor jawaban perasaan kelelahan pada kuesioner yang digunakan untuk penelitian.

Alat ukur : KUPK2 (Kuesioner Umum Perasaan Kelelahan Kerja) Satuan : Jumlah skor

Hasil pengukuran diperoleh 0-60 poin dan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :

xxxvi

b. tenaga kerja yang mengalami kelelahan jika skor lebih dari 30 Skala pengukuran : Nominal

G. Desain Penelitian

Keterangan :

X1 : Tenaga kerja yang mempunyai kebiasaan makan pagi mengalami kelelahan kerja.

X2 : Tenaga kerja yang mempunyai kebiasaan makan pagi tidak mengalami kelelahan kerja.

X3 : Tenaga kerja yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi mengalami kelelahan kerja.

Populasi Subjek Purposive sampilng Mempunyai kebiasaan makan pagi Tidak mempunyai keiasaan makan pagi

Mengalami kelelahan kerja (X1) Tidak mengalami kelelahan kerja (X2) Mengalami kelelahan kerja (X3) Tidak mengalami kelelahan kerja (X4) Chi SquareTest

xxxvii

X4 : Tenaga kerja yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi tidak mengalami kelelahan kerja.

H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Wawancara, yaitu memberi pertanyaan secara langsung kepada subjek penelitian.

2. KUPK2 (Kuesioner Umum Perasaan Kelelahan Kerja), yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kelelahan pada subjek penelitian.

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Hastono (2001) teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi Square Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 10.0, dengan interprestasi hasil sebagai berikut :

a. Jika p value £ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. b. Jika p value > 0,01 tetapi £ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.

xxxviii

Dokumen terkait