1. Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran pada Proses Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan guru.4 Model pembelajaran digunakan guru
selama proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pada siswa.
Model pembelajaran juga merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal sampai
akhir.5 Dalam model pembelajaran sudah mencerminkan penerapan suatu
pendekatan, metode, teknik atau taktik pembelajaran sekaligus. Joyce dan Weil mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran
harus memiliki empat unsur berikut: 6
4 Kokom, Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi,
(Bandung:Refika Aditama 2013)h 57
5Mulyatiningsih Endang, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan
Menyenangkan (PAIKEM), (Jawa barat: PPPPTK, 2010), h. 1 http://Staffnew.uny.ac.id/upload.13 1808329/pengabdian/5model-pembelajaranpaikem2280.pdf (diakses 19 april 2017)
6Fhadjar Shadiq, Modul Matematika SMP Program Bermutu, Model Pembelajaran
Matematika SMP (Yogyakarta: PPPPTK,2009),h.7http://mgmpmatsatpmalang,file.wordpress.com //2011/11/17model_modelpembelajaranmatematikaSMP.Pdf? diakses 20 april 2017.
1) Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata contohnya, bagaimana kegiatan pendahuluan pada proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya?
2) Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
3) Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dilakukan siswanya. Pada satu model, guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada model yang lain guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk hal-hal yang berkait dengan kreativitas.
4) Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model tersebut.
Pendapat tersebut lebih mengarah bahwa model pembelajaran harus memiliki beberapa unsur meliputi syntak, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung yang akan menjadi kesatuan dalam membantu pembelajaran.
b. Model Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang
kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri dalam memecahkan masalah dan mengupayakan berbagai macam solusi yang
mendorong siswa untuk berpikir kreatif7 PBL adalah metode pembelajaran yang
berpusat pada siswa dengan melibatkan peran aktif siswa dalam memecahkan suatu masalah yang belum jelas akan tetapi bersifat nyata dan model yang merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawabannya, mencari data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah.
Ward berpendapat bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehinnga dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk menyelesaikan
masalah.8 Proses belajar yang dilakukan guru memerlukan metode yang tepat
dalam pencapaian tujuan proses belajar mengajar. Agar tujuan dalam proses belajar mengajar bisa tercapai secara efektif dan efsien, kemampuan guru dalam menguasai materi tidaklah mencakupi. Disamping penguasaan materi, guru juga harus memiliki kemampuan untuk mengolah proses belajar mengajar dengan baik, yaitu pemilihan mentode penyampaian materi yang diajarkan dan juga kemampuan siswa yang menerima materi. Sehingga guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
7 Purnamaningrum, A.,SDwiastuti, R. M. Probosari, dan Noviawati, Peningkatan
Kemampuan Berfikir Kreatif melalui Problem Based Larning (PBL) pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, 4 (3): 39-
8 Karunia Eka Lestari dan mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidkan
Sanjaya berpendapat bahwa keunggulan dan kelemahan PBL adalah sebagai berikut.
1) Keunggulan
Sebagai strategi pembelajaran, PBL memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b) menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c) Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d) Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f) Melalui pemecahan masalah memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA sejarah dan lain sebagainya) pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja
h) Membantu mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i) Memberikan kesempatan kepada siswauntuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
2) Kelemahan
Disamping keunggulan, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya: a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem
solving) membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang akan dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.9
2. Pembelajaran dengan Media Audio Visual a. Media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
médium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.10 Jadi bisa
9 Dian Febrintina, Perbandingan Model CPN dan PBL Meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kritis dengan Minta Belajar Universitas Bandar Lampung Pendidikan IPS”Artikel Penelitian.www.Jurnal.ftik.ac.id(diakses 20 april 2017)
disimpulkan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh seorang guru sebagai perantara untuk menyalurkan pesan kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar. Media pembelajaran secara umum adalah alat
bantu Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Media pembelajaran sangat bermanfaat bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran ada beberapa manfaat media pembelajaran sebagai berikut. a) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar;
b) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antar siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya;
c) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; d) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya11.
11 Arsyad, Azhar,Media Pembelajaran, (Ed XVI ;Jakarta: Raja Grafindo Persada
Media pembelajaran terdiri dari berbagai jenis. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah media audio visual. Media audio
visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Selain,
menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, materi audio visual dapat digunakan untuk: (a) mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar; (b) mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi; (c) menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa, dan (d) menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau suatu masalah
b. Audio Visual
Audio Visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa agar para
siswa mampu termotivasi dalam mengikuti pelajaran.12 Jadi bisa disimpulkan
bahwa media pembelajaran audio visual adalah perantara atau alat peraga yang digunakan oleh guru dalam kegiatan beajar mengajar yang produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan (gambar) dan pendengaran (suara).
Pembelajaran audio visual yang mempunyai nilai-nilai praktis maka akan mempermudah seorang guru dan seorang murid. Bagi seorang guru penggunakan media akan membantu dalam memberikan penjelasan kepada murid
terhadap hal–hal yang dianggap sulit menjadi sesuatu yang bisa dipelajari dan dipahami secara lebih sederhana. Kebiasaan guru yang selama ini sering menggunakan metode ceramah mengakibatkan kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru. Maka dengan menggunakan media
audio visual siswa bisa melihat secara langsung materi matematika dan
mendengar penjelaskan dari materi tersebut yang diharapkan membantu pemahaman siswa. Adanya media audio visual yang menjelaskan materi dengan melihat secara langsung dan mendengarkan penjelasannya maka akan memotivasi murid dalam mengikuti pelajaran, dan siswa tidak akan merasa bosan dengan pengajaran guru yang monoton.
Seorang guru harus berfikir kreatif dan inovatif dalam menggunakan media pembelajaran, karena banyak nilai – nilai dalam penggunaan media tersebut. Bagi seorang siswa dengan penggunaan media pembelajaran maka kegiatan belajar di kelas akan lebih menyenangkan dan bervariasi karena siswa bisa melihat secara langsung praktik yang selama ini dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan memicu kreativitas peserta didik serta bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang selama ini dilakukan setelah mendapatkan penjelasan yang benar oleh guru mata pelajaran matematika.
c. Model Problem Based Learning Berbantuan Media Audio Visual
Model Problem Based Learning berbantuan media audio visual pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata di kehidupan sehari-hari sebagai landasan pelaksanaan pembelajaran kemudian siswa melaksanakan pemecahan masalah dan menggunakan media audio visual
sebagai media pendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sebelum peneliti melakukan penelitian, harus memahami langkah-langkah pembelajaran. Adapun langkah-langkah model Problem Based Learning berbantuan media audio visual adalah sebagai berikut:
1) Mengarahkan siswa kepada Masalah 2) Mempersiapkan siswa untuk belajar
3) Membantu penelitian mandiri dan kelompok
4) Mengembangkan dan menyajikan artefak dan benda pajang 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan permasalahan
3. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran
manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.13
13Eni Titikusumawati, Modul pembelajaran Matematika, (Program Dual Mode
System(DMS)NonPGMI),2014,h.4http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id/wpcontent/upload/sites.pd f (diakses20 april 2017)
Pada umumnya guru mengajarkan matematika dengan menerangkan dengan menerapakan konsep dan operasi matematika, memberi contoh mengerjakan soal, serta meminta siswa untuk mengerjakan soal yang sudah diterangkan oleh guru. Model ini menekankan pada menghafal konsep dan prosedur matematika guru menyelesaikan soal. Guru menekankan pembelajaran matematika bukan pada siswa terhadap konsep dan operasinya, melainkan pada pelatihan simbol-simbol matematika dengan penekanan pada pemberian informasi dan pelatihan penerapan algoritma. Guru bergantung pada metode ceramah, siswa
yang pasif sedikit tanya jawab, dan siswa mencatat dari papan tulis. 14
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
b. Pengertian Hasil Belajar
Dalam KBBI hasil diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan dibuat, dijadikan, dsb oleh suatu usaha Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.15
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman hasil belajarnya.16 Hasil belajar juga diartikan
14 Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika,
(Cv.Bandung: Alfabeta, 2015), h 24
15 Ibid
16 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar, (Cet. XI; Bandung: PT
sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analitis-sintesis, fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.17
17 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori Dan Aplikasi PAIKEM,
Bloom berpendapat bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi
initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, sosial, managerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan
sikap.18 Yang perlu di ingat bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa
secara keseluruhan bukan dari salah satu aspek saja.
Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan hasil belajar siswa yang telah diperoleh sebelumnya, agar dari pengenalan ini guru mampu
mendiagnosa kesulitan belajar siswa19 sehingga dapat memperkirakan
kemampuan dan hasil belajar selanjutnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika merupakan hasil yang diperoleh siswa dalam bentuk angka atau nilai setelah mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dalam kurun waktu tertentu. Faktor -faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
18 Ibid .,h.6
19 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Cet. I; Jakarta: PT Bumi Aksara,
a) Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (faktor internal) yang meliputi: kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan. Sedangkan
b) Faktor yang berasal dari luar pelajar (faktor eksternal) meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam20
Hasil belajar siswa yang didasarkan pada hasil tes, menunjukkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran
problem based learning (PBL) dengan media audio visual hal ini terjadi, sehingga
memungkinkan terjadinya peningkatan pemahaman siswa melalui penjelasan yang diperolehnya dalam tutor teman sebaya sesama anggota kelompok.
Slavin berpendapat bahwa dalam teori elaborasi kognitif, pada pembelajaran kooperatif yakni dalam ini terjadi melalui kerja kelompok, siswa atau siswa yang lebih pintar memberikan penjelasan pada siswa atau siswa yang kurang pintar. Akibatnya penguasaan materi pelajaran pada siswa pintar maupun kurang pintar menjadi lebih baik. pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan baik pada siswa atau siswa pintar maupun kurang pintar. Kelompok kurang pintar memperoleh penjelasan dari teman sebaya yang memiliki orientasi
20 Heronimus Delu Pingge dkk, “Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2,bandung
dan bahasa yang sama. Akibatnya pemahaman siswa yang kurang pintar ini menjadi lebih baik. Sementara siswa atau mahasiwa pintar pemahamannya akan meningkat, karena memberikan pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat dalam materi yang dibahasnya. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah (saling mencerdaskan), silih asih (saling menyayangi), dan silih asuh (saling tenggang rasa) antara sesama siswa, latihan hidup dalam masyarakat. Interaksi kooperatif akan memungkinkan siswa menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Penataan lingkungan pembelajaran dan jumlah anggota dalam kelompok kooperatif terdiri dari 4-5 orang, heterogenitas anggota kelompok, bekerja sama face–to–face untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan tanggung jawab secara individual
Lie berpendapat bahwa belajar secara kolaboratif, belajar kontekstual yang didasarkan pada dunia nyata dan belajar yang berdasarkan pada motivasi intrinsik diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik. Melalui belajar secara kooperatif memungkinkan terjadi kolaborasi pengetahuan di antara siswa. Pembelajaran kontekstual adalah perpaduan dari berbagai praktik pengajaran yang baik yang berupaya mengadakan pendekatan pembaharuan pendidikan, sehingga diharapkan pembelajaran makin relevan dan berguna secara fungsional bagi seluruh siswa. Hasil penelitian ini menunjang hasil penelitian peta konsep kelompok akan meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang berkemampuan awal rendah dan tinggi, karena melalui peta konsep kelompok siswa memperoleh pemahaman yang komprehensif dari hasil diskusi dengan teman sebaya. Hasil
belajar kognitif dimensi bahwah yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan erat kaitannya dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi yakni analisis, evaluasi, dan kreatif (hasil belajar kognitif dimensi atas) Kemampuan berpikir tingkat tinggi (hasil belajar kognitif dimensi atas) diperoleh siswa melalui pembelajaran kontekstual karena melalui pembelajaran ini siswa memiliki kesempatan untuk memecahkan permasalahan.
Pembelajaran kontekstual dalam hal ini melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) memberikan pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar kognitif. Ini berarti bahwa siswa belajar lebih efisien pada saat mereka diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative) dengan siswa lainnya dalam satu kelompok atau tim Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa pembagian kelompok dalam penelitian ini mengacu pada prinsip pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memiliki kadar CBSA yang tinggi. Salah satu kemasan pembelajaran yang memiliki aspek kolaborasi adalah kemasan pembelajaran kooperatif . Menurut teori motivasi, setiap kelompok kooperatif akan berusaha memperoleh skor/nilai yang tinggi dengan harapan memperoleh reinforcement/rewards. Motivasi pada setiap anggota kelompok akan saling membantu antar sesamanya untuk
menguasai materi pelajaran dengan baik. 21
21 Rita magdalena, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Serta Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 5 Kelas XI Kota Samarinda
Tahun Ajaran 2015, Jurnal Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol