• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan

1.6. Landasan Teori

sosialis terhadap segala aspek negara Cina namun memberikan dampak kurang baik bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat Cina.

Kemudian gaya

kepemimpinan Deng

Xiaoping lebih konsisten dengan visi pragmatisnya. Namun Deng Xiaoping tetap menjalankan komunis sebagai pondasi politik Cina. Sedangkan Jiang Zemin mungkin tidak banyak terliat ke „inti‟-an kepemimpinannya hal ini dikarena Jiang Zemin lebih sebagai penerus dari kreasi Deng Xiaoping.

Dari keenam penelitian terdahulu diatas, ada yang memiliki perbedaan dan persamaan yang akan diteliti oleh penulis. Perbedaannya pada penelitian ini menegaskan bahwa penelitian ini menggunakan teori persepsi untuk membantu analisis penelitian tentang Pengaruh Deng Xiaoping terhadap Perubahan Kebijakan Ekonomi “Gaige Kaifang” di Cina, sehingga penelitian ini lebih detail dalam menganalisis individu sebagai unit utama yang berperan sebagai pengambil dan faktor perubahan kebijakan suatu negara. Adapun persamaan yang ada juga bukan menjadi suatu kendala bagi penelitian ini, melainkan dapat menjadi sumber – sumber untuk mendukung dan melengkapi penelitian ini.

1.6. Landasan Teoritis. 1.6.1. Teori Persepsi.

Dalam penelitian ini penulis melihat individu sebagai subjek dasar yang berperan penting dalam segala fenomena – fenomena di seluruh dunia tanpa

20 terkecuali, karena manusia memiliki nilai, perasaan, pikiran, dan akal yang menjadikan individu – individu ini mampu memandang, menilai sesuatu yang berada disekitar lingkungan kehidupannya. Hal ini juga termasuk kedalam ilmu politik yang menjadi aktifitas sehari – hari para individu, misalkan bagaimana individu itu memilih dan memutuskan pengambilan kebijakan dalam suatu negara yang dipimpin dan ditentukan oleh satu individu atau sekelompok sebagai pemerintah, beserta unit – unit individu lainnya dalam struktur pemerintahan yang membantu proses kebijakan serta memiliki peranannya masing – masing.

Individu masuk kedalam kategori unit analisa mikro dan unit analisa empirik yang paling dasar, karena tingkat analisa dalam ilmu hubungan internasional menekankan pentingnya peranan individu sebagai variabel yang menjelaskan fenomena internasional. Dalam pendekatan mikro berasumsi bahwa pengetahuan politik merupakan pengetahuan tentang manusia, yaitu pengetahuan tentang bagaimana manusia berpikir tentang dirinya sendiri, bagaimana mereka memandang dunia dan tempat hidup mereka di dalamnya, dan apa yang menurut mereka penting dalam hidup ini. Jadi, bahan studi politik adalah kebutuhan, kehendak, citra, nilai dan kepercayaan (akidah) manusia18, yang berfungsi untuk memahami bagaimana dunia politik tersebut, serta mengetahui mengapa manusia melakukan tindakan politik dan apa hubungan tindakan politik itu terhadap bahan studi politik.

Dalam proses pengambilan kebijakan suatu negara tiap – tiap negara memiliki keriterianya masing – masing hal ini ditopang oleh karakteristik pribadi masing – masing pemerintahnya yang berbeda – beda. Menurut Kenneth Boulding

18Mohtar Mas‟oed, 1989, Studi Hubungan Internasional (Tingkat analisis dan Teorisasi),Yogyakarta, PAU – Studi Sosial UGM, hal. 1-2.

21 bahwa ketika manusia bereaksi akan lingkungan disekitar manusia itu hidup atau dunia, sesungguhnya mereka itu bereaksi terhadap citra atau persepsi mereka tentang dunia. Sedangkan, nilai – nilai yang terdapat dalam dunia nyata dengan persepsi manusia tentang dunia nyata itu memiliki kemungkinan yang berbeda19. Dalam penelitiannya Ole R. Holsti menyatakan bahwa persepsi individu sangat berpengaruh terhadap citra dan keyakinannya. Sistem keyakinan atau akidah adalah ”suatu yang lebih atau kurang menggabungkan sekumpulan citra yang mana menyusun keseluruhan yang relevan bagi individu. Hal tersebut menyangkut dahulu, sedang terjadi (sekarang), ekspektasi (perkiraan) kenyataan masa depan dan pilihan nilai dari apa yang seharusnya terjadi.”20

Karena dalam menerima nilai – nilai atau rangsangan (stimulus) dari luar, individu memerlukan adanya keyakinan dan citra untuk menafsirkan ataupun menyeleksi, melihat, menilai dan sebagainya, hal ini yang merupakan proses dari persepsi, keyakinan pun membantu individu untuk bertindak sebagai penyaring untuk memilih informasi yang relevan dalam situasi apapun yang terjadi21. Sehingga persepsi tersebut lebih bersifat dinamis.

19

Ibid., hal. 19.

20

Ole R.Holsti,“The belief System and National Image: A Case Study,“ Journal of Conflict Resolution 6 (September 1962), hal. 244-252, dalam, Bruce Russett dan Harvey Starr, 2006, World Politics The Menu for Choise (eight edition), New York, Thomson Higher Education, hal. 186,dalam

http://books.google.co.id/books?id=vap7_CSJBKEC&pg=PA182&lpg=PA182&dq=Bruce+Russet

t+-+image+perceptions&source=bl&ots=MqvOZwCRNA&sig=4QUB6L0ngQdVH_160wDl0OWV5 KU&hl=id&sa=X&ei=QLF9UrCzOIT3rQeShYHQBA&ved=0CFwQ6AEwCA#v=onepage&q=B ruce%20Russett%20-%20image%20perceptions&f=false diakses pada tanggal 21 Desember 2013, pukul. 03. 04 WIB.

21

Bruce. Russet, Harvey Starr, David Kinsella, 2006,World Politics The Menu for Choise (eight edition), New York, Thomson Higher Education, hal. 186. Juga dalam, Ole R.Holsti, 1962,“The Belief System and National Images: A Case Study,”on Journal of Conflict Resolution 6 Volume 3,Departement of Political Science, Stanford University, hal. 245, dalam

22 Setelah sebelumnya disinggung bahwa tanggapan seseorang terhadap suatu situasi atau stimulus ataupun nilai yang ada disekitar mereka berdasarkan persepsi mereka masing – masing tentang situasi itu. Berarti sama halnya dengan para pembuat keputusan yang memiliki persepsi seperti manusia lainnya, yang mana memang dipengaruhi oleh berbagai proses psikologik sehingga timbul keyakinan (belief system) dalam diri individu itu yang mempengaruhi persepsi. Untuk menjelaskannya Ole R. Holsti membuat diagram yang menggambarkan persepsi dan hubungannya dengan citra dan keyakinan, sebagai berikut:

Gambar 1.1

Sumber : Ole R. Holsti, “The Belief System and National Images: A Case Study,” hal. 24522

Sesuai gambar di atas, bermula dari nilai dan keyakinan seseorang membantunya menetapkan arah perhatiannya, yakni menentukan apa stimulusnya yang berasal dari input - informasi, apa yang dilihat dan apa yang diperhatikan

http://www.acsu.buffalo.edu/~fczagare/PSC%20346/Holsti.pdf, di akses pada tanggal 21 Desember 2013, pukul. 02.48 WIB.

22

23 dari suatu individu tersebut. Lalu, berdasarkan sikap dan citra yang telah dipegangnya selama ini, stimulus itu diinterpretasikan atau diperkirakan. Adapun jenis citra yang terdapat dalam individu, yaitu terbuka dan tertutup. Citra yang terbuka menerima semua informasi yang baru, walaupun mungkin bertentangan dengan citra yang dipegang selama ini, mengelola dan menggabungkannya dengan citra yang telah dipegang itu, bahkan kalau perlu merubah citra tersebut yang sudah dianut agar cocok dengan kenyataan. Sedangkan citra yang tertutup, adalah yang tidak mau menganut informasi baru, karena alasan – alasan psikologik, menolak perubahan dan karenanya mengabaikan saja informasi yang bertentangan dengannya dan memilih bagian – bagian tertentu dari informasi yang masuk yang bisa dipakai untuk mendukung citra yang telah ada.

Setiap individu memiliki persepsi masing – masing tergantung citra yang dipegangnya tersebut. Tergantung kepada pengalaman masa lalu, keperibadiannya yang ditanamkan awal, dan sebagainya. Selain menjadi bagian penting dalam menjalankan peran seseorang, sistem keyakinan atau akidah juga membantu mengorientasikan individu kepada lingkungan, serta mengatur atau mengorganisasikan persepsi sebagai penuntun tindakan, menetukan tujuan, dan bertindak sebagai penyaring informasi yang relevan dalm situasi apapun.

Adapun pernyataan yang mendukung adanya perbedaan citra yang dimiliki oleh setiap individu. berikut penjelasan Rokeach yang menyatakan bahwa:

“sikap ekstrim tertutup, bahwa informasi baru adalah hanya bersifat merusak – dengan membatasinya keluar, mengubahnya, atau mendesaknya dengan mengisolasi batasan. Dengan jalan ini, sistem percaya – ketidak percaya adalah tidak lengkap. Pada ekstrim terbuka, ini memiliki jalan yang berbeda: Informasi baru diterima sebagai . . . dimana yang menghasilkan

24 “keaslian” (sebagai perbandingan dengan macam-bagian atau

kepercayaan yang sebelumnya)perubahan dalam keseluruhan kepercayaan – ketidak percayaan”23

.

Bahwa menurut Rokeach tersebut sama halnya dengan penjelasan diatas, sikap ekstri tertutup adalah sikap menentang terhadap informasi baru yang menganggap hal tersebut sebagai suatu nilai yang akan bertentangang dengan citra individu sebelumnya. Sedangkan sikap ekstrim terbuka adalah kebalikan dari pada sikap ekstrim tertutup, yakni menerima informasi baru, tentu saja dengan mengolahnya menggunakan sistem kepercayaan yang telah dimilikinya, dan mungkin akan menghasilkan sistem kepercayaan kombinasi dengan informasi baru.

Dalam penelitian ini teori persepsi digunakan sebagai alat untuk menjelaskan perilaku dari Deng Xiaoping sebagai seorang individu yang revolusioner dan juga sebagai kepala pemimpin negara komunis Cina, yang mana dalam masa pemerintahannya Deng Xiaoping mengambil keputusan untuk mengubah kebijakan ekonomi dalam negeri yang komando menjadi ekonomi pasar yang bersifat terbuka terhadap dunia global. Dalam hal ini, persepsi yang tertanam dalam benak Deng Xiaoping diharapkan mampu menjawab dan menjelaskan alasan dari rumusan masalah penelitian ini. Didukung dengan latar belakang Deng Xiaoping yang menjadi faktor pengaruh citra dan keyakinannya untuk mempersepsikan sesuatu. Sehingga munculnya Gaige Kaifang itu.

Dokumen terkait