KAJIAN PUSTAKA
2.2 Landasan Teori .1 Pengertian Sintaksis .1 Pengertian Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattien yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat (Ahmad, 1996/1997 dalam Putrayasa, 2008:1).
Verhaar (2010:161) menjelaskan bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang membahas antar kata dalam tuturan.
2.2.2 Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi
11
bunyi ataupun proses fonologi lainya. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), sementara itu di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), tititk dua (:)tanda pisah (-), dan spasi (Alwi, 2003:311).
2.2.3 Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada si mitra tutur. Dalam bahasa Indonesia terdapat paling tidak lima macam untuk mewujudkan tuturan interogatif. Kelima macam itu dapat disebutkan secara satu persatu sebagai berikut :
(1) dengan membalik urutan kalimat, (2) dengan menggunakan kata apa atau apakah, (3) dengan menggunakan kata bukan atau tidak, (4) dengan mengubah intonasi kalimat dengan kalimat tanya tertentu, dan (5) dengan menggunakan kata-kata tanya tertentu ( Rahardi, 2005:77).
Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat iterogatif biasanya digunakan untuk meminta (1) jawaban ” ya ” atau ” tidak”, atau (2) informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca (Alwi, 2003:358).
Chaer ( 2011: 350-356) menjelaskan mengenai kalimat tanya adalah kalimat yang isinya mengharapkan reaksi atau jawaban berupa pengakuan, keterangan, alasan, pendapat dari pihak pendengar atau pembaca. Dilihat dari reaksi jawaban yang diharapakan dibedakan adanya:
1. Kalimat tanya yang meminta pengakuan atau jawaban: ya – tidak, atau
12 ya – bukan
2. Kalimat tanya yang meminta keterangan mengenai salah satu unsur kalimat. 3. Kalimat tanya yang meminta alasan.
4. Kalimat tanya yang meminta pendapat atau buah pikiran orang lain. 5. Kalimat tanya yang menyuguhkan.
a. Kalimat tanya yang meminta jawaban dalam bentuk pengakuan ya – tidak, atau ya – bukan dapat dibentuk dengan cara :
(1) Memberi intonasi tanya pada sebuah klausa; dalam bahasa tulis intonasi tanya dilambangkan dengan nada tanya.
Contoh: - Beirut diserang lagi oleh Israel? - Mereka bekerja sama dengan rakyat? - Suaminya guru SMP?
Kalimat jawaban untuk kalimat tanya jenis ini dapat dibuat dalam bentuk singkat, tetapi dapat juga dibentuk dalm bentuk lengkap. Misalnya jawaban untuk kalimat tanya di atas.
- Ya
atau - Ya, Beirut diserang lagi oleh Israel. - Tidak
atau - Tidak, mereka tidak bekerja sama dengan rakyat. -Bukan
atau - Bukan, suaminya bukan guru SMP.
(2) Memberi kata tanya apakah di muka sebuah klausa. Contoh: - Apakah Beirut diserang lagi oleh Israel?
13 -Apakah suaminya guru SMP? Kalimat jawabanya sama dengan yang di atas.
(3) Memberi partikel tanya kah pada bagian atau unsur kalimat yang ditanyakan. Dalam hal ini bagian kalimat yang diberi partikel kah itu lazim ditempatkan pada awal kalimat.
Contoh: - Bekerja samakah mereka dengan rakyat? - Guru SMP-kah suaminya?
- Benarkah dia akan datang? - Gelapkah ruangan ini? - Inginkah kamu ikut serta?
Kalimat jawabannya juga sama strukturnya dengan kalimat jawaban untuk kalimat tanya di atas.
b. Kalimat tanya yang meminta jawaban berupa keterangan mengenai salah satu unsur kalimat dibentuk dengan bantuan kalimat kata tanya siapa, mana, berapa, dan kapan dan lazim pula disertai denagn partikel tanya –kah.
Kata tanya ini diletakan pada bagian tempat kalimat yang akan ditanyakan. Tetapi biasanya susunan kalimat itu diubah dengan menempatkan kata tanya tersebut menjadi terletak pada awal kalimat. Misalnya:
Klausa : - Nama anak itu Ali Kalimat : - Nama anak itu siapa? Tanya : - Siapa nama anak itu?
1. Untuk menanyakan orang atau yang diorangkan digunakan kata tanya siapa, dan lazim diletakkan pada awal kalimat. Kalau kata tanya siapa ini ditempatkan
14
pada awal kalimat, maka dapat diberi atau disertai partikel-kah; tetapi kalau ditempatkan pada akhir kalimat tidak dapat diberi partikel-kah.
Contoh: - Siapa orang yang duduk di sana itu? (Jawab: - Bapak Lurah
atau - Orang yang duduk di sana adalah Bapak Lurah ). - Dengan siapa dia pergi ke Bogor?
( Jawab: - Dengan ayahnya
Atau - Dia pergi ke Bogor dengan ayahnya). - Kepada siapakah surat itu kauberikan?
( Jawab: - Kepada Pak Guru).
Atau - Surat itu saya berikan kepada Pak Guru). - Dari siapa kamu terima uang itu?
( Jawab: - Dari Ibu.
atau - Uang itu saya terima dari Ibu.) - Siapakah penyiar televisi itu Idrus?
( Jawab: - Idrus
atau - Penyiar televisi itu Idrus). - Oleh siapa dia diusir?
( Jawab: - Oleh ayah.
atau - Dia di usir oleh ayah).
2. Untuk menanyakan benda bukan orang atau yang diorangkan harus digunakan kata tanya apa, yang biasanya diletakkan pada awal kalimat. Kalau kata tanya apa ini diletakkan pada awal kalimat, maka dapat diberi atau disertai partikel –kah; tetapi kalau diletakkan pada akhir kalimat tidak dapat diberi partikel –kah.
15 Contoh: - Apa isi lemari itu?
( Jawab: - Buku.
atau - Isi lemari ini adalah buku).
- Apa yang dapat kausumbangkan kepada mereka? ( Jawab: - Uang sejuta rupiah.
atau - Yang kusumbangkan adalah uang sejuta rupiah ). - Dengan apa pintu rumah itu kau buka?
(Jawab: - Dengan kunci palsu.
atau - Pintu rumah itu saya buka dengan kunci palsu). - Dari apa kue ini dibuat?
( Jawab: - Dari terigu dan gula.
atau - Dari singkong di campur ubi dan kelapa ).
3. Untuk menanyakan keberadaan suatu benda harus digunakan kata tanya mana. Kalau kata tanya mana ini diletakkan pada awal kalimat boleh diberi partiker –kah, boleh juga tidak (tetapi lazimnya tidak ); kalau diletakkan pada akhir kalimat tidak dapat diberi partikel –kah.
Contoh: - Mana buku itu?
(Jawab: - Ada di tas saya.
atau - Sudah kukembalikan ke perpustakaan). - Anakmu yang mana?
( Jawab: - Itu yang baju biru. atau - Oh, sudah tidak ada di sini). - Mana tamu-tamu itu?
16 atau: - Sebentar lagi datang.
4. Untuk menanyakan jumlah atau banyaknya sesuatu benda harus digunakan kata tanya berapa yang biasanya ditempatkan pada awal kalimat. Jika ingin disertai dengan partikel tanya –kah, maka partikel –kah itu harus diletakkan di belakang kata bantu bilangan atau di belakang nama satuan benda tersebut.
Contoh: - Berapa haraganya? ( Jawab: - Rp 2.000,0
atau - Tidak mahal, hanya 2.000,0)
- Berapa meterkah tinggi monumen Nasional itu 1000 meter) (Jawab: - 100 meter.
atau - Tinggi monumen Nasional itu 100 meter). - Kertas yang kau perlukan berapa lembar?
(Jawab: - Sepuluh lembar.
atau - Saya memerlukan sepuluh lembar).
5. Untuk menanyakan waktu harus digunakan kata tanya kapan atau bila yang