• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Manajemen Operasional

Dalam melaksanakan produksi suatu perusahaan, diperlukan suatu manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya pengaturan dan pengkoordinasian penggunaan sumber daya dari kegiatan produksi yang dikenal sebagai manajemen produksi atau manajemen operasional. Berikut ini adalah definisi manajemen operasi dan produksi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:

a. JayHeizer dan Barry Render (2005:4) manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.

b. Eddy Herjanto (2007:2) manajemen operasi dan produksi dapat diartikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi dan produksi merupakan serangkaian proses dalam menciptakan barang dan jasa atau kegiatan mengubah bentuk dengan menciptakan atau menambah manfaat suatu barang dan jasa yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Secara history kegiatan operasi sudah dikenal beribu-ribu tahun yang lalu, sejak manusia mengenal cara berburu, membuat suatu benda, dan lain-lain. Pengetahuan atau cara tersebut berkembang terus dengan ditemukan prinsip serta metode baru, dan akhirnya terbentuk menjadi suatu ilmu sendiri, dilengkapi dengan masuknya unsur-unsur ilmu pengetahuan yang lain.

Perkembangan manajemen operasi lebih terasa sejak meletusnya Revolusi Industri pada abad ke-18. Pada saat itu, pola kerajinan tangan mulai

tergeser, dan sistem pabrik mulai berkembang. Dilengkapi dengan penemuan teknologi yang semakin lama semakin canggih, selain fasilitas produksi menjadi lebih modern, penanganannya juga menjadi lebih kompleks.Sejalan dengan perkembangan teknologi dan perekonomian, konsep manajemen operasi menjadi semakin berkembang dan semakin terasa peranannya dalam pengembangan perusahaan agar semakin efisien dan efektif sehingga memiliki daya saing yang kuat. Perkembangan manajemen operasi sampai dalam bentuknya sekarang ini didasarkan atas penemuan dari para ahli.

2.1.2 Persediaan

Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, barang dalam proses manufaktur dan barang jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari

kata “inventory” yang merupakan timbunan barang (bahan baku, komponen,

produk setengah jadi, atau produk akhir, dan lain-lain) yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safety atau buffer-stock) untuk menghadapi kelangkaan pada saat proses produksi sedang berlangsung. Untuk lebih jelasnya mengenai persediaan, maka akan dipaparkan pengertian persediaan. Pengertian persediaan akan dijelaskan dari beberapa defenisi berikut:

a. Starr dan Miller (1997:3) menjelaskan bahwa “inventory is theory hardly enquires educationand inventory immediately brings to minds a stock of somekind of physical commodity” atau yang bisa dijelaskan persediaan adalah

teori yang membutuhkan pendidikan dan persediaan segera membawa pikiran saham dari beberapa jenis komoditas fisik.

b. Rangkuti (2007:2) menyatakan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material yang berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan dalam suatu tempat atau gudang dimana barang tersebut menunggu untuk diproses atau diproduksi lebih lanjut.

Penyebab persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Menurut Baroto (2002:53) mengatakan bahwa penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut:

a. Mekanisme pemenuhan atas permintaan

Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.

b. Keinginan untuk meredam ketidakpastian

Ketidakpastian terjadi akibat: permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (leadtime) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.

c. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

Jenis-jenis persediaan Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Rangkuti (2007:15) memaparkan persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses produksi,

b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk,

c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi,

d. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi,

e. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Fungsi-fungsi persediaan pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau konsumen. Rangkuti (2007:15) menjelaskan adapun fungsi-fungsi persediaan oleh suatu perusahaan atau pabrik adalah sebagai berikut:

a. Fungsi decoupling

Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga “kebebasannya”. Persediaan barang jadi

diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.

b. Fungsi economic lot sizing

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang

lebih besar dibandingkan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko, dan sebagainya).

c. Fungsi antisipasi

Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories).

2.1.3 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan (inventory control) menurut pendapat Assauri (2004:176) adalah pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang berurutan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah di rencanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kuantitas, maupun biayanya.

Menurut Rangkuti (2004:25), pengawasan persediaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang dapat dipecahkan dengan menerapkan metode kuantitatif.

Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting bagi perusahaan. Karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta kemungkinan penyusutan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga akan mengurangi keuntungan perusahaan. Sebaliknya persediaan bahan yang terlalu kecil akan mengakibatkan kemacetan dalam produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga.

Apabila persediaan bahan terlalu besar atau penentuan tingkat persediaan yang salah dapat berakibat buruk dan menimbulkan perusahaan antara lain disebabkan oleh:

b. Keputusan memesan atau membeli barang berulang-ulang dalam jumlah kecil mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar,

c. Kekurangan persediaan yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan produksi: 1) Ongkos persediaan,

2) Risiko kerusakan bahan.

Sebaliknya, apabila persediaan bahan yang terlalu kecil maka akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan antara lain disebabkan oleh:

a. Kemacetan dalam produksi, b. Ongkos pemesanan,

c. Ongkos kekurangan persediaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku adalah: a. Perkiraan pemakaian,

b. Harga bahan baku,

c. Biaya-biaya dari persediaan, yang meliputi biaya pemesanan dan biaya d. Penyimpanan,

e. Pemakaian senyatanya, artinya pemakaian yang real yang sesuai dengan data f. perusahaan,

g. Waktu tunggu (lead time), yaitu waktu yang diperlukan untuk memesan barang h. Sampai barang tersebut tiba.Waktu tunggu ini tidak selamanya konstan,

i. Cenderung bervariasi karena tergantung dari jumlah barang yang dipesan dan j. Waktu pemesanan.

Tujuan pengendalian persediaan divisi yang berbeda dalam industri manufaktur akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda. Menurut Ginting (2007:125) menjelaskan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah:

a. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak,

b. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi setup mesin). Di samping itu juga produk menginginkan

persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan,

c. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan.

Komponen biaya persediaan salah satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum. Oleh karena itu, menurut Nasution dan Prasetyawan (2008:121) dalam menentukan biaya persediaan perlu diketahui bahwa biaya-biaya yang mencakup dalam persediaan sebagai berikut:

a. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs), yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai Biaya-biaya penyimpanan adalah:

1) Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan, dan sebagainya),

2) Biaya modal (opportunity costs of capital), yaitu alternative pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan,

3) Biaya keusangan,

4) Biaya penghitungan fisik, 5) Biaya asuransi persediaan, 6) Biaya pajak persediaan,

7) Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan, 8) Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.

Biaya-biaya tersebut di atas merupakan variabel apabila bervariasi dengan tingkat persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. Biaya penyimpanan persediaan berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaaanmanufakturing biasanya, biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen.

b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs). Biaya-biaya ini meliputi:

1) Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi, 2) Upah,

3) Biaya telepon,

4) Pengeluaran surat menyurat,

5) Biaya pengepakan dan penimbangan, 6) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan, 7) Biaya pengiriman ke gudang,

8) Biaya utang lancar dan sebagainya.

Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pemesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

c. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs)

Adalah biaya yang timbul apabila persiapan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:

1) Kehilangan penjualan, 2) Kehilangan pelanggan, 3) Biaya pemesanan khusus, 4) Biaya ekspedisi,

5) Selisih harga,

6) Terganggunya operasi,

7) Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity costs yang sulit diperkirakan secara objektif.

2.1.4 Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) menurut Riyanto (2001:78) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005:68) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa banyak yang harus di pesan. Model EOQ (Economic Order Quantity) ini relatif mudah untuk digunakan tetapi didasarkan pada beberapa asumsi:

a. Permintaan diketahui, tetap, dan bebas,

b. Lead Time yaitu, waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan-diketahui dan konstan,

c. Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan tiba dalam satu batch sekaligus,

d. Diskon (potongan harga) karena kuantitas tidak memungkinkan,

e. Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau pemesanan (biaya

setup) dan biaya menahan atau menyimpan persediaan dari waktu ke waktu (biaya penyimpanan atau penggudangan),

f. Kosongnya persediaan (kekurangan) dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

2.1.5 EOQ Multi-Produk/Item (Joint Economic Order Quantity)

Model inventory EOQ untuk multi-item dengan potongan harga merupakan suatu model matematis dari suatu perencanaan persediaan barang dengan pembelian bersama (joint purchase) beberapa jenis item dimana harga untuk tiap item-nya akan semakin kecil untuk pembelian dalam jumlah yang semakin besar (Djunaidi,2005). Menurut Djunaidi (2005) Model EOQ multi-item

merupakan model EOQ untuk pembelian bersama beberapa jenis item, dengan asumsi:

a. Tingkat permintaan untuk setiap item bersifat konstan dan diketahui dengan pasti,

b. Leadtime untuk tiap item-nya sama,

c. Biaya penyimpanan, harga per unit, biaya pemesanan untuk setiap item-nya diketahui,

d. Biaya pemesanan dan penyimpanan untuk tiap item-nya sama.

2.1.6 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Pengertian persediaan pengaman (Safety Stock) menurut Rangkuti (2004:10) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock Out). Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang memungkinkan permintaan yamg tidak seragam; sebuah cadangan (Heizer dan Render, 2005:76).

2.1.7 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

ROP (Reorder Point) Menurut Sofjan Assauri (2004:196), tingkat pemesanan kembali (reorder point) adalah “Tingkat pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana

pemesanan harus diadakan kembali”. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali yaitu Lead Time. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara barang yang dipesan hingga sampai diperusahaan. Menurut Bambang Riyanto (2001:83) faktor untuk menentukan ROP antara lain:

a. Penggunaan Material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement leadtime),

b. Dengan menetapkan penggunaan selama leadtime dan ditambah dengan safety stock.

Adapun faktor penghambat reorder point, yaitu: a. Terjadinya kesalahan dalam meramalkan perhitungan,

b. Keterlambatan penerimaan barang dari supplier yang disebabkan oleh beberapa hal seperti terlalu banyak proses administrasi yang berbelit–belit, sarana transportasi yang kurang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

2.1.8 Definisi Peramalan

Peramalan digunakan untuk memperkirakan penjualan untuk masa yang akan datang. Peramalan yang dibuat selalu diupayakan agar dapat meminimumkan pengaruh ketidakpastian terhadap perusahaan.Untuk mengetahui definisi peramalan yang baik, penulis mengemukakan pendapat para ahli:Menurut JayHeizer dan Barry Render (2006:46) “Forcasting is theartand science of predicing future events it may involve taking historical data and projecting them into the future will some sort of matematical”. Artinya adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa masa depan. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis. Menurut Pangestu Subagyo (2000:117)

“Peramalan adalah memperkirakan sesuatu yang akan terjadi”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa peramalanadalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedang rencana merupakan penentuan apa yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.

Jenis-jenis Peramalan Menurut JayHeizer Barry Render (2006;138) ada tiga jenis peramalan, yaitu:

a. Peramalan ekonomi, merencanakan indikator yang berguna membantu organisasi untuk menyiapkan peramalan jangka menengah hingga jangka panjang,

b. Peramalan teknologi, peramalan jangka panjang yang memperhatikan tingkat kemajuan teknologi,

c. Peramalan permintaan, meramalkan penjualan suatu perusahaan pada setiap periode dalam horizon waktu.

Berdasarkan horizon waktu, peramalan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian:

a. Peramalan jangka pendek. Peramalan ini mencakup jangka waktu hingga satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan,

b. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah atau intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga tiga tahun,

c. Peramalan jangka panjang. Umumnya untuk perencanaan masa tiga tahun atau lebih.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peramalan dalam peramalan menurut JayHeizer dan Barry Render (2006:136) terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Horizon waktu

Ada dua aspek yang berhubungan dengan masing-masing metode peramalan, pertama adalah cakupan waktu dimasa yang akan datang. Sedangkan yang kedua adalah jumlah periode peramalan yang diinginkan.

b. Pola data

Dasar utama dari metode peramalan adalah anggapan bahwa macam pola yang didapat didalam data yang diramalkan akan berkelanjutan.

c. Jenis model

Model-model ini merupakan suatu deret dimana waktu digambarkan sebagai unsur penting untuk menentukan perubahan-perubahan didalam pola yang mungkin secara sistematik dapat dijelaskan dengan analisa regresi dan korelasi. d. Biaya

Umumnya ada empat unsur biaya yang tercakup dalam penggunaan prosedur ramalan yaitu biaya-biaya pengembangan, penyimpangan (storage data), operasi pelaksanaan dan kesempatan dalam penggunaan teknik-teknik serta metode lainnya.

e. Ketepatan

Tingkat ketepatan yang dibutuhkan sangat erat hubunganya dengan tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan.

f. Penggunaan metode

Metode-metode yang dapat dimengerti dan dapat diaplikasikan dalam pengambilan keputusan.

Kegunaan peramalanmenurut JayHeizer dan Barry Render (2006:138) dimana peramalan mempunyai kegunaan yang sangat penting diantaranya:

a. Sumber daya manusia

Penjadwalan sumber daya yang tersedia mengakibatkan penggunaan sumber daya yang efisien.

b. Kapasitas

Kapasitas terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. c. Manajemen rantai pasokan

Menjaga hubungan yang baik dengan pemasok, harga barang dan komponen yang bersaing, bergantung pada peramalan yang akurat.

Langkah-langkah peramalanmenurut JayHeizer dan Barry Render (2006:139) peramalan terdiri dari tujuh langkah dasar, diantaranya:

a. Menetapkan tujuan peramalan.

b. Memilih unsur apa yang akan diramal. c. Menentukan horizon waktu peramalan. d. Memilih tipe model peramalan.

e. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan peramalan. f. Membuat peramalan.

g. Memvalidasi dan menetapkan hasil peramalan.

Metode peramalanmenurut JayHeizer dan Barry Render (2006:140), ada dua pendekatan umum yang digunakan dalam peramalan, yaitu peramalan kuantitatif dan peramalan kualitatif. Peramalan kuantitatif menggunakan berbagai model matematis yang menggunakan data historis atau variabel-variabel kausal untuk meramalkan permintaan. Peramalan subjektif atau kualitatif memanfaatkan faktor-faktor penting seperti intuisi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambilan keputusan.Metode peramalan kuantitatif pada dasarnya dibedakan atas dua macam yaitu:

a. Metode seri waktu (time series) yaitu metode yang memprediksi bahwa masa depan adalah fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, metode ini terlihat pada apa yang terjadi selama periode waktu dan menggunakan seri data masa lalu untuk membuat ramalan. Metode ini terdiri dari metode rata-rata bergerak (moving average), penghalusan exponensial (exponential smoothing), proyeksi

1) Metode rata-rata bergerak (moving average)

Rata-rata bergerak (moving average) diperoleh melalui penjumlahan dan pencarian nilai rata-rata dari sejumlah periode tertentu. Perhitungan rata-rata dilakukan dengan bergerak ke depan untuk memperkirakan penjualan periode yang akan datang dan dicatat dalam posisi terpusat pada rata-ratanya. Rata-rata begerak (moving average) bermanfaat jika kita mengasumsikan bahwa permintaan pasar tetap stabil setiap waktu.Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana ditunjukkan sebagai berikut:

Keterangan:

n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak 2) Metode Penghasulan (exponential smoothing)

Exponential smoothing adalah suatu tipe teknik peramalan rata-rata bergerak yang melakukan penimbangan terhadap data masa lalu dengan cara

exponensial sehingga data paling akhir mempunyai bobot atau timbangan lebih besar dalam rata-rata bergerak. Ada dua batasan utama dari persamaan rata-rata bergerak dalam penyusunan ramalan, yaitu harus tersedia sejumlah data atau nilai-nilai yang diobservasi pada masa lalu dan setiap data memiliki timbangan yang sama sehingga baik data yang baru maupun terdahulu memiliki pengaruh yang sama terhadap ramalan. Metode

exponensial, memudahkan kita untuk menetapkan bobot yang berbeda untuk permintaan-permintaan di periode sebelumnya. Metode dapat menyertakan metode kecenderungan dan musiman dari permintaan dalam suatu peramalan. Suatu model ramalanyang bersifat kuantitatif memerlukan adanya penyesuaian terhadap fluktuasi permintaan, sehingga perlu ditambahkan suatu faktor yang disebut smoothing constan (α). Bentuk

matematis dari metode exponential smoothing ditunjukkan sebagai berikut:

Keterangan:

= Ramalan Baru

= Ramalan Sebelumnya

α = Konstanta Penghalusan

= Permintaan aktual periode sebelumnya

Pada metode ini diasumsikan bahwa deret berkala adalah datar tanpa faktor

trend, siklus dan musiman. Oleh sebab itu, peramalan untuk periode selanjutnya diperoleh dari rata-rata periode sekarang.

3) Proyeksi trend

Metode ini mencocokkan garis trend ke rangkaian titik data historis kemudian memproyeksikan garis itu kedalam ramalan jangka menengah hingga jangka panjang. Apabila kita memutuskan untuk mengembangkan garis trend liniear dengan metode statistik, maka dapat digunakan metode kuadrat terkecil (least square method). Pendekatan ini menghasilkan garis lurus yang meminimalkan jumlah kuadrat perbedaan vertikal dari garis pada setiap abservasi aktual. Persamaan matematisnya:

ŷ = a + bx

Keterangan:

ŷ (disebut “y topi”) = nilai variabel yang dihitung untuk diprediksi (disebut variabel tidak bebas)

α = perpotongan sumbu y

b = kelandaian garis regresi (atau tingkat perubahan dalam untuk ŷ

perubahan tertentu dalam x)

x = variabel bebas (dalam hal ini waktu)

Ahli statistika mengembangkan persamaan yang bisa digunakan untuk

memperoleh nilai α dan b untuk garis regresi. Kelandaian b diperoleh

Dokumen terkait