• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Sinyal

Menurut Godfrey et al. (2010:375) teori sinyal (signaling theory), laporan seringkali dijadikan sebagai sinyal informasi tentang perusahaan, dimana tren pendapatan dapat mencerminkan keuntungan di masa yang akan datang. Hal ini dapat menghasilkan kabar buruk atau kabar baik, menurunkan atau menaikkan dividen, dan perataan laba. Jika dalam pengumumannya memberikan sinyal baik kepada penerimaan informasi, maka akan berdampak pada perdagangan saham di pasar modal dan menguatkan harga saham perusahaan tersebut.

Teori sinyal menurut Brigham dan Houston (2017: 186) adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan untuk memberi petunjuk atau informasi bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Manajemen sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang, dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu manajer berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (Agustin, 2013).

Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan

atau gambaran perusahaan baik keadaan perusahaan masa lalu, saat ini atau masa yang akan datang yang menunjukan kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya terhadap perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu merupakan sinyal yang diperlukan oleh investor untuk pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Jogiyanto (2000: 570)

2. Investasi

Tandelilin (2017:2) menyatakan bahwa investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dari risiko yang terkait dengan investasi tersebut.

Jogiyanto (2009:5) menyatakan investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu.Sedangkan menurut Sunariyah (2004:4) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang diimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapat keuntungan di masa-masa yang akan datang. Tujuan investasi bagi investor adalah untuk

12 mendapatkan kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang melalui timbal balik investasi yang telah dilakukan.

3. Saham

a. Pengertian Saham

Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (www.idx.co.id). Sedangkan menurut Aganta (2015), Saham adalah bukti/tanda kepemilikan investor terhadap suatu perusahaan.

Menurut Tandelilin (2017:18) saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan memiliki hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran kewajiban perusahaan.

Saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham merupakan selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Besarnya kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Darmadji dan Fakhruddin, (2012:5)

Saham menawarkan keuntungan bagi investor yang mengeluarkan dana untuk berinvestasi di dalamnya yang berupa dividen dan capital

gain, sedangkan resiko yang harus dihadapi oleh investor ketika berinvestasi saham adalah capital loss (Aganta, 2015).

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan yang bersumber dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai atau dapat pula berupa dividen saham. Sedangkan Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham. www.idx.co.id

Risiko saat melakukan investasi saham adalah Capital Loss yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli dan risiko likuidasi apabila saham yang dimiliki dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi. www.idx.co.id

b. Analisis atau penilaian saham

Dalam analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsicvalue) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut untuk menentukan posisi jual atau beli terhadap saham suatu perusahaan.Nilai pasar adalah nilai saham di pasar yang di tunjukkan dengan harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik saham atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. (Tandelilin, 2017:305)

14 Rizqy taufik dkk (2015) menyatakan bahwa Terdapat dua teknik analisis dalam menentukan nilai saham, yaitu:

1. Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan metode perkiraan harga saham dengan cara mempelajari pergerakan harga saham di masa lalu untuk memprediksi pergerakan atau tren harga saham di masa depan. Metode ini mengamati dan mempelajari perubahan-perubahan harga saham di masa lalu dengan menggunakan analisis grafis untuk menetapkan estimasi harga saham di masa depan

2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yaitu: 1) Pendekatan Present Value Pendekatan present value mencoba menaksir nilai intrinsik saham biasa perusahaan dengan menentukan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan akan diperoleh di masa depan (Husnan, 2004:290). 2) Pendekatan Price Earning Ratio Pendekatan ini mendasarkan diri atas rasio antara harga saham per lembar dengan earning per share (EPS) (Tandelilin, 2017:321). Dengan mengetahui harga di pasar dan laba bersih per saham, maka investor bisa menghitung nilai PER saham tersebut.

4. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) merupakan pendekatan yang sering digunakan oleh analisis saham dan para praktisi untuk menilai saham. Dalam pendekatan PER Investor akan menghitung berapa kali nilai earningyang tercermin dalam harga suatu saham. PER memberikan informasi mengenai berapa rupiah harga yang harus di bayar investor untuk memperoleh setiap Rp. 1 earning perusahaan (Tandelilin, 2017:321)

Price Earning Ratio (PER) juga diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan. Dalam penggunaan PER biasanya para praktisi akan menentukan apakah ia lebih optimistik atau pesimistik dibanding dengan pasar secara keseluruhan. Jika ia lebih optimistik terhadap prospek pertumbuhan perusahaan maka ia akan membeli saham dan sebaliknya ia akan menjualnya. Sartono, (2001:87).

Wira (2015:64) menyatakan Price Earning Ratio /PER adalah rasio yang di hitung dengan membagi harga saham saat ini dengan Earning Per Share (EPS). EPS sendiri merupakan rasio yang menunjukan berapa besar laba perlembar saham. Dengan demikian PER menggambarkan seberapa banyak investor berani menghargai saham itu. PER dihitung dalam satuan kali. Bagi investor semakin kecil PER suatu saham semakin bagus, karena PER yang kecil menunjukan saham tersebut relatif murah dan PER yang tinggi menunjukan saham tersebut relatif mahal.

16

Pitaloka (2017) menyatakan Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi Price Earning Ratio adalah faktor yang sama yang dapat mempengaruhi harga sebuah saham. Investor akan segera merespon dengan cepat setiap perubahan tersebut, yaitu dengan menjual atau membeli saham tersebut yang akhirnya mengubah nilai PER

5. Return On Equity (ROE)

Return On Equity menurut Riyanto (2010:336) adalah rasio yang menunjukan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa

Sedangkan Sartono (2001:124) menyatakan Return On Equity (ROE) dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian yang di harapkan investor juga besar. Semakin besar nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan yang memiliki profitable investment opportunities, maka pasar akan memberikan reward berupa PER yang tinggi.

Return On Equity merupakan Rasio yang dihitung dengan membagi laba dengan modal pemegang saham. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Secara historis, perusahaan yang menguntungkan adalah perusahaan yang memiliki ROE tinggi. Wira (2015: 84)

6. Debt Earning Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) menurut Kasmir (2012: 158)adalah rasio yang berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Rasio ini juga berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (Riyanto, 2010:333)

Sedangkan menurut Husnan (2006: 70) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio keuangan yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang dengan modal yang dimiliki.

Debt Earning Ratio mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang. Ratio DER dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas (Modal) Wira (2015:92). Ratio DER yang tinggi mengindikasikan perusahan tidak dapat menghasilkan keuntungan yang menarik termasuk untuk menutup kewajibanya.

7. Price Book Value (PBV)

Brigham dan houtsen (2010) menyatakan bahwa Price to Book Value merupakan rasio yang mengukur penilaian pasar keuangan terhadap manajemen dan organisasi perusahaan sebagai goingconcern. Nilai buku saham mencerminkan nilai historis dari aktiva perusahaan. Perusahaan yang dikelola baik dan beroperasi secara efisien dapat memiliki pangsa pasar yang lebih tinggi dari pada nilai buku asetnya.

18 Sedangkan menurut Ramadhani (2012) menyatakan Rasio PBV menunjukan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, semakin tinggi rasio tersebut maka semakin.berhasil perusahaan menciptakan nilai (return) bagi pemegang saham. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio PBV mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya

Price to Book Value dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu saham saat ini murah atau mahal. Caranya adalah dengan membandingkan harga saham dengan nilai bukunya. Semakin rendah rasio PBV berarti harga saham tersebut bisa dianggap murah (Wira,2015: 99)

8. Firm size

Ukuran perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan

melakukan kegiatan usaha untuk menghasilkan laba yang akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Ukuran perusahaan (Firm size)menurut Suwito dan Herawati (2005)pada dasarnya adalah pengelempokan perusahaan kedalam beberapa kelompok diantaranya perusahaan besar, menengah dan kecil.

Menurut Sartono (2001:249), perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal dipasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tesebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.

Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat diukur dengan rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini, hasil penjualan yang lebih besar dari pada biaya variabel dan biaya tetap, akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, apabila hasil penjualan lebih kecil dari pada biaya variabel dan biaya tetap, perusahaan akan menderita.

Suwito dan Herawati (2005)menyatakan Skala ukuran perusahaan yang dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan salah satunya didasarkan padatotalaset perusahaan. Perusahaan besar akan mempunyai total aset besar demikian juga sebaliknya, perusahaan kecil akan mempunyai total aset kecil.Mengingat nilai aset perusahaan yang besar, maka dalam proses penghitungannya, nilai total aset dihitung dalam jutaan rupiah serta ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (Ln). (Ghozali, 2006)

9. Current Ratio (CR)

Current Ratio menurut Riyanto (2010:332). adalah rasio yang menunjukan kemampuan peusahaan untuk membayar utang yang segera harus dispenuhi dengan aktiva lancar. Aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliput kas, surat berharga piutang dan persediaan. Sartono (2001:116).

Sedangkan menurut munawir (2014:7) Current Ratio menunjukkan nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian

20 kalinya hutang jangka pendek. Rasio ini menunujukan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut.

Sedangkan menurut Wira(2015:90)Current Ratio merupakan ratio yang berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar utang jangka pendeknya/hutang lancar dengan aset lancarnya (kas, persediaan dan piutang). Semakin besar rasio ini semakin baik karena perusahaan mampu membayar kewajibanya. Current Ratio didapat dari membagi aset lancar dengan hutang lancar.

Dokumen terkait