• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya yang meliputi kegiatan dalam ahli pengetahuan dan keterampilan dari penyuluh lapangan kepada petani dan keluarganya berlangsung melalui proses belajar mengajar. Penyuluhan pertanian harus ahli pertanian yang berkompeten, disamping bisa berkomunikasi secara efektif dengan petani sehingga dapat mendorong minat belajar mereka dan harus berorientasi pada masalah yang dihadapi oleh petani, sesuai dengan kenyataan dan pemahaman mereka.

Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani dan keluarganya agar berubah perilakunya, yang akan menyebabkan perbaikan mutu hidup dari para keluarga tani. Jadi perubahan perilaku itu dapat terjadi dalam 3 (tiga) bentuk (Yustiana dan Sudrajat, 2003), yaitu:

a. Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi petani

b. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru yang bertambah baik.

c. Timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat sesuai yang dikehendaki. “Peranan” merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban haruslah dalam keseimbangan. Hak dan kewajiban itu merupakan dua hal yang saling berkaitan yang dijalankan seseorang haruslah sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai pula dengan harapan peranan yang dilakukan.

Peranan adalah status atau kedudukan seseorang dalam usahatani atau peranan juga dapat diartikan sebagi kegiatan yang dilakukan atau prilaku individu. Sedangkan yang dimaksud peranan tenaga kerja anak-anak adalah keikut sertaan tenaga kerja anak-anak dalam usaha pertanian, yaitu penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemilihan dan panen (Abbas, 1983).

Peranan ialah bagian yang dimainkan oleh seseorang pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Hasil penelitian Menurut Departemen Pertanian 1980, kelompok tani adalah kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) yang melakukan usahatani dan terlibat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama-sama. Sebagai unit terkecil dalam pembagian wilayah kerja penyuluhan pertanian adalah Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian yang disingkat dengan WKPP, dimana setiap WKPP terdiri dari beberapa kelompok tani yang dapat meliputi satu desa atau lebih.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Indonesia nomor

273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, bahwa tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok dalam masyarakat, umumnya didasarkan atas adanya kepentingan dan tujuan bersama, sedangkan kekompakan kelompok tersebut tergantung kepada faktor pengikat yang dapat menciptakan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok.

Pertumbuhan kelompok tani dapat dimulai dari kelompok- kelompok/organisasi sosial yang sudah ada dimasyarakat yang selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan menuju bentuk kelompok tani yang semakin terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan

produksi dan pendapatan dari usahataninya. Kelompok tani juga dapat ditumbuhkan dari petani dalam satu wilayah, dapat berupa satu dusun atau lebih, satu desa atau lebih.

Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian Indonesia nomor

273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang pedoman pembinaan kelembagaan petani, bahwa pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri yang dicirikan antara lain: adanya pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan.

Disusunannya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi, yaitu:

a. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama. b. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih.

c. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir. d. Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar.

e. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya.

f. Adanya jalinan kerja sama antara kelompok tani dengan pihak lain.

g. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok.

Untuk menilai keberhasilan kelompok tani maka perlu diadakan evaluasi atau penilaian bagi kelompok tani atau yang sering disebut penilaian kelas kelompok tani. Penilaian kelas kemampuan kelompok tani tersebut dilaksanakan berdasarkan 5 tolok ukur/jurus untuk mengetahui sampai sejauh mana perkembangan atau kemampuan kelompok tani, dengan indikator-indikator sebagai berikut:

A. Kemampuan merancanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani para anggotanya, dengan nilai 300 dan indikator:

a. Mampu merencanakan usahatani dan peningkatan usaha kelompok

b. Mampu merencanakan produk sesuai dengan permintaan pasar (jumlah, mutu dan waktu)

c. Mampu merencanakan pengolahan dan pemasaran hasil

d. Mampu merencanakan kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap setiap anggotanya.

B. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain dengan nilai 100 dan indikator sebagai berikut:

a. Mampu memperoleh mitra usaha yang menguntungkan bagi usahatani anggota kelompok .

b. Mampu membuat perjanjian kerjasama dengan mitra usaha. c. Mampu berperan serta dalam gerakan pembangunan pertanian.

C. Kemampuan memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara rasional, dengan nilai 100 dan indikator:

a. Mampu memupuk modal, baik melalui tabungan anggota, simpan pinjam

b. Mampu mengembangkan modal usaha

c. Mampu memanfaatkan pendapatan secara produktif

d. Mampu mendapatkan dan mengembalikan kredit dari Bank atau pihak lain. D.Kemampuan meningkatkan hubungan melembaga dengan koperasi, nilai 200

dan indikator sebagai berikut:

a. Mampu mendorong anggotanya menjadi anggota koperasi/KUD b. Mampu memanfaatkan pengetahuan perkoperasian bagi anggota c. Mampu memanfaatkan pelayanan yang diberikan koperasi/KUD

d. Mampu menjadikan koperasi/KUD sebagai penyedia sarana pelaksana

pengolahan dan pemasaran hasil.

E. Kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi, serta menggalang kerjasama kelompok, dengan nilai 300 dengan indikator sebagai berikut:

a. Mampu secara teratur dan terus menerus mencari, menyampaikan, meneruskan dan memanfaatkan informasi

b. Mampu mengembangkan kader kepemimpinan dan keahlian dari anggota

c. Tingkat kesejahteraan petani seluruh anggota kelompok lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata kesejahteraan keluarga daerah bersangkutan. Penilaian dilaksanakan oleh Balai Informasi Penyuluh Pertanian (BIPP). Penilaian dilakukan minimal satu kali dalam setahun melalui laporan para penyuluh dengan tolok ukur kemapuan dengan nilai maximum 1000 dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kelas Pemula : nilai 0 – 250 b. Kelas Lanjut : nilai 251-500 c. Kelas Madya : nilai 501-750

d. Kelas Utama : nilai 751- 1000

Hasil penilaian dipergunakan sebagai bahan evaluasi kinerja masing-masing Balai Penyuluh Pertanian (BPP) dan PPL dalam pembinaan kelompok tani di wilayah kerjanya. Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat diukur tingkat kelas setiap kelompok tani yang mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kemampuan suatu kelompok tani disuatu daerah berada, sehingga dapat menetapkan kelas kelompok tersebut

b. Bagi pembina/penyuluh berguna untuk mengambil langkah-langkah dan

tindakan yang tepat dalam pembinaan dan pengembangan kelompok tani.

c. Pengukuran tingkat kemampuan kelompok tani bermanfaat bagi proses

2.3. Penelitian Terdahulu

Dokumen terkait