• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.3 Penghantar

Penghantar (kabel) berfungsi untuk menyalurkan atau mengalirkan energi listrik dari satu titik supply ke titik beban. Penghantar yang digunakan dalam penginstalasian ini adalah kawat yang terbuat dari tembaga dan diisolasi yang disebut kabel.

Dalam sistem pengkabelan (wiring sistem) rugi daya dan tegangan jatuh (voltage drop) sebaiknya diminimumkan dengan :

- menyesuaikan kapasitas kabel untuk kompensasi temperature - membuat pengkabelan yang pendek-pendek

- menyesuaikan diameter kabel terhadap arus yang mengalir

- menyesuaikan panjang kabel untuk meminimumkan tegangan jatuh

Kemudian gunakan pelindung kabel yang sesuai, conduit, atau di tanam

Komponen kabel penghantar diantaranya adalah :

- Konduktor adalah logam yang mempunyai sifat sebagai penghantar arus listrik yang baik (Tembaga, Aluminium).

- Isolasi adalah pengaman konduktor dari panas, sinar Matahari, serangga, dan lain-lain.

- Pelindung kabel (conduit) adalah logam atau plastik yang berfungsi sebagai pengaman tambahan kabel penghantar.

Problem umum kabel penghantar

- Gangguan hubung singkat pada titik sambungan listrik dalam kotak pengaman akibat air, srangga, dll.

- Kegagalan isolasi kabel.

- Panas yang berlebihan.

- Kerusakan akibat korosi (karat).

Pemilihan kabel penghantar

Pemilihan kabel penghantar berdasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : - Drop tegangan : perbedaan antara tegangan sisi pengirim (sumber) dengan

tegangan sisi penerima (beban), umum dinyatakan dalam %.

- Tipe isolasi : outdoor, indoor.

- Kemampuan hantar arus : ukuran penampang konduktor, jenis dan bahan konduktor.

Tabel 2.1 Luas penampang konduktor dengan kapasitas arusnya dan faktor kehilangan tegangannya.

Penampang

Konduktor (mm2) Kapasitas Arus (amp) Faktor Kehilangan Tegangan (Volt/amp/m)

Tegangan jatuh dapat dihitung dengan persamaan :

Tegangan Jatuh = Arus x Panjang Kabel x Faktor Kehilangan Tegangan (2-5)

Drop tegangan (tegangan jatuh) : - Sifat resistif (tahanan) konduktor

- Standar drop tegangan maksimum adalah 3% - 5%.

- Faktor yang mempengaruhi besarnya drop tegangan : 1. Panjang kabel (meter)

2. Jenis material konduktor kabel 3. Ukuran penampang konduktor (mm2).

Perhitungan drop tegangan Rumus umum :

Dimana :

Tabel 2.2 Panjang Kabel Maksimum Beban – Kontrol Panel

Panjang Maksimum Kabel dari Trafo Distribusi ke UPS atau Baterai Sesuai Penampang Konduktor dan Arus yang Mengalir (untuk : konduktor tembaga;

tegangan jatuh 3% dan tegangan batere 24 V)

Arus

Pengaruh tegangan jatuh pada output modul PV :

- Mengecilkan diameter kabel berarti memperbesar tahanan.

- Tegangan pada ujung kabel menjadi berkurang.

- Akibatnya arus output mengecil.

Isolasi Kabel :

- Kualitas isolasi kabel dipengaruhi oleh : temperatur, kelembaban, karat, sinar Matahari langsung (UV).

- Kondisi instalasi : kabel udara, kabel tanah, pengaman kabel (conduit), kabel dalam ruangan.

- Pemilihan jenis isolasi kabel harus disesuaikan dengan penggunaannya.

Jenis Kabel Penghantar

- Standar kabel yang digunakan adalah kabel tembaga tipe serabut dan fleksibel yaitu type : NYMHY

Standar Kode Warna

- Putih : Kabel pentanahan sistem

- Hijau/Hijau – Kuning : Kabel pentanahan peralatan - Merah : Kabel positif tanpa ditanahkan.

- Hitam : Kabel negatif tanpa ditanahkan

Pelindung Kabel (Conduit)

- Berfungsi untuk melindungi kabel-kabel dari gangguan yang mungkin timbul akibat rembesan air hujan, debu, panas yang berlebihan dan lain-lain.

- Ukuran conduit tergantung ukuran dan jumlah konduktor kabel penghantar yang akan dilindungi.

Sambungan Hubungan Kabel

- Semua titik sambungan hubungan kabel dan saklar berada dalam kotak hubung (junction box).

- Sambungan hubungan kabel di pasang dengan menggunakan terminal strip atau screw connectors tanpa crimping atau soldering.

- KHA terminal /penghubung harus lebih besar dari arus pada rangkaian tersebut.

Dalam UPS ini pengaman yang digunakan adalah pengaman arus lebih.

Pengaman arus lebih ini mempunyai fungsi untuk mengurangi efek lanjutan yang mungkin dapat terjadi pada komponen sistem, sebagai akibat gangguan arus lebih (beban lebih, hubung singkat).

Gambar 2.19 Pemutus rangkaian (Circuit Breaker = CB)

Gambar 2.20 Pengaman Lebur ( Fuse = Sekring)

Jenis pengaman arus lebih yang digunakan adalah : - Pemutus Rangkaian (Circuit Breaker = CB)

Berfungsi memutuskan hubungan pada suatu rangkaian listrik jika dialiri arus yang berlebihan.

- Pengaman Lebur (Fuse = Sekring)

Terdiri dari kawat atau metal strap yang dapat berpijar dan memutuskan rangkaian jika dialiri arus berlebihan. Pemutusan rangkaian listrik disebabkan oleh pembebanan yang berlebihan atau gangguan hubung singkat.

BAB III

SISTEM PENGOPERASIAN UPS

3.1 Konsep Dasar Penggunaan

Penggunaan UPS tidaklah menjadi suatu keharusan, namun yang menjadi acuan penentuan penggunaan UPS adalah terganggu atau tidaknya peralatan listrik ketika terjadi gangguan suplai tenaga listrik yang terjadinya tidak dapat di predikasikan. Selain itu dasar pertimbangan yang lain adalah berapa besar kapasitas UPS yang akan digunakan. Untuk pertimbangan yang kedua ini sebagai pengguna peralatan listrik harus dapat mengetahui peralatan listrik mana saja yang terganggu karena gangguan listrik dan jumlah daya yang dibutuhkan oleh peralatan listrik tersebut.

Pertimbangan kedua merupakan pertimbangan yang sedikit menjadi masalah bagi orang yang awam terhadap dunia elektronika. Pemilihan kapasitas yang terlalu kecil terhadap kebutuhan daya yang harus disuplai pada saat terjadi gangguan tenaga listrik dapat berakibat pendeknya waktu pelayanan UPS. Tetapi pemilihan kapasitas UPS yang terlalu besar tentunya tidak efektif jika biaya juga menjadi dasar pertimbangan penggunaan UPS.

Penggunaan UPS penting atau harus diaplikasi pada suatu kondisi :

1. Ketika gangguan suplai tenga listrik menyebabkan bahaya pada kehidupan dan kepemilikan seperti pada rumah sakit pada bagian intesive care unit – nya, monitor keamanan industrial, proses sistem kontrol, dan sistem alarm.

2. Ketika gangguan listrik ini menyebabkan kerugian waktu, kerugian biaya . 3. Ketika gangguan listrik ini dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan

data pada jaringan komputer, jaringan ATM, atau data-data militer yang sangat penting dan rahasia.

3.2 Cara Kerja UPS

1. Sumber tenaga listrik utama dalam keadaan normal

Sumber tenaga listrik dari genset disearahkan oleh rectifier dari tegangan AC menjadi tegangan DC, disamping untuk charger baterai juga diubah lagi menjadi tegangan AC oleh inverter.

2. Genset dalam keadaan off (otonomi baterai)

Pada saat genset mengalamai gangguan, baterai inilah yang bekerja dengan tegangan yang telah disimpan tadi. Tegangan DC baterai diubah oleh inverter menjadi tegangan AC, setelah itu baru disalurkan kebeban.

3. Baterai dalam keadaan off

Pada saat baterai tidak bekerja, maka static by pass akan langsung bekerja secara otomatis, jadi beban dicatu langsung oleh catu utama.

4. Manual Switch (manual by pass)

Manual switch berfungsi apabila ada perawatan. Pada saat perawatan, beban

Rectifier Inverter

Baterai

Supplai Load

Gambar 3.1 Diagram Blok UPS

3.3 Prinsip Kerja UPS

UPS adalah suatu sistem yang dapat mengubah tegangan AC – DC – AC . Tahapan perubahan AC – DC melewati tiga langkah. Pada langkah pertama, input suplai tegangan AC diubah manjadi DC oleh rectifier utama. Langkah kedua, pengubah resonansi mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC befrekuensi tinggi. Dan pada langkah ketiga rectifier mengubah tegangan AC berfrekuensi tinggi menjadi DC bertegangan tinggi.

Sebuah baterai digunakan sebagai input suplai cadangan ketika input yang menuju rectifier mengalami gangguan, dimana proses pengisian baterai dilakukan oleh pengubah resonansi (resonansi konverter).

Bypass Suplay Input Supplay

Bypass Line

Static Switch Rectifier

Inverter Battery

Load

3.4 Sistem Pengoperasian UPS dalam barbagai keadaan

3.4.1 Kerja Sistem dalam Keadaan Normal

Selama keadaan normal, sumber tenaga listrik dari PLN disearahkan oleh rectifier dari tegangan AC menjadi tegangan DC dengan mempertahankan floating baterai, setelah itu tegangan masuk ke inverter untuk di ubah menjadi tegangan AC. Dari inverter barulah tegangan disalurkan ke beban-beban.

Maintenance Bypass line Main Switch

Bypass Suplay

Input Supplay

Rectifier Resonat Inverter

Battery Static Switch

Output to Load Converter

Gambar 3.3 Kerja sistem dalam keadaan normal

3.4.2. Sistem Operasi Selama Terjadinya Gangguan

Jika sumber input AC ke UPS mengalami gangguan, rectifier akan berhenti memberikan suplai daya ke inverter dan secara otomatis baterai akan memberi suplai daya ke inverter menuju beban – beban melewati SCR.

Selama periode beban mendapat suplai dari baterai pada saat terjadinya gangguan, suplai daya bergantung pada kapasitas baterai dan persentasi dari standar beban-beban yang mendapat suplai.

Selama baterai terisi penuh, daya pada sistem operasi Ups bergantung dari suplai secara langsung yang diperoleh dari sumber yang sama sebagai input utama ( common bypass ) atau dari sumber tersendiri/ terpisah ( Split bypass ).

Maintenance Bypass line Main Switch

Bypass Suplay

Input Supplay

Rectifier Resonat Inverter

Battery Static Switch

Output to Load Converter

SCR

3.5 Penchargeran UPS

Charger atau rectifier ini dibuat untuk mensuplai peralatan sensitif dengan sumber DC pada tegangan konstan yang tidak terganggu, bebas dari gangguan – gangguan jaringan power yang biasa mensuplai beban ( noise, fluktuasi, gangguan jaringan, dsb ). Rectifier biasanya mencharger baterai untuk menjaga agar baterai berada dalam kapasitas penuh, selain itu juga menyediakan suplai tenaga DC utnuk beban. Apabila ada kegagalan suplai tenaga AC, baterai tetap mensuplai tenaga DC pada beban.

3.5.1 Memahami Operasi Dasar Rectifier

Charger baterai standar terisolasi dari suplai tenaga AC 3 fasa melalaui transformer isolasi.

Jembatan thyristor yang dapat di kontrol digunakan untuk menyearahkan tegangan AC ke DC, yang kemudian tegangan DC ini di filter oleh sirkuit filter DC, yang terdiri dari induktor dan kapasitor elektrolytik. Tegangan keluaran DC selalu dijaga level yang konstan tanpa melihat fluktuasi tegangan dan perubahan beban dan arus output dibatasi untuk menghindari over load yang di kontrol oleh papan sirkuit kontrol.

Tegangan tembus dihilangkan oleh arester surja tegangan yang dipasang sepanjang sisi primer dari input transformer.

Pada keadaan normal, charger baterai digunakan untuk mengisi baterai dan mesuplai tergangan DC yang dibutuhkan pada beban. Pada kondisi ini arus yang sangat lemah dibutuhkan untuk menjaga baterai dalam kapasitas penuh, selama arus output DC total tidak melebihi batas keluaran dari rectifier, tegangan output DC diatur pada tingkat yang konstan.

Operasi yagn tidak normal apabila arus untuk beban lebih besar daripada nilai batas arus rectifier yang di tentukan, charger baterai dilindungi dari kenaikan arus sampai pada batas arus operasinya, dimana tegangan akan jatuh, baterai akan mulai mendischarge muatannya dan menyediakan arus tambahan yang dibutuhkan beban. Apabila charger baterai berada pada posisi current limiting mode lebih dari 36 detik charger secara otomatis akan berubah ke Hi – Rate ( Boost) Charge.

3.5.2 Elemen Dasar yang Terdapat Pada Charger Baterai/ Rectifier Charger baterai standar / rectifier terdiri dari :

- Input transformer isolasi

- Jembatan thyristor 6 pulsa yang dapat di kontrol - Filter output DC

- Control dan papan sirkuit ISO – driver

3.5.3 Kegagalan Suplai AC dan Pengembalian Operasi

Apabila terjadi kegagalan suplai AC, baterai akan memberikan suplai DC pada beban dalam jangka waktu yang terlebih dahulu sudah ditentukan.

Ketika supali AC sudah kembali normal charger secara otomatis akan kembali kekondisi Hi – Rate ( Boost ) charger. Hal ini dilakukan untuk mempercepat waktu pengisian dari baterai - baterai yang sudah terdischarge atau terpakai sekaligus juga untuk mendapatkan kembali kapasitasnya yag tadi penuh.

Sebelum proses pengisiannya selesai charge secara otomatis akan kembali kondisi float ( trickle ) charge mode. Karena proses pengisian sepenuhnya adalah otomatis, maka tidak diperlukan campur tangan manusia untuk secara terus menerus menjaga kestabilan supali DC pada beban.

3.5.4 Pengaturan Batasan Arus Rectifier

Arus keluaran rectifier dilindungi oleh setting batasan arus potensiometer P7. Nilainya dibatasi untuk menghindari overload.

Untuk melakukan penyesuaian ini, beban melebihi dari batas arus rectifier di hubungkan pada sisi beban dari peralatan. Secara berlahan – lahan tingkatkan beban sampai arus rectifier meningkat sampai batas yang di tentukan. Kemudian secara berlahan – lahan putar potensiometer batasan arus sampai tegangan rectifier turun.

Catatan : Pengatur dari kedua potensiometer ini lebih baik dilakukan tanpa baterai terhubung. Mengacu pada laporan pengujian pabrik untuk nilai batasan arus untuk disesuaikan

3.5.5 Ketidakseimbangan Fasa.

Ketika terjadi ketidakseimbangan fasa output dari rangkaian rectifier akan mengandung tegangan ripple atau riak 50 hz yang sebanding dengan tingkat ketidakseimbangan. Rangkaian pengukur ripple akan trip sebagai akibat dari ripple 50Hz ini dan output rectifier akan kembali nol setelah beberapa saat.

Penyesuaian pada fasa yang tidak seimbang dilakukan dengan potensiometer P1 dan P2. Setingan standar membolehkan ketidakseimbangan maksimum terbesar 20 % antara fasa paling jauh.

3.5.6 Filter Output DC

Elemen – elemen yang penting dirancang dan diletakkan pada baterai charge UNIGI. Fungsi dari filter adalah untuk mengurangi ripple atau riak arus dan untuk menghasilkan tegangan output DC yang bersih. Proses penyaringan ini memperpanjang usia baterai dan memungkinkan charge baterai untuk beroperasi tanpa terhubung dengan baterai.

Filter DC standar dibuat dari induktor DC dan kapasitor electrolytic sama seperti jaringan filetr LC, dan untuk mengurangi ripple atau riak tegangan output sampai kurang dari 5 % dari tegangan DC nominalnya tanpa menghubungkan baterai ( umumnya dengan 1 % baterai terhubung ).

Ini biasanya digunakan untuk mengurangi tingkat noise yagn dibutuhkan untuk peralatan elektronik yang sensitif, filter juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan ripple atau riak dari spesifikasi telecom 876 tupe 3.

3.5.7 Cara Merawat Charger atau Rectifier

Sebagai peraturan umum charger atau rectifier harus selalu dirawat sebagai berikut :

- Check apakah saluran masuk atau keluar untuk udara terganggu.

- Bersihkan debu – debu dari komponen internal, terutama heat sinks dan fan menggunakan sikat dan fakum cleaner.

- Jika perlu keringkan komponennya dengan udara yang di pompa.

- Check komponen yang secara mekanik rusak, komponen yang kelebihan panas dan tanda – tanda korosi.

- Check hubungan kabel – kabelnya, kekencangannya, terminasinya dan posisi – posisi konektornya dan pastikan semua board dalam kondisi yang baik.

- Check kekencangan mekanikalnya dan pastikan semua komponennya dalam keadaan baik.

- Check apakah fan pendinginnya bersih dan dapat berputar dengan baik.

Setelah 3 tahun pemakaian, dianjurkan untuk mengganti fan – nya.

3.6 Sistem Proteksi UPS

Penyaluran tenaga listrik harus mempunyai kwalitas yang baik, seperti halnya pada pengamanan UPS dimana pengaman diharapkan handal dan kontinuitasnya harus terjamin. Untuk megusahakan memperkecil kemungkinan terjadinya gangguan dapat diusahakan dengan cara sebagai berikut :

- Membuat Isolasi yang baik utnuk semua peralatan.

- Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar, dan mengurangi atau menghindarkan sebab – sebab gangguan mekanis, polusi, kontaminasi dsb.

- Pemasangan yang baik, yaitu pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan – peraturan yang betul.

- Menghindari kemungkinan kesalahan operasi yaitu dengan membuat prosedur tata cara operational dan diadakan jadwal pemeliharaan yang rutin.

- Memisahkan bagian sistem yang terganggu secepatnya dengan memakai pengaman lebur atau relai pengaman dan pemutus beban dengan kapasitas pemutusan yangmemadai.

Walaupun langkah – langkah untuk mencegah terjadinya gangguan secara teknis dapat dilakukan, tetapi ada yang membatasinya, yaitu faktor ekonomi.

3.7 Trouble Shooting

Gejala pada circuit breaker AC dan DC ( atau skring) trip, ketika charger atau rectifier dinyalakan dan baterai dihubungkan, penyebabnya adalah :

- Hubungan baterai yang salah - Jembatab Thyristor tidak beroperasi - Kapasitor filter DC short circuit Solusinya :

- Periksalah sel – sel baterai apakah hubungan atau koneksinya sudah benar - Ganti semikonduktor yang rusak

- Ganti kapasitor yang rusak

Apabila gejalanya adalah tidak adanya output DC, penyebabnya adalah : - Breaker output DC dalam posisi off atau sekering putus

- Tegangan baterai melebihi seting tegangan output charger Solusinya ialah :

- Ganti sekering yang putus dan nyalakan breakernya

- Pada kondisi norma, biarkan baterainya discharge sampai tingkat tegangan yang sudah di setting

Apabila gejalanya ialah, tegangan output yang salah dan arus output charger pada mode batas arus, penyebabnya adalah :

- Chart control tidak beroperasi - Jembatan Thyristor tidak beroperasi - Beban arus melebihi arus keluaran charger

- Sel baterai rusak Solusinya adalah :

- Ganti card kontrolnya

- Ganti semi konduktor yang rusak

- Kapasitas charger berada di bawah aplikasi beban - Perbaiki sesuai kebutuhan

3.8 Sistem Pemeliharaan UPS

3.8.1.Dasar – Dasar Sistem Pemeliharaan 1. Pemeliharaan Preventif

Pemeliharaan preventif akan dapat mengurangi seringnya terjadi gangguan dan kemungkinan dilakukan perbaikan pada saat yang tepat.

2. Trouble Shooting Cepat

Mencari/menemukan dan membetulkan gangguan pada instalasi peralatan bandara dengan waktu yang sepadan

3. Ketepatan Catatan dan Laporan

Ketepatan catatan dan laporan merupakan sarana yang penting untuk melaksanakan sistem pemeliharaan secara fungsional dan efisien. Ketepatan catatan adalah termasuk gambar revisi, sebuah set lengkap gambar-gambar revisi

4. Petugas yang Terlatih

Petugas yang terlatih merupakan suatu persyaratan dasar dari sebuah sistem pemeliharaan yang baik. Program-program pelatihan hendaknya diadakan untuk meningkatkan pengetahuan para petugas pemeliharaan agar mereka dapat mengikuti perkembangan baru yang ada

5. Perkakas dan instrumen Perlu tersedia :

a. Perkakas dan instrumen yang portable dan stasioner untuk trouble shooting cepat dan reparasi peralatan fasilitas listrik.

b. Stok/persediaan suku cadang yang memadai termasuk cadangan unit lengkap untuk penggantian mendadak haruslah tersedia.

3.8.2 Prosedur Pemeriksaan Pemeliharaan Preventif 1. Sebelum Pemeliharaan

- Koordinasikan dengan unit terkait, bila akan mematikan UPS untuk pemeliharaan rutin.

- Periksa peralatan bekerja pada kondisi normal.

- Persiapkan peralatan untuk pemeliharaan sesuai anjuran buku manual yang dibutuhkan.

2. Pelaksanaan Pemeliharaan

Baca daftar pemeliharaan dari pabrikan dan lakukan pelaksanaan pemeliharaan sesuai dengan prosedur yang dianjurkan pabrikan di dalam buku manual.

Setelah pemeliharaan, periksa seluruh peralatan, apakah siap untuk dioperasikan dan periksa ulang antara lain :

• Kekencangan kabel penghubung.

• Kekencangan baut .

• Peralatan kerja yang mungkin tertinggal dalam panel.

• Yakinkan UPS bekerja NORMAL 3. Sebelum Meninggalkan Ruangan

a. Periksa kebersihan ruangan/ruangan baterai.

b. Mencatat di dalam log book.

1) Nama personil.

2) Jenis pekerjaan.

3) Waktu pekerjaan dilaksanakan.

c. Mematikan lampu ruangan.

d. Periksa kunci pintu ruangan.

3.8.3 Pemeriksaan dan Perawatan Preventif 1. Harian

Baca tegangan dan arus baterai pada panel pengisian (charger). Atur pengambangan (floating) tegangan jika menyimpang dari nilai tertentu.

2. Mingguan.

- Periksa apakah ada kebocoran, debu dan noda. Bersihkan baterai, jika ada yang bocor atau noda, sapu dengan lap basah. Jangan menggunakan bahan pelarut seperti thinner, gasoline, bensin atau alkohol untuk membersihkan baterai.

- Periksa system ventilasi dan operasi exhaust fan.

- Periksa kekencangan sambungan pada terminal-terminal dan hubungan kelistrikan (rile, kontaktor, connector, fastons dll.). Pastikan bersih dari debu.

3. Bulanan

- Periksa tegangan terminal baterai (pada bank baterai) dengan external DC voltmeter. Atur pengambangan (floating) tegangan, jika menyimpang dari nilai tertentu sesuaikan dengan buku manual pabrik.

- Periksa kebersihan baterai terhadap karat dan noda pada kotak baterai, terminal kabel, sambungan dll. Lakukan tindakan jika diperlukan.

- Bersihkan ruangan baterai, ukur dan catat temperatur ruangan.

4.Triwulan

- Periksa tegangan setiap cell pada floating charge dengan mengukur tegangan untuk setiap cell. Jika ada perbedaan ± 0,05 Volt atau lebih antara tegangan diukur dan floating charge pada cell, catat cell-cell lain yang menyimpang dari ini. Ukur lagi setelah pengisian merata (equalizing charge).

- Setelah 6 jam pengisian merata (equalizing charge)untuk baterai pada equalizing charge voltage 380 V. Periksa arus pengisiannya dan bandingkan dengan manual pabrik untuk nilai tertentu. Mengukur dan memonitor temperatur elektrisitas dari pilot cell seluruhnya, sampai pengisian merata dan jika temparatur melebihi batas dari ketentuan manual pabrik, lakukan penghentian sesaat.

5. Semi Tahunan

Periksa pengaturan voltmeter pada panel charger dengan DC voltmeter external (periksa terminal baterai pada panel charger). Bandingkan pembacaannya. Jika panel meter ini tidak betul, sesuaikan dengan DC voltmeter external.

6. Tahunan

- Periksa dan ukur specific gravity dan temperatur air baterai dari pilot cell pada floating charge.

- Periksa kelonggaran dan temperatur pada bagian sambungan.

3.8.4 Pemeliharaan dan Pencegahan

Setiap produk dan tipe yang berbeda, maka pemeliharaan pencegahan kemungkinan besar berbeda pula, klasifikasi pencegahannya :

- Laksanakan sistem pengoperasian UPS dengan membuat S.O.P

- Laksanakan sistem pemeliharaan UPS untuk pencegahan (Preventiv) terhadap kerusakan / failed.

BAB IV

ANNALISA TEKNIS DAN PERHITUNGAN

4.1 Kajian Teknis Kebutuhan Peralatan UPS pada PT. RCTI

Secara umum peralatan yang digunakan pada operasional PT. RCTI sudah mempergunakan teknologi informasi / IT, dimana rangkaian elektronikanya sudah mempergunakan modul modul yang terdiri dari beberapa lapisan / layer rangkaian elektronika, modul modul elektronika tersebut terdiri dari beberapa chip / microprocessor yang sangat riskan terhadap kerusakan yang disebabkan dengan kejutan sumber listrik atau sumber listrik yang tidak stabil.

Kerusakan yang terjadi pada modul modul peralatan tersebut jelas sangat mengganggu terhadap operasional peralatan dan memperpendek usia pakainya / life time, untuk itu stabilitas sumber catu daya listrik amat sangat dibutuhkan untuk menunjang operasi peralatan.

Untuk menunjang operasi sehari hari terhadap kebutuhan sumber catu daya

listrik diperoleh dari sumber catu daya listrik primer / PLN. Beragamnya beban yang

melewati jalur sumber listrik jelas sangat menggangu terhadap kualitas / mutu catu

Beragamnya beban dan pesatnya kemajuan teknologi elektronika menjadikan perubahan trend ketidak stabilan sumber listrik tidak hanya di pengaruhi oleh beban beban linier (motor motor listrik, lampu, alat pendingin, dll) tetapi sudah bergeser menjadi beban beban non linier, sehingga kestabilan tidak hanya berupa naik turunnya tegangan listrik atau terjadinya pemutusan / pemadaman listrik.

Kestabilan listrik yang saat ini menjadikan dasar sudah berubah menjadi mutu sumber daya listrik / power quality.

Masalah masalah yang ditemui dalam power quality antara lain adalah : 1. Masalah distorsi harmonik

Masalah ini timbul seiring dengan perkembangan teknologi elektronika yang

diterapkan dalam peralatan modern. Akibat yang ditimbulkan adalah timbulnya

komponen-komponen tegangan yang berada diluar frekwensi 50 hz (lebih dikenal

dengan komponen harmonik), bila komponen tersebut diatas 5 % dari kondisi normal

dapat dipastikan mengganggu peralatan dan pencemaran pada jaringan listrik.

Masalah ini timbul seiring dengan perkembangan teknologi elektronika yang

diterapkan dalam peralatan modern. Akibat yang ditimbulkan adalah timbulnya

komponen-komponen tegangan yang berada diluar frekwensi 50 hz (lebih dikenal

dengan komponen harmonik), bila komponen tersebut diatas 5 % dari kondisi normal

dapat dipastikan mengganggu peralatan dan pencemaran pada jaringan listrik.

Dokumen terkait