• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : URAIAN TEORITIS

B. Landasan Teori

1. Teori Kepemimpinan

Menurut Daft (2007) kepemimpinan merupakan ”penggunaan pengaruh untuk memberikan motivasi kepada karyawan untuk mencapai tujuan organisasi”. Stoner (2005:31) mendefinisikan kepemimpinan sebagai ”proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok”. Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka kepemimpinan adalah aktivitas dan pola perilaku yang secara konsisten diterapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain. Manusia dalam organisasi adalah sumber dya yang dinamis, mudah berubah, membutuhkan pengarahan dan semangat untuk meyelesaikan pekerjaan agar tercapai tujuan perusahaan sehingga peran seorang pemimpin sangat penting.

Timple (2005:31) mendefinisikan pemimpin yaitu "orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin, dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang, tugas, dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan". Dubrin (2002:4) pemimpin ialah ”seorang yang dapat menunjukkan semangat, hasrat, dan memberi inspirasi bagi orang lain agar dapat mencapai kinerja yang lebih baik”. Berdasarkan beberapa artikel, jurnal dan buku–buku mengenai kepemimpinan yang baik dipandang dari kekuatan dari

dalam memiliki seperti karakter, integritas, energi atau dapat dilihat bahwa salah satu syarat pimpinan yang sukses adalah dengan melihat apa yang mereka ketahui (pola pikir strategi) atau bagaimana mereka bertingkah laku (menetapkan visi, perampingan organisasi dan menekankan kerja sama). Tidak ada satu unsurpun yang memberikan lebih banyak manfaat terhadap sebuah organisasi dari pada kepemimpinan yang efektif.

Pemimpin dibutuhkan untuk menentukan tujuan, mengalokasikan sumberdaya yang ada, mengkonsentrasikan pada tujuan-tujuan organisasi, mengkoordinasikan perubahan-perubahan, membina keakraban antara pengikutnya meletakkan atau menetapkan arah organisasi yang benar. Organisasi yang memiliki pemimpin dapat melaksanakan hal-hal di atas secara benar dan efisien dari pada organisasi yang tidak memiliki pemimpin. Hal-hal inilah yang menberikan alasan bagi para ahli untuk lebih memusatkan perhatiannya pada kepemimpinan. Ketika seseorang berusaha mempengaruhi orang lain gaya lainnya dalam suatu organisasi tanpa paksaan dapat dikatakan bahwa usaha ini sebagai usaha kepemimpinan. Timple (2005:31) mengemukakan lima landasan kepemimpinan yang efektif yaitu:

a. Cara berkomunikasi b. Pemberian motivasi c. Kemampuan memimpin d. Pengambilan keputusan e. Kekuasan yang positif

Beberapa teori kepemimpinan telah dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh Robbins (2007:3) yang mengemukakan adanya tiga pendekatan teori kepemimpinan yaitu :

a. Pendekatan teori sifat

Teori-teori yang mencari karakter kepribadian, sosial, fisik, atau intelektual yang memperbedakan pemimpin dari bukan pemimpin

b. Pendekatan teori gaya

Teori-teori yang mengemukakan bahwa gaya spesifik membedakan pemimpin dari bukan pemimpin.

c. Pendekatan teori kemungkinan.

Teori-teori yang menggunakan beberapa variabel situasional yang mempunyai pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan gayanya.

Selanjutnya Robbins (2007:3) mengemukakan bahwa ”kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Menjadi pemimpin tidak bisa terjadi seketika, tetapi membutuhkan perjalanan yang tidak singkat”.

Martoyo (2004:114) memberikan pandangan tentang kepemimpinan, dia mengatakan bahwa proses menjadi pemimpin identik menjadi manusia seutuhnya. jalur yang harus ditempuh pemimpin sebagai orang yang berfungsi sepenuhnya melalui sejumlah kebijaksanaan sebagai berikut :

a. Kepemimpinan pada umumnya didefinisikan sebagai suatu pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang sehingga mereka akan bertindak secara suka rela menuju pencapaian tujuan kelompok.

b. Pengaruh ini ditimbulkan melalui hubungan pribadi yang efektif antara pemimpin dan pengikut. Mendorong pengikut menjadi pribadi yang lebih baik.

c. Pemimpin agar dapat menyelaraskan pengikut menjadi pribadi yang lebih baik, pemimpin harus berada pada level keadaan yang lebih baik dari pengikutnya .

d. Level keadaan yang lebih baik berarti pemimpin memiliki kematangan secara psikologis. Derajat kemampuan pemimpin menciptakan hubungan yang mendorong pertumbuhan pengikut sebagai pribadi yang terpisah merupakan ukuran pertumbuhan psikologis.

e. Pemimpin yang matang kepribadiannya adalah yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menggunakan semua kemampuan yang telah dibentuk menjadi suatu kesatuan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pimpinan adalah suatu seni kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, membentuk dan mendorong orang lain menjadi lebih baik serta dengan suka rela dapat membaantu pemimpin tersebut dalam melakukan suatu aktifitas untuk mencapai tujuan.

2. Fungsi dan Tanggung Jawab Pemimpin

Kemampuan mengidentifikasikan masalah, menganalisa sumber masalah dan menyusun rencana penyelesaian masalah serta tingkat fleksibilitas dan keampuan beradaptasi adalah hal yang mutlak diperlukan bagi seorang pemimpin.

Menurut Thoha, (2001:12), berdasarkan studi observasi yang dilakukan secara langsung, membagi tiga jenis fungsi pemimpin atau manajer yaitu :

a. Fungsi Interpresonal (the interpersonal roles). Fungsi ini dapat ditingkatkan melalui jabaran formal yang dimiliki oleh seorang pimpinan dengan orang lain. Fungsi ini terbagi menjadi tiga, yaitu :

1) Sebagai simbol organisasi (Figurehead), yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menjalankan fungsi sebagai simbol organisasi umumnya bersufat resmi, seperti menjamu makan siang pelanggan.

2) Sebagai pemimpin (Leader), yaitu seorang pemimpin menjalankan fungsinya dengan menggunakan pengaruhnya untuk memotivasi dan mendorong karyawannya untuk mecapai tujuan organisasi .

3) Sebagai penghubung (Liaison), yaitu seorang pemimpin juga berfungsi sebagai penghubung dengan orang diluar lingkungannya, disamping ia juga harus dapat berfungsi sebagai penghubung antara manajer dalam berbagai level dengan bawahannya

b. Fungsi informasional (The Informational Roles)

Sering kali pemimpin harus menghabiskan banyak waktu dalam urusan menerima dan menyebarkan informasi. Pemimpin disini mempunyai tiga fungsi, yaitu :

1) Sebagai pengawas (monitor) untuk mendapatkan informasi yang valid pemimpin harus melakukan pengamatan secara kontinyu terhadap lingkungannya yakni terhadap bawahan, atasan dan selalu menjalin dengan pihak luar .

2) Sebagai penyebar (Disseminator) pemimpin juga harus mampu menyebarkan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukannya.

3) Sebagai juru bicara (Spokesperson) pemimpin berfungsi untuk menyatakan informasi bagi pihak luar.

c. Fungsi pembuat keputusan (The Decisional Roles) ada empat fungsi pemimpin yang berkaitan denagn keputusan yaitu :

1) Sebagai wirausahawan (Entrepreneurial) pemimpin harus mampu memprakarsai pengembangan proyek dan menyusun sumberdaya yang diperlukan oleh karena itu pemimpin harus memiliki sikap proaktif..

2) Sebagai penghalau gangguan (Distrubance Handler) pemimpin harus bersikap reaktif terhadap masalah dan tekanan situasi.

3) Sebagai pembagi sumber dana (Risourceallocator) pemimpin harus dapat memutuskan kemana saja sumber daya akan di distribusikan kebagian-bagian dari organisasinya .

4) Sebagai pelaku negoisasi (Negotiator) pemimpin harus mampu melakukan negoisasi pada setiap tingkatan baik dengan bawahan, atasan maupun pihak luar

Heidjrachman (2005:218) mengemukakan bahwa orientasi karyawan manajemen mengenai fungsi-fungsi pemimpin adalah:

a. Memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya.

b. Menyusun jalur pencapaian tujuan untuk melakukan hal ini pemimpin perlu memberikan pedoman untuk mencapai tujuan perusahaan bersamaan dengan pemuasan kebutuhan para karyawan.

c. Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan.

d. Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna secara organisatoris.

Sedangkan menurut Heidjrachman, (2005:218) tanggung jawab pemimpin adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis (dalam artian kuantitas, kualitas, keamanan dan lain sebagainya.

b. Melengkapi para karyawan dengan sumberdana-sumberdana yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

c. Mengkomunikasikan kepada para karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka.

d. Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi.

e. Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila memungkinkan.

f. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif. g. Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan hasilnya.

Berdasarkan tanggung jawab pemimpin tersebut di atas menunjukkan bahwa tanggung jawab pemimpin orientasinya adalah pada perhatian kepada karyawan dan juga manajemen dalam rangka pencapaian tujuan organisasi .

3. Syarat-syarat Pemimpin

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan, walaupun tidak mengatakan suatu sifat yang mutlak yang dapat diidentifikasikan dalam diri pemimpin, namun sejumlah sifat umum telah dimiliki oleh sebagian besar mereka yang diidentifikasikan.

Meskipun tidak ada sifat mutlak yang bisa diidentifikasikan, cukup wajar apabila dianggap bahwa seorang yang mempunyai kemampuan untuk memimpin orang lain dalam mencapai tujuan perusahaan dan mempunyai interaksi antar personal yang baik dan juga mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan mungkin memperoleh keuntungan dari berbagai sifat tersebut dalam menjalankan kepemimpinannya. Adapun sifat yang berguna bagi seorang pemimpin menurut Heidjrachman (2005:222) adalah sebagai berikut:

a. Keinginan untuk menerima tanggung jawab

Apabila seorang pemimpin menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan, berarti ia bersedia untuk bertanggung jawab kepada pimpinannya terhadap apa yang dilakukan bawahannya.

b. Kemampuan untuk bisa perceptive

Perception (persepsi) menunjukkan kemampuan untuk mengamati atau menemukan kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pemimpin haruslah mengenal tujuan perusahaannya sehingga mereka bisa bekerja untuk

membantu mencapai tujuan tersebut. Di sini diperlukan kemampuan untuk memahami bawahan, sehingga dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka.

c. Kemampuan untuk bersikap obyektif

Obyektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau masalah secara rasional, impersonal, dan tidak bias. Obyekivitas membantu pimpinan untuk meminimumkan faktor-faktor emosional dan pribadi yang mungkin mengaburkan realitas.

d. Kemampuan untuk menentukan prioritas

Seorang pemimpin yang pandai adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memilih atau menentukan mana yang penting dan mana yang tidak.

e. Kemampuan untuk berkomunikasi

Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan seorang pemimpin. Pemimpin adalah orang yang bekerja dengan menggunakan bantuan orang lain, karena itu pemberian perintah, penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai.

4. Gaya Kepemimpinan

Bentuk gaya yang dibuat untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu. Gaya kepemimpinan merupakan norma gaya seseorang yang dipengaruhi orang lain sesuai yang diinginkannya, adapun gaya kepemimpinan menurut Heidjrahman (2000:225) dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. The Autocratic Leader

Pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahan terpusat di tangannya, memungkinkan memutuskan bahwa dialah yang berkompeten untuk memutuskan dan punya perasaan bahwa bawahannya tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri atau ia mungkin mempunyai alasan lain untuk beranggapan mempunyai posisi yang kuat mengarahkan dan mengawasi. Tujuan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimkan penyimpangan dari arah yang ia berikan.

b. The Participative Leader

Pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan yang partisipatif berarti ia menjalankan kepemimpinannya secara konsultasi, ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir, dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari bawahan mengenai keputusan yang akan diambil. Pemimpin akan secara serius mendengarkan dan menilai pemikiran bawahannya dan menerima sumbangan pemikiran mereka.

c. The Free Rein Leader

Pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada para bawahan dengan agak lengkap. Pada prinsipnya pimpinan akan mengatakan “Inilah pekerjaan yang harus saudara lakukan, saya tidak pedulli

bagaimana saudara mengerjakannya, asalkan pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik”.

Pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada bawahan, dalam artian pimpinan menginginkan agar bawahan dapat mengendalikan diri dalam menyelesaikan pekerjaan. Pimpinan tidak akan membuat peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya sedikit melakukan kontak dengan bawahan. Dengan demikian para bawahan dituntut untuk memiliki kemampuan yang tinggi.

5. Pemilihan Gaya Kepemimpinan

Pemilihan gaya kepemimpinan yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan beberapa faktor. Harris dalam Heidjrachman (2005:227) mengemukakan 4 faktor yaitu yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan gaya kepemimpinan yaitu:

a. Faktor dalam organisasi b. Faktor pimpinan manajer c. Faktor bawahan

d. Faktor situasi penugasan

Pemilihan ketiga jenis gaya kepemimpinan yang telah dikemukakan di atas, menurut Heidjarchman (2005:228) dapat mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Gaya kepemimpinan autocratic cocok apabila para bawahan tidak mengetahui tujuan dan sasaran perusahaan, apabila perusahaan menggunakan

ketakutan dan hukuman sebagai cara pendisiplinan, dimana para pimpinan ingin lebih dominan dalam pengambilan keputusan.

b. Gaya kepemimpinan participative cocok apabila tujuan perusahaan telah dikomunikasikan dan para bawahan telah menerimanya, perusahaan menggunakan hadiah dan ketertiban sebagai alat motivasi utama, pimpinan benar-benar menginginkan pendapat dan ide-ide dari bawahan sebelum mengambil keputusan.

c. Gaya kepemimpinan free rein nampaknya paling cocok apabila tujuan perusahaan telah dikomunikasikan dengan baik dan telah diterima dengan baik oleh bawahan, yang pada kenyataannya tujuan organisasi dan tujuan karyawan merupakan hal yang selaras.

6. Semangat Kerja

a. Pengertian semangat kerja

Setiap perusahaan selalu berusaha agar produktivitas kerja karyawannya dapat ditingkatkan dan salah satunya dengan meningkatkan semangat dan kegairahan kerja karyawan. Semangat dan kegairahan kerja ini perlu ditingkatkan karena merupakan unsur penunjang tercapainya tujuan yang diinginkan oleh perusahaan.

Pendapat mengenai semangat kerja menurut Nitisemito (2002:160) adalah upaya melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan lebih baik. Sedangkan kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa semangat dan kegairahan kerja harus dimiliki oleh setiap karyawan dalam arti tenaga tersebut harus selalu ada serta menunjukkan prestasi.

Semangat kerja pada hakekatnya adalah merupakan perwujudan dari moral kerja yang tinggi, dimana suatu pekerjaan akan dilaksanakan dengan baik.

Disamping itu semangat kerja merupakan faktor yang cukup penting sebagai penunjang tercapainya produktivitas yang tinggi. Untuk itulah perusahaan mendorong para karyawannya agar mempunyai semangat dan kegairahan kerja yang tinggi dengan harapan dapat memperoleh banyak keuntungan, dapat memperkecil tingkat absensi dan perpindahan karyawan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja

Menurut Mangkunegara (2001:88) memaparkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja diantaranya:

1) Kebanggaan pekerja atas pekerjaannya dan kepuasannya dalam menjalankan pekerjaannya dengan baik.

2) Sikap terhadap pimpinan 3) Hasrat untuk maju

4) Perasaan telah diperlakukan secara baik. 5) Kemampuan untuk bergaul secara baik

Sedangkan menurut Nitisemito (2002:155), faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut:

1) Penghasilan dan jaminan sosial tenaga kerja 2) Gizi dan kesehatan

3) Kesempatan berprestasi 4) Lingkungan kerja 5) Kedisiplinan kerja

c. Indikasi turunnya dan rendahnya semangat kerja

Indikasi turun atau rendahnya semangat dan kegairahan kerja penting untuk diketahui oleh setiap perusahaan, karena dengan pengetahuan tentang indikasi ini akan dapat diketahui turunnya semangat dan kegairahan kerja. Dengan demikian perusahaan akan dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan masalah sedini mungkin.

Seperti yang dikemukakan oleh Nitisemito (2002:97) indikasi turunnya semangat dan kegairahan kerja adalah sebagai berikut:

1) Rendahnya produktivitas kerja 2) Tingkat absensi yang tinggi 3) Labour turn over yang tinggi 4) Tingkat kerusakan yang tinggi 5) Kegelisahan dimana-mana 6) Tuntutan yang sering terjadi 7) Pemogokan

7. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Semangat Kerja Bawahan

Seperti yang dikemukakan sebelumnya, bahwa gaya kepemimpinan mempunyai hubungan terhadap semangat kerja karyawan. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Panggabean (2002: 76) yang mengatakan bahwa: “Dengan adanya beraneka ragam keinginan dan kebutuhan dari setiap pegawai maupun kelompok dalam suatu organisasi, maka seorang pemimpin harus dapat menyelaraskan antara kebutuhan individu dengan kebutuhan organisasi”. Sehingga dengan demikian tingkah laku pegawainya dapat didorong dan diarahkan didalam mencapai tujuan bersama yang dilandasi dengan adanya semangat kerja. Dari teori diatas maka kita dapat mengatakan bahwa pemimpin harus selalu memberikan dorongan atau motivasi kepada karyawannya dengan memenuhi beberapa kebutuhan individu maupun kelompok sehingga dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.

Dengan adanya beberapa penjelasan di atas maka jelaslah bahwa gaya kepemimpinan seseorang akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap semangat kerja karyawan. Penerapan gaya kepemimpinan yang sesuai akan mampu meningkatkan semangat kerja. Demikian sebaliknya penerapan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai akan dapat menurunkan semangat karyawan yang nantinya juga dapat menurunkan produktivitas perusahaan.

Dokumen terkait