• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Landasan Teori

Adanya peningkatan jumlah lansia, menyebabkan masalah kesehatan yang dihadapi bangsa Indonesia menjadi semakin kompleks, terutama yang berkaitan dengan gejala penuaan. Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh baik fisik, sosial, mental dan spiritual yang keseluruhannya saling kait mengkait antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Perubahan yang terjadi perlu proses adaptasi atau penyesuaian diri, padahal dalam kenyataannya semakin menua usia kebanyakan semakin kurang fleksibel untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi dan disinilah berbagai gejolak atau masalah yang harus dihadapi ibu (Padila, 2013).

Perubahan akan terjadi pada saat ibu memasuki usia 45-55 tahun dimana wanita akan mengalami masa menopause. Kemunduran akibat menopause akan

membawa dampak pada penurunan berbagai sistim tubuh termasuk penurunan seksualitas ibu. Penurunan seksualitas pada ibu menopause dapat terjadi karena adanya perubahan pada fisik, perubahan psikologis, kurangnya informasi dan pengetahuan akan perubahan yang terjadi pada ibu serta didukung oleh penilaian negatif dari masyarakat tentang seksualitas masa tua (Padila, 2013).

Perubahan fisik yang terjadi pada ibu menopause menyebabkan rasa panas (Hot flush), gejala ini akan dirasakan mulai dari wajah sampai ke seluruh tubuh, rasa panas disertai warna kemerahan pada kulit dan berkeringat, rasa panas ini akan mempengaruhi pola tidur wanita menopause yang akhirnya akan membuat wanita menopause kekurangan tidur dan mengalami kelelahan didukung oleh pekerjaan sehari-hari sebagai seorang wanita yang mengurus anak dan suami membuat seorang wanita mempunyai peran ganda apalagi jika wanita tersebut wanita karier, sehingga membuat dirinya mencapai titik kelelahan yang sangat berat. Pada saat melakukan aktivitas seksual membutuhkan tenaga, jika tenaga terkuras karena bekerja, kurang tidur dan istirahat maka akan mengalami kelelahan fisik dan ini menyebabkan terjadinya penurunan gairah seksual. Kondisi tubuh yang lelah selalu jadi alasan yang cukup kuat untuk menolak melakukan aktivitas seksual dengan suami. Fenomena ini sering kita jumpai dalam rumah tangga dimana ibu menopause mengalami penurunan gairah seksual (Mulyani, 2013).

Ketidakmampuan wanita menopause untuk menghadapi tekanan atau konflik akibat perubahan fisik dan perubahan organ reproduksi dapat menimbulkan masalah psikologis seperti perasaan gelisah, mudah tersinggung, tegang, cemas, takut menjadi

tua dan tidak menarik lagi, perasaan tertekan ,malas ,sedih ,merasa tidak berdaya, mudah menangis, mudah lupa, emosi yang meluap, hal ini juga akan mempengaruhi wanita menopause mengalami masalah seksualitasnya karena faktor psikologis seperti cemas dapat mempengaruhi fungsi seksual seseorang. 70% disfungsi seksual disebabkan karena adanya masalah psikologis (Padila, 2013).

Perubahan aktifitas seksual di usia menopause tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan fisik, perubahan organ reproduksi dan psikologis tetapi juga dipengaruhi oleh kurangnya informasi dan pengetahuan tentang dampak penurunan fungsi fisik, fungsi reproduksi dan psikologis terhadap penurunan respon seksual di usia menopause yang sebenarnya dapat diperoleh melalui informasi atau konseling tentang aktifitas seksual masa menopause, seperti pengetahuan tentang klimaksterium masa senja, mengetahui gejala-gejala baik yang ringan maupun yang berat, maka menopause tidak lagi merupakan permulaan keruntuhan keutuhan keluarga dan kebahagian suami-istri. Pengetahuan tentang menopause sangat mempengaruhi seseorang dalam persiapan diri ibu menopause terhadap perubahan-perubahan masa

menopause termasuk penurunan fungsi seksualitas pada ibu menopause (Manuaba, 2009).

Penilaian negatif terhadap permasalahan seksualitas lansia juga sangat mempengaruhi ibu dalam melakukan aktivitas seksual, pandangan sebagian besar masyarakat bahwa masalah seks wanita menopause tidak ada lagi, pelan-pelan hilang. Masih kurangnya ketersedian privacy bagi para orang tua juga sangat mempengaruhi orang tua melakukan aktivitas seksualnya, dalam hal ini adalah

lingkungan dimana wanita menopause tinggal, baik lingkungan dalam rumah dan lingkungan luar rumah. Lingkungan yang tidak mendukung bahwa kebutuhan seksualitas lansia juga harus diperhatikan hal ini diperkuat oleh tradisi atau budaya dimana orang tua tidak pantas lagi memikirkan seksualitas, perasaan tabu dan malu untuk mempertahankan kehidupan seksualitasnya, perempuan mempunyai pemikiran bahwa perempuan itu hanya menunggu dan bersifat pasif tidak berani dan tidak pantas mengajak suami untuk melakukan hubungan seksual kareana malu dan pemikiran bahwa lansia harus lebih fokus pada ibadahnya (Suparto, 2006).

Seksualitas menyangkut dimensi biologis, psikologis, sosial dan cultural. Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi, termasuk bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksi, menjagakan secara optimal sebagai alat untuk berproduksi dan berrekreasi dalam mengekspresikan dorongan seksualitas, dorongan dimensi psikologis, seksualitas berhubungan erat dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas itu sendiri dan bagaimana menjalani sebagai makhluk seksual, dari dimensi sosial berkaitan dengan bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks, sedangkan dari dimensi cultural menunjukkan bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari kehidupan yang ada di masyarakat (Darmojo dan Martono, 2006).

Pada usia menopause tidak ada halangan untuk mempertahankan hubungan seksual hanya frekuensinya semakin berkurang tetapi diharapkan kualitasnya semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan keharmonisan keluarga. Masalah yang

dihadapi dalam hubungan seksual pada wanita menopause adalah keinginan seksual sudah berkurang, daerah erotik kurang sensitif dan agak sulit mencapai orgasme (Manuaba, 2009). Pada masa menopause, yang perlu diperhatikan dalam hubungan seksual adalah keteraturannya bukan lamanya, namun tetap terjadi perubahan frekuensi dalam melakukan hubungan seksual. Wanita menopause masih melakukan hubungan seksual dan merasa bergairah hingga usia menjelang 80 tahun, berhentinya hubungan seksual karena ketiadaan pasangan. Wanita menopause yang secara teratur dan aktif bersetubuh walaupun tidak sesering dulu akan menikmati seks lebih lama daripada mereka yang secara tidak teratur melakukan hubungan seksual (Bambang, 2013).

Dokumen terkait