• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Langkah-langkah pemecahan masalah diperlukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian agar proses penelitian dapat berjalan secara sestematis dan terarah. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1

Studi Literatur Studi Lapangan Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Identifikasi Variabel Variabel Bebas: Biaya transportasi

Jarak Koordinat Lokasi

Permintaan Distributor Variabel Terikat :

Rute Distribusi

Meminimalkan Biaya Transportasi Pengumpulan data :

Data permintaan Tiap Distributor

Data Biaya Tranportasi

Data Jarak Mulai

Menghitung jarak koordinat lokasi dari pabrik ke tiap-tiap Distributor Rute Distribusi dengan metode perusahaan Biaya Transportasi Metode Perusahaan

Rute dengan penerapan Savings Matrix berdasarkan permintaan

tahun 2009

Perhitungan Savings Matrix.

Langkah-langkah metode Savings matrix : §Mengidentifikasi matrik jarak

§Mengidentifikasi matrik penghematan (Savings Matrix) §Mengalokasikan customer ke kendaraan atau rute

§Mengurutkan customer (tujuan) dalam rute yang sudah terdefinisi

§Perhitungan Biaya Transportasi permintaan

Biaya transportasi sesudah penerapan metode < biaya transportasi sebelum penerapan metode Tidak

Gambar 3.1 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah. A

Pengujian MSE Terkecil

Ploting data Permintaan distributor tahun 2010

Melakukan uji MRC dari metode peramalan yang digunakan

Data Terkontrol ?

Selesai

Peramalan dengan metode peramalan yang terpilih untuk Januari 2011-Juni 2011

Rekomendasi jalur distribusi untuk Januari 2011-Juni 2011

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Perhitungan Biaya Transportasi peramalan Rute baru berdasarkan peramalan

Ya

Tidak

Peramalan Permintaan dari masing Distributor dengan Time Series

Penjelasan Langkah – Langkah Pemecahan Masalah :

1. Mulai

Mulai atau yang di sebut juga langkah awal penelitian yang meliputi : 1.Mencari dan menetapkan judul.

2.Orientasi lokasi perusahaan.

2. Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan maksud dapat mengetahui kondisi nyata obyek yang akan diteliti. Hal ini untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian antara tujuan peneliti dengan kondisi obyek penelitian.

3. Studi literatur

Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan penelitian beberapa literatur diperlukan guna memperdalam teori sebagai bahan dasar penelitian. Literatur diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari perpustakaan maupun perusahaan dan studi penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik permasalahan sebelumnya. Studi ini berhubungan dengan pemilihan metode pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini.

4. Perumusan masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana merencanakan rute pendistribusian produk kepada customer agar dapat meminimumkan total jarak dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan ? Untuk menjawab persoalan

5. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah merencanakan rute yang harus ditempuh tiap kendaraan berdasarkan kapasitasnya untuk meminimumkan total jarak tempuh, merencanakan penugasan kendaraan dalam pendistribusian produk serta mendapatkan penghematan biaya transportasi setelah menggunakan metode Savings Matrix.

6. Identifikasi Variabel

Mengiidentifikasi masing – masing Variabel yang terdapat pada penelitian ini sebagai objek dalam penelitian ini.dimana varibelnya yaitu sebagai berikut : 1. Biaya. 2. Koordinat lokasi. 3. Jarak. 4. Permintaan konsumen 7. Pengumpulan data

Dalam pencarian data diperlukan sumber data yang benar-benar akurat. Sumber data yang dimaksud adalah subyek atau dari mana data itu diperoleh. Pengumpulan data ini dilakukan dengan bantuan staf-staf PG CANDI BARU SIDOARJO. Pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Data permintaan tiap kota.

b. Data jarak yaitu data jarak dari distributor ke masing-masing kota

konsumen dan dan data jarak antar kota konsumen satu dengan kota konsumen yang lain.

c. Data transportasi yaitu data alat angkut (truk).

8. Peramalan permintaan masing-masing gudang

Peramalan permintaan dilakukan dengan bantuan progam WinQSB untuk

mengetahui rata-rata permintaan tiap periode pada masing-masing kota gudang berdasarkan data permintaan masa lalu.

9. Metode peramalan time series

Peramalan dilakukan dengan cara menggunakan beberapa motode peramalan time series. Metode yang digunakan adalah metode :

Single Exponential Smoothing Doubel Exponential Smoothing

10. Perhitungan Mean Square of Error (MSE).

Dari masing-masing metode tersebut dihitung nilai MSE yang mempunyai nilai terkecil kemudian direkomendasikan untuk permintaan masing-masing kota gudang untuk beberapa periode mendatang.

11. Uji Verifikasi MSE.

Kita melakukan uji verifikasi untuk data-data dari metode peramalan dengan nilai MSE terkecil tersebut. Untuk mengetahui apakah ada data yang outof control.

12. Hasil peramalan

Setelah perhitungan forcest error maka ditentukan dan dikelompokkan hasil peramalan yang mempunyai nilai terkecil.

13. Pembuatan matriks jarak

Menghitung jarak antara distributor dengan gudang dan jarak antar gudang dengan gudang lain kemudian ditabelkan dalam bentuk matriks jarak.

14. Perhitungan Savings Matrix

Setelah menghitung matriks jarak kemudian menghitung Savings Matrix

dengan melakukan perhitungan besarnya penghematan masing-masing kota customer dan kemudian ditabelkan dalam bentuk Saving Matrix.

15. Penentuan alokasi gudang ke dalam tiap alat angkut

Penentuan alokasi gudang ke tiap angkut atau rute harus bisa memaksimalkan penghematan. Yaitu dengan melakukan pencarian solusi dilakukan dengan prosedur iterative yang pertama tiap konsumen dialokasikan pada truk/alat angkut/rute yang berbeda-beda, kedua yaitu rute selanjutnya dapat digabungkan pada satu rute/kendaraan dengan didasarkan pada penghematan yang paling tinggi yang bisa diperoleh. Selanjutnya dilakukan pengecekan apakah pengkombinasian tersebut layak atau tidak. Dikatakan layak jika total pengiriman yang harus dilalui melalui rute tersebut tidak melebihi kapasitas kendaraan.

16. Penentuan rute/jalur distribusi

Penentuan rute dilakukan melalui beberapa iterasi. a. Iterasi 1, tiap gudang dialokasikan pada rute yang terpisah.

b. Iterasi 2, dari matriks penghematan atau savings matrix, dicari penghematan tertinggi dan nilai tersebut terletak pada gudang berapa, kemudian kombinasikan kedua rute dari gudang tersebut menjadi satu rute. Selanjutnya dilakukan pengecekan apakah pengkombinasian tersebut layak atau tidak, layak dilakukan jika total order size kurang dari kapasitas truk. Metode/prosedur untuk penentuan urutan gudang dalam satu rute adalah dengan menggunakan prosedur Nearest Neighbour yaitu :

• Rute perjalanan dibuat dengan menambahkan gudang terdekat dari titik terkhir yang dikunjungi oleh kendaraan. Iterasi dimulai dari DC kemudian perjalanan dilakukan menuju ke gudang yang paling dekat dengan DC, dan seterusnya.

17. Penghitungan biaya transportasi berdasarkan rute yang di lalui

Menghitung biaya transportasi selah dilakukan perbaikan. Biaya transportasi dihitung berdasarkan biaya tenaga kerja, biaya bahan bakar, dan biaya retribusi selama perjalanan berdasarkan rute dengan

menggunakan metode Savings Matrix

18. Penghitungan biaya transportasi sebelum dan sesudah penerapan metode Savings Matrix

Biaya transportasi dihitung berdasarkan biaya tenaga kerja, biaya bahan bakar, dan biaya retribusi selama perjalanan berdasarkan rute yang dilalui sebelum dan sesudah penerapan metode Savings Matrix. Biaya transportasi awal dihitung berdasarkan data alat angkut dan biaya transportasi awal, kemudian mengevaluasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebelum dan sesudah penggunaan metode Saving Matrix.

19. Kesimpulan dan Saran

Berisikan tentang kesimpulan apakah dengan menerapkan metode Savings

Matrix akan mengurangi biaya transportasi serta saran untuk perusahaan agar mempertimbangkan untuk menggunakan metode ini.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Permintaan Gula Dan Biaya transportasi

Permintaan Gula tiap Distributor diambil pada bulan Oktober 2010 sampai Desember 2010 seperti pada tabel 4.1

Dari data di atas menunjukkan bahwa permintaaan gula selama 3 bulan dalam 12 minggu pengiriman. Dari setiap distributor terdapat perbedaan jumlah permintaan setiap minggunya antara distributor satu dengan distributor yang lainnya, distributor Bojonegoro, Surabaya, Lamongan, dan Pasuruan memiliki permintaaan yang lebih banyak dikarenakan jarak tempuh distributor ke pabrik yang cukup jauh dan gula merupakan kebutuhan pokok sehari – hari, sedangkan distributor Tuban, Gresik, dan Pandaaan merupakan distributor yang memiliki permintaan lebih rendah.

Rute awal pengiriman Gula ke distributor berdasarkan koordinat pabrik (0,0) kota Sidoarjo. Dapat dilihat pada table berikut

Nama Kota

Permintaan per periode (Kuintal / minggu)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 rata2 Surabaya 470 450 480 440 450 470 490 440 430 460 450 470 459 Gresik 260 270 240 250 210 210 210 250 270 260 270 240 245 Lamongan 360 350 340 320 370 380 350 340 330 330 340 350 347 Bojonegoro 670 650 670 690 670 640 660 600 630 640 650 670 654 Tuban 310 310 280 290 240 250 290 280 300 310 330 320 293 Pasuruan 350 320 300 310 310 310 350 350 340 355 315 340 330 Pandaan 280 270 270 260 290 275 275 265 260 290 285 290 276

4.1. Permintaan Gula Perminggu

Dari tabel diatas dapat diketahui rute awal perusahaan sesuai dengan permintaan gula dan kapasitas armada yang dimiliki untuk masing – masing distributor.

Koordinat lokasi Perusahaan ( PT Gula Candi Baru Sidoarjo ) ke Distributor diperoleh dengan cara mengukur skala pada peta Propinsi Jawa Timur dengan satuan centimeter kemudian diubah ke satuan kilometer dengan perbandingan skala pada peta 1 : 1.650.000, Dengan pengertian setiap jarak 1 cm mewakili 16.5 km. (Perhitungan matrix jarak koordinat pabrik – distributor dan dari satu Distributor ke Distributor lain untuk selanjutnya dapat dilihat pada lampiran E)

Armada yang dimiliki perusahaan untuk mendistribusikan gula adalah 2 truk gandeng dan 2 dump truk. Untuk Truk gandeng kapasitasnya 700 karung/Kuintal sedangkan Dump truk 350 karung/Kuintal.

Jumlah bahan bakar untuk Truk gandeng dan Dump truk jarak tempuhnya sama yaitu setiap 1 liter dapat menempuh jarak 4 kilometer.

Rute

Kode Nama Kota ( Distributor ) Jenis alat angkut Koordinat lokasi Dalam cm (x.y)

jarak tempuh

(Km) A

P -D1 - P Pabrik – Gresik – Pabrik Dum Truck (-0,5 ; 2,3) 77.88

B

P – D2 - P Pabrik – Surabaya – Pabrik Truck Gandeng (0,4; 1,8) 60.72

C

P - D3 - P Pabrik – Lamongan – Pabrik Dum Truck (-2 ; 2,7 ) 110.88

D

P - D4 - P Pabrik – Bojonegoro – Pabrik Truck Gandeng (-6 ; 2,4) 213.08 E

P - D5 - P Pabrik – Tuban – Pabrik Dum Truck (-4,6 ; 4,3) 207.58

F

P - D6 - P Pabrik – Pasuruan – Pabrik Dum Truck (1,4 ; -1,1) 58.74

G

P - D7 - P Pabrik – Pandaan – Pabrik Dum Truck (-0,2 ; -0,9) 30.36

Tabel 4.2 Rute Awal Pengiriman Gula ke Distributor

Biaya yang berkaitan dengan pendistribusian produk sampai ke Distributor dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut :

Tabel 4.3 Biaya Transportasi

No Jenis biaya Jumlah (Rp)

1 Tenaga kerja : Sopir

Kernet

Rp. 200.000 /pengiriman/ orang Rp. 100.000 / pengiriman/ orang 2 Bahan bakar ( Solar ) Rp 4.500 / liter

3 Biaya retribusi :

1. Jika kendaraan Tanpa Melewati Tol 2. Jika kendaraan melewati tol

Rp. 20.000 Rp. 40.000

4 Biaya Konsumsi @ 15.000 / perjalanan/ orang

Dari tabel diatas dapat diketahui untuk biaya retribusi jika kendaraan tidak melewati tol biaya retribusi yang diberikan adalah Rp. 20.000,- digunakan untuk melewati pos timbangan sedangkan kendaraan yang melewati tol biaya retribusi yang diberikan adalah Rp. 40.000,- termasuk memasuki pos timbangan.

Setelah itu menghitung koordinat titik lokasi masing – masing distributor berdasarkan peta jawa timur untuk menentukan jarak antara lokasi A yang terletak pada koordinat (Xa , Ya) dan lokasi B yang terletak pada koordinat (Xb , Yb) dicari dengan menggunakan rumus jarak :

Dist (A,B) =

( ) (

2

)

2 B a b a X Y Y X − + − Panjang =

( ) ( )

2 B a 2 b a X Y Y X − + −

untuk mencari jarak Distributor Kota Gresik (D1) terhadap Produsen :

Koordinat masing-masing Distributor berasal dari tabel 4.2, sehingga didapat: Dist (P,D1) = artinya jarak Pabrik ke Distributor 1 kota Gresik.(D1)

-

Dist

(P.D1) =

( ) ( )

2 1 2 1 P D D P X Y Y X − + − = ((0−(−0,5))2 +((0−(2,3))2 = 5.54 = 2.36 Cm

Merubah dari jarak pada peta ke satuan kilometer dengan rumus yang digunakan yaitu :

Jarak = ( Jarak pada Peta x Skala Peta )cm / 100.000 km)

Jarak = (2.36 x 1. 650.000) / 100.000 Km = 38.94 km (Skala peta yang digunakan adalah 1 : 1 : 1. 650.000 Cm )

(Perhitungan jarak dari satu Distributor ke Distributor untuk selanjutnya dapat dilihat pada lampiran E).

Dari hasil perhitungan matrix jarak berdasarkan koordinat pada peta dapat diketahui jarak lokasi pabrik ke distributor dan distributor satu ke distributor yang lain. seperti terlihat di Tabel 4.4 berikut :

P D 1 D 2 D 3 D 4 D 5 D 6 D 7 D1 38.94 0 D 2 30.36 16.83 0 D 3 55.44 25.74 42.24 0 D 4 106.54 90.75 106.10 66.17 0 D 5 103.79 128.21 92.24 50.33 38.94 0 D 6 29.37 64.18 32.51 83.94 134.97 103.46 0 D 7 15.18 52.96 45.54 66.33 118.86 112.37 26.57 0

Dari tabel di atas dapat diketahui matrik jarak Pabrik ke distributor berdasarkan jarak koordinat lokasi pada peta, untuk menghitung biaya transportasi rute awal perusahaan.

Menghitung total jarak tempuh pendistribusian gula biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja, biaya retribusi, biaya konsumsi adalah sebagai berikut :

Perhitungan jarak pada rute awal Dist (P,D1) = artinya jarak Pabrik ke Distributor 1 kota Gresik.(D1).

- Rute 1 : ( P - D1 - P)

Panjang perjalanan = 38.94 + 38.94 = 77.88 Km

Total biaya bahan bakar Berdasarkan Permintaan Bulan Oktober 2010 sampai

Desember 2010 adalah sebagai berikut :

Biaya bahan bakar : jarak x kapasitas bahan bakar x biaya bahan bakar / Liter

- Biaya bahan bakar rute 1 = 77.88 Km x 1 liter/ 4km x Rp 4.500,- = Rp 87.615,- Setiap kali pengiriman

Untuk biaya bahan bakar 1 periode = biaya bahan bakar Setiap kali pengiriman x

12 minggu

= Rp. 87.615,- x 12 minggu = Rp. 1.051.380,- per periode

- biaya Tenaga kerja :

alat angkut = TRUCK GANDENG Upah Supir untuk satu rute = jumlah supir x upah supir

= 1 orang x Rp 200.000,- = Rp 200.000,- setiap kali pengiriman Untuk upah supir satu periode = Upah per minggu x 12 minggu

= Rp 200.000,- x 12 minggu = Rp 2.400.000,- per periode Upah kernet untuk satu rute = jumlah kernet x upah kernet 1 orang x Rp 100.000,- = Rp 100.000,- per minggu

Untuk upah kernet satu tahun = Upah kernet per minggu x 12 minggu = Rp .100.000,- x 12 minggu

= Rp. 1.200.000,- per periode

= Upah supir per periode + Upah kernet per periode = Rp 2.400.000,- + Rp 1.400.000,-

= Rp 3.600.000,- per periode

- Total biaya konsumsi :

Dimana : tiap rute = 2 tenaga kerja

Sehingga biaya konsumsi per minggu

= banyaknya tenaga kerja x biaya konsumsi =2 tenaga kerja x Rp 15.000,-

= Rp 30.000,- per minggu

Jadi total biaya konsumsi selama satu periode

= biaya konsumsi setiap kali pengiriman x 12 kali pengiriman

= Rp. 30.000 x 12

= Rp. 360.000,- per periode

- Total biaya retribusi :

Biaya retribusi = Rp 40.000,- per rute

Jadi biaya total retribusi selama 1 periode

= Biaya retribusi per minggu x 12 minggu = Rp 40.000,- x 12 minggu = Rp 480.000,- per periode

= Total biaya bahan bakar + Total biaya Tenaga kerja + Total Biaya konsumsi + Total biaya retribusi

= Rp 1.051.380,- per periode + Rp 3.600.000,- per periode + Rp 360.000,- per periode + Rp 480.000,- per periode

= Rp 5.491.380,- per periode.

Tabel 4.5. Biaya transportasi untuk masing – masing distributor selama satu periode

Dari Tabel di atas dapat diketahui total biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja, biaya retribusi dan biaya konsumsi dari masing – masing distributor sehingga diperoleh biaya transportasi rute awal dari perusahaan selama 1 Periode setiap minggunya dengan 12 kali pengiriman dari

( perhitungan biaya masing-masing rute dari biaya retribusi, biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran G )

Ru te Distributor Kode Distribu tor Biaya bahan bakar (Rp) Biaya tenaga kerja setiap kali

pengiriman (Rp) Biaya retribusi (Rp) Biaya Konsumsi (Rp) Total Biaya Transportasi Masing – masing Distributor A Gresik D1 1.051.380 3.600.000 480.000 360.000 5.491.380 B Surabaya D2 819.720 3.600.000 480.000 360.000 5.259.720 C Lamongan D3 1.496.880 3.600.000 480.000 360.000 5.936.880 D Bojonegoro D4 2.876.580 3.600.000 480.000 360.000 7.316.580 E Tuban D5 2.802.330 3.600.000 480.000 360.000 7.244.330 F Pasuruan D6 792.990 3.600.000 240.000 360.000 4.992.990 G Pandaan D7 409.860 3.600.000 240.000 360.000 4.609.860

4.2. Rute Distribusi Gula Berdasarkan Permintaan Dan Kapasitas Armada yang Dimiliki

Dalam penentuan rute menggunakan metode Savings Matrix langkah awal yang

harus dilakukan yaitu menentukan matriks jarak. Matriks jarak menyatakan jarak diantara tiap pasang lokasi yang akan dikunjungi. Perhitungan matriks jarak dilakukan dari satu Distributor ke Distributor yang lainnya.

(Jarak dari satu Distributor ke Distributor untuk selanjutnya dapat dilihat pada lampiran E ) Sehingga diperoleh matriks jarak seperti pada tabel 4.4.

Dari distributor satu ke distributor lainnya matriks jarak pada tabel 4.4 maka dapat di gunakan untuk menghitung penghematan jarak.

Berdasarkan tabel 4.4 maka dapat di hitung jarak dari masing – masing distributor dengan rumus :

S (x,y) = Dist (P,x) + Dist (P,y) – Dist (x,y)

Sebagai contoh penghematan dari pabrik ke distributor kota Gresik dan dari Gresik ke distributor ke kota – kota lain.

Gresik – Surabaya ( P - D1 - D2 - P) adalah :

S ( D1, D2) = Dist ( P,D1 ) + Dist ( P, D2 ) - Dist ( D1, D2 ) = 30,36 + 38,94 – 16,83 = 53,47 km

Dengan menggunakan rumus tersebut maka dapat diketahui jarak untuk masing-masing Distributor dapat di ketahui sebagai berikut :

( perhitungan Penghematan untuk masing-masing Distributor lainnya dapat dilihat pada lampiran F )

Tabel 4.6 Matriks Penghematan Dalam Satuan Kilometer (Km)

Dari tabel di atas dapat digunakan untuk mencari rute berdasarkan permintaan masing – masing distributor dengan armada dengan melihat pertemuan baris dan kolom dari angka yang tertinggi yaitu 171.39.

Dari angka tersebut dapat dilakukan suatu iterasi untuk mengetahui layak atau tidak penggabungan rute pendistribusian gula berdasarkan kapasitas armada.

Iterasi 1 :

Dari Savings Matrix, diperoleh jarak tertinggi dari tabel 4.6 sebesar 171.39 = S ( D4-D5 ) dengan mengkombinasikan rute untuk Distributor 4 dan Distributor 5 dalam satu rute, yaitu rute A, Selanjutnya dilakukan pengecekan apakah pengkombinasian tersebut layak dilakukan atau tidak, layak dilakukan jika total Rata - rata kurang dari kapasitas armada.

Kapasitas untuk rute A = Rata – rata permintaan Distributor 4 + Rata - rata permintaaan distributor 5.

= 654 kuintal + 293kuintal = 947 kuintal RUTE D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D1 1 0 D2 2 53.47 0 D3 3 68.64 43.56 0 D4 4 54.73 33.81 95.81 0 D5 5 14.52 41.66 108.9 171.39 0 D6 6 4.13 27.22 0.87 0.94 29.7 0 D7 7 1.16 0 4.29 2.86 6.6 17.98 0

Kapasitas rute A = 947 Kuintal berarti tidak layak, karena melebihi kapasitas armada maka alokasi pada rute A dinyatakan tidak layak maka di cari jarak tertinggi selanjutnya yaitu 108.9 = S(D3,D5)

Kapasitas untuk rute A = Rata – rata permintaan Distributor 3 + Rata - rata permintaaan Distributor 5.

= 347 kuintal + 293 kuintal = 640 kuintal

Kapasitas rute A = 640 Kuintal berarti layak dilakukan, karena kendaraan sudah memenuhi kapasitas maka Distributor 3, Distributor 5 Ditetapkan pada rute A. Hasil iterasi dapat dilihat pada table 4.8 lampiran J.

penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 95.81 ( D3-D4 ), 68.64 ( D1-D3 ), tetapi sudah teralokasi semua pada rute A ( D3 – D5 ) dan sudah memenuhi kapasitas, maka tidak perlu di lakukan iterasi.

Iterasi 2 :

Jarak tertinggi selanjutnya dapat dilihat dari tabel 4.6 yaitu 54.73 = S(D1,D4) dengan

mengkombinasikan rute untuk Distributor 1 dan Distributor 4 dalam satu rute, yaitu rute B Selanjutnya dilakukan pengecekan apakah pengkombinasian tersebut layak dilakukan atau tidak, layak dilakukan jika total Rata - rata permintaaan kurang dari kapasitas.

Kapasitas untuk rute B = Rata – rata permintaan Distributor 1 + Rata - rata permintaaan Distributor 4.

Kapasitas rute B = 899 Kuintal berarti tidak layak, Karena malebihi kapasitas armada maka alokasi pada ruteB dinyatakan masih tidak layak sehingga di cari penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 53.47 = S(D1,D2)

Kapasitas untuk rute B= Rata – rata permintaan Distributor 1 + Rata - rata permintaaan Distributor 2.

= 245 kuintal + 459 kuintal = 704 kuintal

Kapasitas rute B = 704 Kuintal berarti layak dilakukan, karena kendaraan sudah memenuhi kapasitas maka Distributor 1, Distributor 2, Ditetapkan pada rute B. Hasil iterasi dapat dilihat pada tabel 4.9 lampiran J.

penghematan tertinggi selanjutnya yang terdapat pada tabel 4.6 diatas yaitu 43.56 ( D2-D3 ), 41.66 ( D2-D5 ), 33.81 ( D2-D4 ), tetapi sudah teralokasi semua pada rute B maka tidak perlu dilakukan iterasi lagi.

Iterasi 3 :

Jarak tertinggi selanjutnya setelah 33.81 ( D2-D4 ), pada tabel 4.6 yaitu 29.6 (D5-D6) dan 27.22 ( D2-D6 ), tetapi karena distributor 5 dan distributor 2 sudah masuk rute A dan rute B bila ditambahkan ke dalam rute C, maka akan melebihi kapasitas truk, dan dinyatakan tidak layak. Maka di cari nilai jarak tertinggi selanjutnya yaitu 17.98 =( D6-D7 ) dengan mengkombinasikan rute untuk Distributor 6 dan Distributor 7 dalam satu rute, yaitu rute C, Selanjutnya dilakukan pengecekan apakah pengkombinasian tersebut layak dilakukan atau tidak, layak dilakukan jika total rata - rata permintaaan kurang dari kapasitas.

kapasitas untuk rute C = Rata - rata permintaaan Distributor 6 + Rata - rata permintaaan Distributor 7.

= 330 kuintal + 276 kuintal = 606 kuintal

kapasitas rute C = 606 Kuintal berarti layak dilakukan, karena kendaraan sudah memenuhi kapasitas maka Distributor 6, Distributor 7 Ditetapkan pada rute C.

(Hasil iterasi dapat dilihat pada table 4.10 lampiran J).

penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 14.52 ( D1-D5), 6.6 ( D5-D7 ), 4.29 ( D3-D7 ), 4.13 ( D1-D6 ), 1.16 ( D1-D7 ), 0.87 ( D3-D6 ), 0 ( D2-D7 ), tetapi sudah teralokasi semua pada rute A, B, C. maka di cari penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 2.86 (D4-D7) dan 0.94 ( D4-D6 ), tetapi karena distributor 7 dan distributor 6 sudah masuk rute C, sehingga D4 bila ditambahkan ke dalam rute C, maka akan melebihi kapasitas truk, dan dinyatakan tidak layak. Sehingga D4 dialokasikan pada rute baru yaitu rute D kemudian dihitung kapasitas pada rute D dengan membandingkan rata-rata permintaan D4 pada kapasitas rute D:

Kapasitas untuk rute D = rata-rata permintaan D4

Kapasitas rute D = 654 kuintal berarti layak dilakukan, karena kendaraan sudah memenuhi kapasitas maka Distributor 4 Ditetapkan pada rute D.

4.3. Rute Distribusi Gula Berdasarkan Jarak Terpendek

Dari iterasi di atas kemudian diperoleh empat (4) rute yaitu : rute A : {D3-D5}, rute B : { D1-D2}, rute C : { D6-D7}, rute D : { D4}, dengan prosedur nearest insert dapat diperoleh jarak distributor yang terdekat dari pabrik dari setiap rute.

I. P – D3– P

= 55,44 + 55,44 4 = 110,88 km

II. P – D5– P

= 103.79 + 103.79 = 207.58 km

Dari jarak kedua distributor tersebut yang dipilih jarak terdekat dari pabrik adalah I ( P–D3 –P ) karena distributor 3 tersebut memberikan jarak tempuh yang terpendek yaitu 110.88 km. Maka rute pengiriman distribusi gula dapat dimulai dari ( P–D3– D5–P ). b. Untuk Rute B { D1-D2 } I. P – D1– P = 38.94 + 38.94 = 77.88 km II. P – D2– P = 30.36 + 30.36 = 60.72 km

Dari jarak kedua distributor tersebut yang dipilih jarak terdekat dari pabrik adalah II ( P–D2 –P ) karena distributor 2 tersebut memberikan jarak tempuh yang terpendek yaitu 60.72 km. Maka rute pengiriman distribusi gula dapat dimulai dari ( P – D2 – D1 – P ). c. Untuk Rute C { D6,D7} I. P – D6– P = 29.37 + 29.37 = 58.74 km II. P – D7– P = 15.18 + 15.18 = 30.36 km

Dari jarak kedua distributor tersebut yang dipilih jarak terdekat dari pabrik adalah II ( P–D7 –P ) karena distributor 7 tersebut memberikan jarak tempuh yang terpendek yaitu 30.36 km. Maka rute pengiriman distribusi gula dapat dimulai dari ( P – D7 – D6 – P ).

Untuk Rute D { D4}

I. P – D4 –P

= 106.54 + 106.54 = 213.08 km

Dari jarak distributor tersebut didapat jarak pengiriman distribusi gula yaitu ( P – D4 – P ). memberikan jarak tempuh yang terpendek yaitu 213.08 km.

Dari perhitungan jarak, maka di dapat dilihat rute baru distribusi gula dengan jarak terpendek.

Tabel 4.7 Rute Baru berdasarkan permintaan Setelah Dilakukan Saving Matrix

No Rute Susulan Pengiriman

Truk ke Gudang Tenaga Kerja (Org) Jumlah Truk (Unit) Jarak Tempuh (Km) A P - D 3- D5- P 2 1 209.56 B P - D 2 – D 1- P 2 1 85.47 C P - D 7- D6 – P 2 1 71.12 D P –D4 – P 2 1 213.08

Dari tabel di atas dapat di ketahui jarak yang terjauh adalah untuk rute D Yaitu 213.08 Km dan dapat diketahui permintaan masing – masing distributor berdasarkan kapasitas armada, Yaitu :

• Untuk Rute A dipilih alternatif yaitu (P–D3–D5–P), memberikan jarak tempuh yaitu 209.56 km dengan kapasitas yang diangkut sebesar 640 kuintal.

• Untuk Rute B dipilih yaitu (P–D2–D1–P) memberikan jarak tempuh yaitu 85.47 km ,dengan kapasitas yang diangkut sebesar 704 Kuintal.

• Untuk Rute C yaitu (P–D7–D6–P ) memberikan jarak tempuh yaitu 71.12 km,

dengan kapasitas yang diangkut sebesar 606 Kuintal.

• Untuk Rute D yaitu (P–D4–P) memberikan jarak tempuh yaitu 213.08 km,

dengan kapasitas yang diangkut sebesar 654 Kuintal.

4.4. Biaya Transportasi Berdasarkan Rute Baru

Sesudah penerapan metode Savings Matrix, maka didapatkan biaya transportasi rute baru yaitu:

Pada rute A jarak Pabrik ke Distributor 3 kota Lamongan ke distributor 5 ( P - D3 - D5 - P ), maka dapat di hitung jarak pada rute A dengan rumus Yaitu :

- Rute A = P – D3 – D5– P

= 55.44 + 50.33 + 103.79= 209.56 km

Setelah di ketahui jarak pada rute A dapat di ketahui biaya bahan bakar pendistribusian gula pada rute A ( P - D3 - D5 - P ) untuk 1 periode dengan 12 kali pengiriman setiap minggu.

- Total biaya bahan bakar : Rumus :

Biaya bahan bakar : jarak x kapasitas bensin x biaya bensin / Liter - Biaya bahan bakar rute A = 209.56 km x 1 liter/ 4 km x Rp 4.500,-

Untuk biaya bahan bakar 1 periode = biaya bahan bakar per minggu x 12 minggu = Rp 235.755,- x 12 minggu

= Rp 2.829.060,- per periode

- biaya Tenaga kerja :

alat angkut = TRUCK GANDENG Upah Supir untuk satu rute = jumlah supir x upah supir

= 1 orang x Rp 200.000,- = Rp 200.000,- setiap kali pengiriman Untuk upah supir satu periode = Upah per minggu x 12 minggu

= Rp 200.000,- x 12 minggu = Rp 2.400.000,- per periode Upah kernet untuk satu rute = jumlah kernet x upah kernet

Dokumen terkait