4. Proses Kewirausahaan pada Zig Zag Juice
4.3. Langkah Penetapan Pasar
Dalam langkah penetapan pasar dipaparkan tentang rencana
32 Pengembangan rencana bisnis
Sebagai usaha yang baru dimulai, usaha Zig Zag masih sering
mengalami kesulitan dalam mengembangkan rencana bisnisnya. Hal
tersebut terjadi karena rencana bisnis tidak disusun secara terperinci dan
tertulis hanya ada dipikiran saja. Namun, setelah pengusaha mulai mengerti
beliau menyusun rencana-rencana bisnis antara lain seperti aspek
pemasaran, produksi, keuangan dan organisasi.
1. Aspek Keuangan
Dalam pengembangan rencana bisnis ke depan, usaha Zig Zag
telah mulai menyusun laporan keuangan. Meskipun laporannya masih
sederhana, pemilik dapat melihat data – data keuangan Zig Zag yang nantinya berguna bagi pengembangan rencana bisnis baru seperti
pembuatan susu kedelai, nasi bakar dan rujak.
Selain itu, pemilik menyisihkan dari keuntungan dari usaha awal
hingga tahap ini berlangsung untuk ditabung dan digunakan sebagai
modal pengembangan rencana bisnis, seperti untuk membeli alat
produksi dan lain-lain.
2. Aspek produksi
a. Desain Produk
Produk didesain dengan logo Zig Zag, nama Zig Zag diberikan
oleh pemilik karena untuk memulai usaha ini, pemilik harus melewati
33
dan mencoba berbagai pekerjaan seperti menjadi penjual susu, penjual
nasi kucing dan sales obat herbal.
“Nama Zig Zag saya pilih karena saya telah lama berpetualang
dan lika-liku yang dialami dari pekerjaan saya yang dulu sebagai penjual susu segar, nasi kucing, penjual obat herbal sampai sekarang,” jelas Bapak Wahono. Dari situlah muncul ide untuk menamakan usahanya menjadi Zig Zag.
b. Penyediaan Bahan Baku
Bapak Wahono mendapatkan bahan baku untuk proses produksi
dari penyalur buah-buahan di pasar buah, pedagang gula, pedagang
plastik di Salatiga.
“Dulu bahan baku buah saya ambil langsung dari satu penyalur
yang secara rutin mengirim buah dalam jumlah banyak yaitu sampai sekitar 200 kg, tetapi karena terlalu banyak buah yang masih menumpuk dan akhirnya busuk, jadi saya putuskan untuk membeli buah
di pasar saja tiap harinya agar tidak rugi,” Tegas Bapak Wahono.
c. Alat produksi dan Proses produksi
Saat memulai usaha ini, bapak Wahono hanya menggunakan
alat-alat yang menunjang proses produksi yang masih sederhana dan
sebagian alat seperti blander adalah hasil pemberian dari kerabat Bapak
34
Wahono telah semakin canggih yaitu adanya penambahan alat produksi
yang menunjang kegiatan usahnya.
“ Untuk awal-awalnya kita bisa produksi hanya sekitar 30,40 dan
sampai 50 bungkus saat kita tangani sendiri.” Jelas Bapak Wahono
tentang produksi awal yang dihasilkan oleh usaha Zig Zag sebelum
memiliki karyawan tetap.
Namun, saat ini produksi telah meningkat menurut Bapak Wahono,
usaha Zig Zag telah mampu memproduksi sebanyak 400 bungkus per
hari. Proses produksi di usaha Zig Zag hanya dilakukan oleh pemilik
dan karyawan produksinya saja. Hal ini, untuk menghindari adanya
orang-orang yang dapat meniru produknya. Proses produksi yang
dilakukan antara lain seperti pengupasan dan pencucian buah,
pembuatan jus, penyaringan jus, dan pengemasan jus (dilampirkan).
3.Aspek Pemasaran
Sistem pemasaran yang dilakukan dalam usaha Zig Zag yaitu
sistem pemasaran secara langsung kepada konsumen dan sifatnya lebih
sederhana. Berbeda dengan usaha lain, Bapak Wahono sebagai pemilik
lebih memusatkan pemasaran sebagai intinya dalam usahanya, seperti
yang dikemukakan beliau, “Saya menginginkan usaha saya
berkembang dengan cepat, apalagi kalau dapat memasarkan produknya secara luas.”
35
Usaha Zig Zag melakukan segmentasi dalam pemasaran produknya
yaitu dari kalangan anak sampai dengan dewasa yang menyukai
minuman jus yang sehat. Selain itu, usaha Zig Zag menargetkan
pasarnya pada setiap tempat yang berkompetensi dijadikan sebagai
tempat pemasaran, meliputi institusi swasta dan negeri (orang-orang
yang bekerja didalamnya), sekolah (setiap civitas yang ada di sekolah),
pasar tradisional, kost, dan tempat olahraga.
Sejak pendirian usaha pertama kali, produk utama yang dipilih
oleh pemilik usaha yaitu Bapak Wahono adalah usaha jus buah yang
sehat. Pada saat itu, hanya beberapa buah saja yang digunakan sebagai
bahan baku pembuatan jus, seperti buah jambu, mangga, melon dan
alpukat. Akan tetapi, semakin lama usaha berkembang, banyak
konsumen yang menginginkan variant jus rasa baru seperti buah sirsak,
belimbing, naga, strawberry, dan lain-lain. Dari keinginan konsumen
tersebut, Bapak Wahono akhirnya mengikuti apa yang diinginkan
konsumennya.
Selain produk utama jus buah terdapat produk deversifikasi lain
seperti nasi bakar, susu kedelai, keripik jagung dan rujak. Produk ini
telah dikembangkan oleh Zig Zag pada tahun ke dua dan ketiga setelah
pendirian awalnya. “Saya menciptakan produk lain dengan tujuan
untuk menambah pendapatan. Dan nantinya pendapatan itu bisa
digunakan untuk kebutuhan hidup pemilik dan karyawan,” lugas Bapak
36
Bapak Wahono sengaja menetapkan harga produk jusnya lebih
tinggi dari pesaingnya. Hal ini dikarenakan bahan baku yang digunakan
bukan seperti yang digunakan pada pesaing lain.
“Saya berani menetapkan harga Rp. 2.500 dan Rp. 3.000 pada produk
utama jus buah karena kalau kata orang ada harga ada kualitas. Produk yang saya jual tidak biasa saja, Zig Zag menggunakan air mineral RO pilihan dan buah segar yang membedakan dengan
pesaing lainnya.” Tegas Bapak Wahono.
Selain itu, beliau juga mengemukakan bahwa kesulitan dan harga
bahan baku juga mempengaruhi harga jus. “Kalau penetapan harga jus,
saya lihat dari bahan bakunya kalau bahan bakunya murah dan mudah dicari saya jual dengan harga Rp. 2500 sedangkan kalau seperti buah naga atau bit yang sulit dicari dan harga mahal saya juga menjualnya
dengan harga Rp.3.000”, jelas Bapak Wahono.
Usaha Zig Zag memiliki beberapa daerah pemasaran baik di
kawasan Salatiga meliputi area pasar raya, sekolah, instansi swasta dan
negeri. Selain itu, kawasan lainnya yaitu di daerah Tengaran dan
Ambarawa. Namun saat ini, menurut Bapak Wahono pemasaran di
kawasan Ambarawa tidak bisa dilanjutkan karena terlalu jauh dan
pendapatan yang dihasilkan juga terlalu sedikit. Dengan pemasaran
secara getok tular juga membuat usaha Zig Zag dapat mulai
mengembangkan sayapnya dan dapat mulai sedikit demi sedikit dikenal
37
Keterangan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Produksi : 1. Desain produk 2. Tempat kemasan 3.Jumlah buah yang digunakan sebagai bahan baku 4.Defersivikasi produk 5.Peningkatan Jumlah produksi 6.Pendapatan Tidak ada desain hanya ditempelkan sticker bertuliskan Zig Zag Juice. Hanya plastik biasa Delapan macam buah Belum ada 30 sampai 50 bungkus Rp.50.000,-/hari
Sudah ada desain sablon berlogo Zig Zag juice tapi masih sering menggunakan yang hanya menggunakan sticker. Masih menggunakan plastik ukuran 240 ml Sembilan macam buah
Produk Nasi bakar
400 bungkus
Rp.800.000-Rp.1.000.000/ hari
Sudah tetap
menggunakan desain sablon berlogo Zig Zag juice ditambahkan dengan ijin PIRT.
Menggunakan plastik ukuran 240 ml tetapi jika ada pesanan bisa menggunakan cup.
Sebelas macam buah
Produk nasi bakar, keripik jagung, susu kedelai , es lilin dan rujak.
400 sampai 600 bungkus
Rp. 500.000-Rp.700.000/ hari
Gambar 4.1 Tabel Data Perkembangan Usaha Zig Zag dari Tahun 2010 hingga 2012
38 4.4.Profit
Selama tiga tahun usaha Zig Zag berjalan, usaha mengalami beberapa
kali kenaikan dan penurunan profit. Hal ini, disebabkan pada tahun 2010,
saat awal usaha Zig Zag berdiri, Bapak Wahono sebagai pemilik belum
secara menyeluruh memperkenalkan produk Zig Zag ke masyarakat umum
karena keterbatasan sumber daya dan alat produksi sehingga produk tidak
begitu dikenal dan profit yang didapati hanya sedikit hanya sekitar
Rp.50.000 tiap hari.
Pada tahun 2011, produk Zig Zag telah mulai dikenal masyarakat.
Pemasaran produk yang telah berkembang membuat omset pendapatan yang
didapat Bapak Wahono untuk tiap harinya meningkat menjadi Rp.800.000
sampai dengan Rp. 1.000.000. Hasil keuntungan yang didapat ditabung oleh
beliau untuk membeli alat-alat yang menunjang proses produksi dalam
usaha Zig Zag antara lain seperti blender, mesin cup sealer dan alat-alat
penunjang lain.
Namun, di pertengahan tahun 2012 ini, profit yang didapat
menurun. Di tahun 2012 ini, usaha Zig Zag hanya dapat memperoleh
pendapatan sekitar sebesar Rp.500.000 sampai Rp. 700.000 dibandingkan
tahun 2011. Penurunan profit tersebut, diakibatkan oleh pengurangan
sumber daya manusia yang tujuannya untuk mengefisienkan biaya akan
tetapi pengurangan karyawan membuat pemasaran produk pun juga
39
pesaing baru yang mulai bermunculan dengan menawarkan harga yang lebih
murah dan alasan ketiga adalah antara bulan juni hingga bulan juli ini
merupakan bulan- bulan liburan. Banyaknya target pasar yang merupakan
siswa di sekolah atau di kampus yang sedang liburan sehingga pendapatan
menjadi berkurang.
Menurut Bapak Wahono, keuntungan atau profit hasil usaha Zig Zag
belum memenuhi target yang beliau inginkan. Akan tetapi beliau
menuturkan,” Walaupun pendapatan yang didapat tahun ini beda dengan tahun lalu yang terpenting saya masih bisa untuk menggaji karyawan dan
untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan keluarga”.
Sebagai pemilik usaha Zig Zag, Bapak Wahono mengimpikan
mendapatkan keuntungan yang memuaskan sehingga beliau mampu
merealisasikan idenya yaitu membuat suatu warung atau rumah makan kecil
yang menjual khusus produk-produk Zig Zag seperti jus buah dan nasi
40
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam usaha Zig Zag, penulis
menyimpulkan bahwa dalam gambaran umum dari proses kewirausahaan
melalui dua tahapan seperti faktor pemicu kewirausahaan dan proses
kewirausahaan.
Faktor pemicu kewirausahaan yang terdapat dalam jiwa Bapak Wahono
sebagai pengusaha Zig Zag sangat dipengaruhi oleh pribadi (person) seperti
kegigihan dan ketekunan, berani mengambil resiko, memiliki pengalaman
kerja, memiliki visi, tidak mudah putus asa, tidak rendah diri, memiliki rasa
ingin tahu dan memiliki jiwa kepemimpinan; faktor Sosiologi yang meliputi
keluarga dan orangtua yang mengajarkan disiplin, sopan dalam melayani
dan kerja keras. Selain itu, dari sang isteri beliau belajar dari
motivasi-motivasi yang diberikan oleh sang isteri yang menjadikan Bapak Wahono
menjadi orang yang pantang menyerah. Selain keluarga dan orang tua faktor
sosiologi lain yang mempengaruhi adalah jaringan dan kelompok yaitu
paguyuban UKM (usaha kecil menengah) yang diikuti oleh Bapak Wahono
dan rekan kerja saat bekerja di perusahaan Herbal. Jaringan dan kelompok
tersebut membentuk Bapak Wahono menjadi orang yang pandai untuk
berkomunikasi dan membangun hubungan dengan orang lain serta tidak
malu untuk bertindak. Dan faktor yang terakhir adalah lingkungan yang
41
memiliki ide-ide yang kreatif yang dapat mempengaruhi proses
kewirausahaan.
Sedangkan dalam proses kewirausahaan usaha Zig Zag terdiri dari
empat langkah yaitu:
1. Langkah Menentukan dan Mengidentifikasi Ide Usaha yaitu dimana
penentuan ide usaha dari Zig Zag tidak hanya dilakukan secara
pribadi oleh Bapak Wahono sebagai wirausahawan namun dibantu
pula oleh salah seorang teman beliau. Selain itu, dalam
mengidentifikasi suatu peluang usaha dengan cara melihat bahwa
target pasar membutuhkan sesuatu yang sehat namun praktis dan
murah.Oleh karena itu, beliau berani untuk merelaisasikan ide usaha
jus menjadikenyataan.
2. Langkah Mencari Modal atau Sumber Daya yaitu, dalam tahap ini
sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya modal dan sumber
daya manusia. Wirausahawan mendapatkan sumber daya modal dari
seorang keluarganya yang memberikan modal untuk menjalankan
usaha dan tabungan dari pemilik usaha. Sedangkan sumber daya
manusia yaitu karyawan. Karyawan dipilih secara selektif oleh
Bapak Wahono dan kebanyakan dari mereka adalah masih tergolong
kerabat dekat beliau dan juga orang-orang disekitar lingkungan
usaha Pada tahun 2012 ini, bapak Wahono telah memiliki 9 orang
karyawan. Beliau tidak menambah karyawan dengan maksud
42
3. Langkah Penentuan Pasar, dalam tahap ini disimpulkan bahwa
penentuan pasar yang meliputi objek usaha yang akan dijual yaitu
produk Zig Zag seperti jus, nasi bakar, rujak, susu kedelai,dll; proses
perencanaan bisnis yang termasuk didalamnya adalah pemasaran
produk Zig Zag.
4. Langkah Mendapatkan Profit, dalam tahap ini usaha Zig Zag
mengalami kenaikan dan penurunan keuntungan yaitu saat awal
berdirinya hanya mendapatkan Rp.50.000 tiap harinya, dan di tahun
2011 mengalami kenaikan yang drastis sekitar Rp.800.000 sampai
Rp. 1.000.000 per hari dan hingga pertengahan tahun 2012 ini
mengalami penurunan pendapatan menjadi sebesar Rp.500.000
sampai Rp.700.000 tiap hari. Hal tersebut, diakibatkan musim
liburan dan banyaknya pesaing baru yang menjual produk sama
dengan harga yang lebih murah.