• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah 1 : Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 25-34)

Bagan 2.2 Skema penatalaksanaan diare Sumber : Depkes RI, 2008

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Langkah 1 : Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan kondisi pasien (Varney, 2007).

Untuk memperoleh data dasar secara lengkap pada kasus campak dapat diperoleh melalui:

a. Data subjektif 1) Biodata

Penyakit campak meyerang golongan umur 5-9 tahun, tetapi di negara berkembang seperti Indonesia insiden tertinggi pada umur di bawah 2 tahun (Rampengan, 2008).

Penderita campak sebagian besar bayi yang mendekati usia 1 tahun (Nelson, 2014).

Sebagian besar diare terjadi pada umur kurang dari 2 tahun karena pada masa ini anak mulai diberikan makanan pendamping (Nursalam, 2005).

2) Keluhan utama

Keluhan utama berupa ruam pada kulit yang diawali demam tinggi. Keluhan lainnya yaitu batuk, pilek, tidak nafsu makan, kadang

disertai dengan kejang, muntah atau diare (Widagdo, 2011).

Buang air besar (BAB) pada balita dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam sehari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir darah (Suraatmaja, 2007).

3) Data kesehatan meliputi : a) Riwayat imunisasi

Riwayat imunisasi untuk mengetahui imunisasi apa saja yang telah didapat oleh anak hingga sekarang. Salah satunya untuk mengetahui apakah anak telah mendapatkan imunisasi campak (Maryunani, 2010).

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita campak melalui plasenta (transplasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setalah itu kekebalan mulai berkurang sehingga bayi menjadi rentan terhadap campak saat mendektai usia 1 tahun (Rampengan, 2008; Nelson, 2014). b) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang meyerupai influensa berupa batuk-batuk demam yang tinggi lebih dari 38,50 C, malaise, fotofobia, konjungtivitis, nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening leher (Ridha, 2014).

Riwayat penyakit sekarang yaitu defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja (Suraatmaja, 2007).

c) Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat penyakit terdahulu, yang perlu diperhatikan pemberian vaksin campak pada bayi umur lebih dari 1 tahun apabila belum atau tidak diberikan vaksin campak kemungkinan besar mudah tertular virus campak (Maryunani, 2010).

d) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui apabila ibu belum pernah menderita campak, bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap campak dan dapat menderita penyakit ini setelah bayi tersebut dilahirkan (Rampengan, 2008). 4) Data psikososial

Terfokus pada diri sendiri disebabkan oleh penyakit campak yang dideritanya, sehingga terjadi penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan (Ridha, 2014).

5) Data kesehatan lingkungan

Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah rawan terhadap penularan penyakit Campak. (Nelson, 2014).

Insiden tertinggi penderita campak di negara berkembang seperti Indonesia (Rampengan, 2008).

6) Data pemenuhan kebutuhan sehari-hari meliputi : a) Nutrisi

Pada penderita campak merasakan tidak ada nafsu makan dan malnutrisi (Widagdo, 2011).

b) Personal hygiene

Perawatan personal hygiene yang baik perlu diperhatikan terutama hygiene kulit, mulut dan mata. Meliputi mandi, gosok gigi, keramas, penggunaan handuk dan ganti baju (Ridha, 2014). c) Eliminasi

Pada pasien yang mengalami diare frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan konsistensi tinja menjadi lebih encer (Suraatmaja, 2007).

b. Data objektif

Data objektif adalah data yang dapat di observasi dan diukur, diperoleh melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus. Data objektif meliputi pemeriksaan secara umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tingkat perkembangan dan pemeriksaan penunjang.

1) Pemeriksaan secara umum, meliputi : a) Keadaan umum

Keadaan umum pasien campak adalah sedang, sedangkan untuk pasien campak dengan tanda-tanda syok biasanya gelisah,

merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/tampak lemah (Ridha, 2014).

Dalam kasus bayi balita sakit dengan diare keadaan umumnya cenderung lemah, lesu, dan lunglai (Maryunani, 2010).

b) Kesadaran

Kesadaran untuk pasien campak adalah composmentis, sedangkan jika keadaan semakin parah menjadi apatis, sopor, atau koma. Dalam kasus balita dengan diare kesadarannya composmentis (Suraatmaja, 2007

c) Vital sign

Pada campak terdapat keadaan suhu yang meningkat (Maryunani, 2010).

2) Pemeriksaan fisik a) Kepala

Ruam makular mulai timbul di kepala (seringkali di bagian bawah garis rambut) pada penderita campak (Nelson, 2014).

Anak usia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubun besar (UUB) biasanya cekung (Nursalam, 2005).

b) Muka

Pada awalnya ruam terlihat di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Ditandai adanya ruam jerawat merah yang mulai muncul pada muka selama 4 hingga 7 hari (Maryunani, 2010).

Rash timbul dari belakang telinga kemudian menyebar ke daerah pipi kemudian seluruh wajah. Beberapa jam sebelum timbulnya rash sudah ditemukan adanya koplik spot berupa bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum/pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu (Rampengan, 2008).

c) Mata

Pada konjungtiva timbul garis radang transversal sepanjang pinggir kelopak mata (garis Stimson) dan sering dikaburkan dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas disertai adanya edema palpebral (Nelson, 2014; Rampengan, 2008).

Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang, kelopak matanya cekung. Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung (Nursalam, 2005).

d) Telinga

Rash mulai sebagai eritema makulopapuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut. Beberapa jam sebelum timbulnya rash sudah ditemukan adanya koplik spot berupa bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum/pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu (Rampengan, 2008).

e) Mulut

Bercak koplik berupa bintik putih keabuan kadang berdarah jarang dijumpai di bagian tengah bibir bawah, palatum atau karunkula lakrimalis (Widagdo, 2011).

- Tanpa dehidrasi : mulut dan lidah basah - Dehidrasi ringan/sedang : mulut dan lidah kering - Dehidrasi berat : mulut dan lidah sangat kering f) Hidung

Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi berupa panas badan, hidung mengeluarkan sekret (Maryunani, 2010).

Black measles yaitu campak yang disertai perdarahan juga terdapat di hidung dan traktus digestivus (Hassan dkk, 2007). g) Leher

Ruam berawal dari makula halus terletak di leher bagian samping atas. Terjadi pembesaran pada kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang serta terdapat splenomegaly atau pembesaran limfa (Widagdo, 2011; Hassan, 2007; Ridha, 2014). h) Dada

Rash timbul dari belakang telinga kemudian menyebar ke dada. Beberapa jam sebelum timbulnya rash sudah ditemukan adanya koplik spot berupa bercak-bercak kecil yang irregular sebesar

ujung jarum/pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu (Rampengan, 2008).

i) Perut

Makula cepat berubah menjadi makulopapel dan menyebar ke seluruh tubuh dalam 24 jam berikutnya ruam mencapai perut. Tidak jarang disertai diare dan muntah (Hassan, 2007; Widagdo, 2011).

Kemungkinan mengalami distensi, kram, dan bising usus yang meningkat (Nursalam, 2005).

j) Ekstremitas

Makula cepat berubah menjadi makulopapel dan menyebar ke seluruh tubuh dalam 24 jam berikutnya ruam mencapai lengan atas, seluruh lengan dan paha (Widagdo, 2011).

Rash mulai sebagai eritema makulopapuler menyebar ke seluruh tubuh hingga mencapai kaki pada hari ketiga, setelah sampai kaki rash yang timbul duluan mulai berangsur-angsur menghilang (Rampengan, 2008).

k) Kulit

Adanya koplik spot berupa bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum/pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu menyebar di kulit seluruh tubuh mulai dari kepala hingga kaki (Rampengan, 2008).

Kulit terkadang timbul perdarahan ringan dan rasa gatal. Pada stadium konvalensi meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua di kulit (hiperpigmentasi) dan sering ditemukan pada kulit yang bersisik (Hassan dkk, 2007).

Menurut Nursalam (2005) untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan kedua kuku).

- Tanpa dehidrasi : turgor kembali dengan cepat (<2 detik) - Dehidrasi ringan/sedang : turgor kembali dengan lambat

(dalam waktu 2 detik)

- Dehidrasi berat : turgor kembali sangat lambat (>2 detik). l) Anus

Pada penderita diare karena terlalu sering defekasi, kulit pada anus bisa mengalami iritasi (Nursalam, 2005).

3) Pemeriksaan penunjang a) Laboratorium

Uji serologi dengan cara hemaglutinin inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibodi yang spesifik, leukopeni pada pemeriksaan darah tepi, dan uji serologi dengan ELISA IgM positif (Rampengan, 2008).

Pemeriksaan laboratorium diperlukan pemeriksaan antara lain: darah lengkap, urine lengkap, feces lengkap (Ridha, 2014).

Pemeriksaan laboratorium rutin tidak spesifik terhadap campak dan tidak membantu dalam menegakkan diagnosis. Leukopenia menjadi salah satu tanda campak. Pada pasien dengan ensefalitis akut, pada pemeriksaan cairan serebrospinal ditemukan peningkatan protein, limfositik pleositosis dan kadar glukosa yang normal. Pemeriksaan serologis untuk antibodi IgM, timbul dalam waktu 1-2 hari setelah ruam dan bertahan selama 1-2 bulan, memperkuat diagnosis klinis (Nelson, 2014).

b) Pemeriksaan Lain

Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pada kasus diare meliputi darah dan tinja. Pemeriksaan darah yang diperlukan yaitu darah lengkap, serum elektrolit, analisis gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekatan terhadap antibiotika. Sedangkan pemeriksaan tinja terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik (Suraatmaja, 2007).

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 25-34)

Dokumen terkait