• Tidak ada hasil yang ditemukan

“LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN X”

Format LAKIP

“LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN X”

Tahun Anggaran 2007

2. Mengumpulkan Data dan Fakta

Data dan fakta yang akan digunakan dalam penyusunan laporan, misalnya: surat keputusan (landasan yuridis), skema atau struktur organisasi, data kepegawaian, data keuangan, data saranan dan prasarana maupun peralatan, rencana/program kerja, rumusan tugas/uraian tugas, buku-buku pedoman (manual), dan sebagainya.

Data yang dapat dikumpulkan dapat berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh langsung dari sumber data bermanfaat untuk mengetahui kondisi instansi berdasarkan persepsi dan kondisi yang nyata.

Data sekunder dapat dikumpulkan melalui aktifitas sebagai berikut:

a. Wawancara dengan pihak yang kompeten; b. Diskusi dengan berbagai ahli dan praktisi;

c. Penyebaran kuesioner, baik kuesioner bentuk terbuka maupun bentuk tertutup;

d. Melakukan observasi langsung pada obyek data yang akan dikumpulkan tersebut.

Data yang sudah diolah, dimanfaatkan, bahkan mungkin dipublikasikan dan dalam hal-hal tertentu dapat dijadikan sebagai data sekunder. Data sekunder merupakan data yang siap dimanfaatkan untuk diolah sesuai kebutuhan penggunaannya. Data sekunder diperlukan untuk menunjang, melengkapi, dan menyempurnakan baik data primer maupun kepustakaan. Data sekunder dikumpulkan dengan cara mempelajari berbagai literatur serta jurnal dan berbagai terbitan yang dapat memperkaya khasanah pelaporan. 3. Mengolah Data

Data yang telah terkumpul agar dapat digunakan dengan baik, benar dan sistematis, harus diklasifikasikan dengan tepat , antara lain: menentukan data mana yang perlu dimasukkan untuk dianalisis dan data mana pula yang dapat

ditingkatkan atau tidak perlu dimasukkan, serta data mana yang cukup disertakan sebagai lampiran. Klasifikasi data ini juga akan dapat menuntun kita dalam memprioritaskan data mana yang harus ditonjolkan. Selain itu, klasifikasi data tersebut juga akan mempermudah koreksi antara data yang satu dengan data lainnya, dan selanjutnya akan mempermudah dalam analisisnya.

Setelah data diklasifikasikan, langkah selanjutnya adalah mengikhtisarkan data tersebut. Proses mengikhtisarkan dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai perkembangan kinerja instansi. Data yang tersebar dan dalam jumlah yang besar perlu dikelompokkan dan diikhtisarkan untukmenghasilkan pemahaman mengenai kondisi kinerja organisasi.

Data yang telah dikumpulkan, dikelompokkan dalam cluster-cluster, dan diikhtisarkan masih belum dapat menceritakan tentang dirinya sendiri (self explanantion). Agar data tersebut menjadi bermanfaat bagi pembaca laporan akuntabilitas, maka perlu dilakukan interpretasi dengan mempertimbangkan berbagai hal yang terkait. Interpretasi data ini merupakan sarana bagi instansi pemerintah untuk melakukan evaluasi dan analisis kinerja.

4. Menyajikan Data

Data-data yang akan disajikan dalam LAKIP meliputi dua hal, yaitu data akuntabilitas kinerja dan data akuntabilitas keuangan. Penyajian data-data dalam berbagai bentuk,

seperti penggunaan tabel, grafik dan gambar sangat bermanfaat dan dapat membantu mempercepat pemahaman pembaca. Akan tetapi tabel, grafik dan gambar perlu disertai dengan narasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menyajikan data dalam bentuk seperti ini adalah:

a. Jelaskan nilai yang tertera dan apa artinya bagi instansi; b. Hubungkan dengan kinerja historis;

c. Hubungkan dengan tujuan;

d. Jelaskan peningkatan dan penurunan kinerja yang signifikan;

e. Grafik agar dibuat sebesar mungkin dan hindarkan footnotes, axis titles, atau legends;

f. Hindarkan membuat serial yang terlalu banyak dari suatu grafik;

g. Kelompokkan data-data (bar) yangmenurut penyaji merupakan suatu kesatuan;

h. Hindarkan grafik tiga dimensi grafik dan tambahan shadow atau yang sejenis dengan itu karena hal ini tidak menambahkan arti apa-apa, yang mungkin justru akan membuat pusing pembaca;

i. Penggunaan warna yang baik juga akan mempermudah pembacaan laporan yang disajikan.

Pada penyajian informasi keuangan hendaknya diungkapkan jumlah dan rincian sumber dana, serta jumlah dan rincian pengeluarannya. Lazimnya penyajian informasi keuangan instansi pemerintah dimulai dengan rincian sumber dana, baik yang berasal dari APBN maupun yang secara langsung

memang diperbolehkan peraturan perundangan yang berlaku. Penerimaan dana ini dapat dirinci untuk setiap program dan/atau kegiatan. Jika rinciannya cukup banyak, dapat disajikan pada lampiran.

Penyajian informasi keuangan dari sisi pengeluaran atau penggunaan dana, dapat dimulai dengan pengeluaran setiap kegiatan/proyek sampai total penggunaan dana untuk suatu program. Penggunaan dana ini perlu dirinci hingga memungkinkan pengguna laporan menganalisisnya. Secara rinci realisasi dana untuk pencapaian suatu tujuan dapat digambarkan per kegiatan.

5. Menyusun Laporan

Langkah selanjutnya adalah menyusun LAKIP. Dengan berbagai informasi yang telah diperoleh dari proses sebelumnya, maka LAKIP dapat disusun dnegan format dan isi LAKIP sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya.

6. Menyampaikan LAKIP

LAKIP harus disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir dan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang melibatkan pihak yang berwenang membuat dan menerima LAKIP, serta pengguna LAKIP sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Latihan

Berdasarkan hasil latihan evaluasi kinerja pada bab sebelumnya, buatlah LAKIP secara sederhana dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari latihan evaluasi kinerja.

Rangkuman

LAKIP adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan AKIP yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga. LAKIP setidaknya berisi tentang kinerja instansi dan akuntabilitasnya yang menggambarkan mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi instansi pemerintah. LAKIP merupakan media akuntabilitas setiap instansi pemerintah, merupakan bentuk perwujudan kewajiban menjawab yang disampaikan kepada atasannya atau pemberi wewenang, yang akhirnya bermuara kepada Presiden untuk selanjutnya menjadi pertanggungjawaban kepada masyarakat.

BAB VIII

PENUTUP

A. Simpulan

AKIP dan Pengukuran kinerja merupakan satu bentuk upaya pemerintah untuk menciptakan instrumen sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja setiap instansi pemerintah.

Sistem AKIP mencakup perencanaan stratejik, perencanaan kinerja, pengukuran dan evaluasi kinerja dan pelaporan kinerja, yang menjadi satu kesatuan dalam lingkup akuntabilitas kinerja. Perencanaan stratejik adalah sebuah proses penyusunan rencana stratejik yang berorientasi pada hasil yang dicapai selama kurun waktu satu sampai 5 tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin terjadi. Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana stratejik. Pengukuran kinerja merupakan proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkandalam mewujudkan visi, misi dan strategi organisasi instansi pemerintah. Evaluasi merupakan proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang berbuna untuk meningkatkan produktivitas di masa mendatang. LAKIP adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan AKIP yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga.

Pada perkembangannya, PP No. 8 Tahun 2006, SAKIP akan dikembangkan lebih lanjut melalui Peraturan Presiden, yang pada saat buku ini disusun, peraturan presiden tersebut masih dalam proses penyelesaian.

B. Tindak Lanjut

Sebagai tindak lanjut pemahaman peserta terhadap AKIP dan Pengukuran kinerja, diharapkan peserta Diklat dapat berperan aktif untuk ikut menerapkan AKIP dan pengukuran kinerja di instansinya masing-masing.

Dokumen terkait