• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang dilakukan dengan cara auto anamnese dan allo anamnese pada Ny.J dengan post Sectio Caesarea atas indikasi ketuban pecah dini (KPD) . Dilaksanakan Asuhan keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi dari tanggal 22 April 2013 jam 14.00 WIB sampai 24 April 2013 jam 14.10 WIB. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi.

A. Identitas Klien

Identitas yang didapatkan penulis pada hari senin 22 April 2013, pukul 14.00 WIB, yaitu: inisial klien Ny. J, alamat Sekarjati Rt 03, Sekarjati, karanganyar, ngawi, umur 20 tahun, Jenis kelamin perempuan, pekerjaan petani, tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Diagnosa medis Ketuban Pecah Dini (KPD). Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 21 April 2013 jam 03.40 WIB. Penanggung jawab klien adalah Ny.M , umur 58 tahun, pekerjaan petani. Hubungan dengan klien adalah ibunya. Suaminya bekerja di luar Jawa.

9

B. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Klien

Keluhan utama klien saat dikaji mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, vertikal di bawah pusat, nyeri terasa setiap bergerak, skala nyeri 7.

Riwayat persalinan sekarang, Ibu dengan kehamilan pertama usia hamil 39 minggu, atas rujukan dari bidan dengan G1 (kehamilan pertama) diagnosa ketuban pecah dini (KPD) dan harus segera dilakukan operasi sectio caesarea. Pada tanggal 21 April 2013 pukul 20.00 WIB dilakukan operasi sectio caesarea, dengan tekanan darah 120/80 MmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit. Operasi selesai pukul 20.40 WIB. Klien dipindahkan ke ruang Cempaka, klien terpasang infus Ringe Laktat 20 tetes permenit, terpasang kateter jumlah urine ±300cc, perdarahan ±200cc selama ±7 jam, dengan tekanan darah 110/80 MmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali/menit.

Riwayat KB klien mengatakan sebelumnya pernah mengikuti program KB yaitu KB suntik 3 bulan lamanya 3 bulan. Riwayat kesehatan dahulu klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, asma maupun jantung. Riwayat kesehatan keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, dan

klien mengatakan tidak alergi obat. Klien mengatakan anak pertama dari dua bersaudara dan suami klien anak kedua dari tiga bersaudara, selama hamil klien mengatakan tinggal serumah dengan suami.

Gambar 2.1 Genogram Ny.J

Keterangan :

: Perempuan : Tinggal serumah : Laki-laki : Garis pernikahan : Pasien (Ny.J) : Garis keturunan : Perempuan meninggal : Laki-laki meninggal

11

2. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional

Pada pengkajian pola-pola fungsi kesehatan antara lain Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan selama hamil klien mengatakan kesehatan sangat penting dan memeriksakan kandungan teratur ke Dokter. Periksa hamil 1-2 kali/bulan. Setelah melahirkan klien mengatakan kesehatan sangat penting dan klien ingin cepat pulih setelah melahirkan.

Pola nutrisi dan metabolisme selama hamil klien mengatakan makan 3x sehari, 1 porsi habis, jenis nasi, sayur dan lauk, minum air putih 7-8 gelas perhari ± 1600cc. Setelah melahirkan klien mengatakan belum makan atau minum karena masih dipuasakan pasca operasi.

Pola eliminasi selama hamil klien mengatakan BAK sering ± 8 kali sehari, warna kuning, bau khas, BAB 1 kali sehari konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas. Setelah melahirkan klien mengatakan BAK melalui selang kateter, urine yang keluar selama 7 jam keluar 400cc dari jam 07.00-14.00 WIB, warna kuning jernih, bau khas, klien mengatakan setelah persalinan pasien belum bisa BAB.

Pola aktivitas dan latihan selama hamil klien mengatakan semua aktivitas seperti makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi secara mandiri (skor 0). Setelah melahirkan klien mengatakan aktivitas seperti makan atau minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi dibantu keluarga (skor 2), toiletting dibantu keluarga dan alat (skor 3).

Pola istirahat tidur selama hamil klien mengatakan dapat tidur selama 7-8 jam dari jam 21.00-05.00 WIB dengan nyenyak tanpa obat tidur, setelah melahirkan klien mengatakan dapat tidur selama 5-6 jam dimalam hari tidur siang bila mengantuk.

Pola kognitif dan persepsi sensori selama hamil klien mengatakan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa masih berfungsi dengan baik. Setelah melahirkan klien mengatakan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa masih berfungsi dengan baik. Klien mengatakan nyeri pada luka operasi seperti tertusuk-tusuk, di bawah pusat, skala 7 dan nyeri dirasakan saat bergerak, klien tampak meringis kesakitan.

Pola persepsi konsep diri harga diri klien mengatakan dihargai oleh tetangganya, suami, dan keluarganya. Ideal diri klien mengatakan ingin cepat pulih setelah melahirkan. Identitas diri klien merupakan seorang wanita, klien mengatakan masih dapat mengenal diri sendiri dan keluarga. Gambaran diri klien mengatakan dapat menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Peran diri klien mengatakan sebagai seorang istri dan ibu baru.

Pola hubungan peran selama hamil klien mengatakan hubungan dengan suami, keluarga dan tetangga baik, setelah melahirkan klien mengatakan hubungan dengan perawat, bidan baik. Tetangga, kerabat, dan teman banyak yang menjenguk.

13

Pola seksual reproduksi selama hamil klien mengatakan berhubungan baik dengan suaminya, setelah melahirkan klien berperan sebagai ibu dari anak pertamanya yang baru saja lahir melalui sectio

caesarea. Masalah ginekologi klien mengatakan tidak memiliki

masalah ginekologi seperti sifilis, kista dan lain-lain. Klien mengatakan menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun, siklus haid 28-30 hari, lama haid 5-7 hari, dalam sehari klien 3x ganti pembalut. Riwayat Keluarga Berencana (KB) klien mengatakan pernah mengikuti program KB yaitu KB suntik 3 bulan lamanya 3 bulan.

Pola mekanisme koping klien mengatakan menerima keadaannya menjadi seorang ibu, dan akan memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan akan merawatnya dengan penuh kasih sayang pada bayinya. Klien mengatakan senang dengan kelahiran anak pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 31 cm, panjang badan 47 cm, berat badan 2900 gram, Apgar score 8-10-10.

Pola nilai dan keyakinan klien mengatakan beragama Islam dan bersyukur karena telah melahirkan anak pertama dengan selamat. 3. Hasil pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan data: keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis (GCS=15), dengan tekanan darah 110/80 MmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali/menit, wajah tampak meringis kesakitan saat bergerak. Rambut

berwarna hitam panjang, kulit kepala bersih, tidak ada bekas luka. Mata simetris kanan dan kiri, reflek mata baik, penglihatan normal tidak menggunakan alat bentu pnglihatan, konjungtiva anemis. Hidung simetris, tidak ada polip, bersih, syaraf penciuman normal. Klien bisa membedakan bau makanan dan bau obat. Mulut simetris, tidak ada stomatitis, indra perasa baik klien dapat membedakan rasa manis, pahit dan asin. Telinga simetris kanan dan kiri, bersih tidak ada serumen, pendengaran normal. Gigi masih utuh, bersih, gusi berwarna kemerahan. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis tidak ada pembesaran.

Pada pemeriksaan jantung yaitu inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di SIC V, perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung I dan II murni. Pada pemeriksaan paru-paru dengan cara inspeksi bentuk dada simetris, palpasi pengembangan dada kanan–kiri sama, vocal premitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi suara nafas vesikuler disemua lapang paru. Pada pemeriksaan payudara, puting susu menonjol, areola berwarna hitam, payudara terasa kencang, ASI belum keluar.

Pada pemeriksaan abdomen yaitu inspeksi terdapat luka jahitan bekas operasi sepanjang ±13cm di bawah pusat, balutan tidak rembes, tertutup kassa, posisi luka vertikal; auskultasi: peristaltik usus 15 kali permenit; palpasi: ada nyeri tekan disekitar area pembedahan (dikuadran VIII: hypogastric); perkusi: tidak dilakukan karena ada

15

nyeri tekan disekitar luka post sectio caesarea. Perineum klien tidak ada bekas luka episiotomi. Kebersihan vagina kurang bersih, tidak ada oedema, lokhea rubra, bau amis, warna merah, 1 pampers tidak penuh, ganti pampers 3 kali sehari. Ekstremitas tidak ada oedema di tangan maupun di kaki klien. Tangan kanan terpasang infus RL ( Ringer Laktat) 20 tetes permenit, sejak tanggal 21 April 2013, dan ada keterbatasan gerak. Ekstremitas atas dan bawah kekuatan otot penuh (nilai 5).

4. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 22 April 2013 yaitu : HB 9,3 g/dl (normal 12,2-18,1), eritrosit 3,18 juta/mm3 (normal 4,04-6,13), Hematokrit 27,3% (normal 37,7-57,7), MCV 85,8 fL (normal 80-97), MCH 29,2 pg (normal 27-31,2), MCHC 34,1 g/dl (normal 31,8-35,4), leukosit 11,90/mm3 (4,5-11,5), Trombosit 172 U/L (normal 150-450), RDW-CV 15,3% (normal 11,5-14,5), MPV 8,4 fL (normal 0-99,9), neutrofil 76,4% (normal 37-80), MXD 10,4% (normal 4-18), limfosit 13,2% (normal 19-48).

5. Terapi

Terapi yang diberikan pada tanggal 22 April 2013 antara lain : infus RL 20 tetes permenit, injeksi Intra vena (cefotaxime 1 gr/12jam), injeksi Intra vena (ketorolac 10 mg/8jam).

C. Daftar Perumusan Masalah

Berdasarkan data hasil pengkajian dan observasi penulis menemukan diagnosa pada Ny. J yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka post sectio caesarea. Data-data yang menunjang ditegakkan diagnosa di atas yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas operasi seperti tertusuk-tusuk, pada perut di bawah pusat, skala nyeri 7, nyeri dirasakan ketika bergerak. Data objektif yang didapatkan adalah klien tampak meringis kesakitan, dan klien terlihat lemah. Ada luka bekas operasi sectio caesarea sepanjang ±13 cm di bawah pusat vertikal tertutup kassa.

D. Perencanaan

Setelah ditemukan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik: luka post sectio caesarea, penulis membuat intervensi dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, masalah nyeri akut klien dapat teratasi dengan kriteria hasil : klien mengatakan skala nyerinya adalah 0-1, klien tampak rileks, nyeri berkurang atau hilang, tanda-tanda vital normal ( tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60-100 kali/menit, respirasi 16-24 kali permenit). Penulis membuat intervensi yaitu kaji karakteristik nyeri (penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri) dengan rasional untuk mengetahui karakteristik nyeri yang dirasakan. Observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum

17

pasien. Berikan posisi yang nyaman (tidur terlentang) dengan rasional untuk membantu mengurangi nyeri yang dirasakan. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik dengan rasional untuk mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan.

E. Implementasi

Tindakan keperawatan pada tanggal 22 April 2013, jam 14.20 WIB pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik: luka post sectio caesarea, penulis melakukan tindakan keperawatan mengobservasi tanda-tanda vital dan didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oc, repirasi 20 kali/menit. Pada jam 14.30 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan mengkaji karakteristik nyeri dan respon subyektif klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 7, nyeri saat digerakkan, respon obyektif klien tampak meringis kesakitan. Pada jam 14.40 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan memberikan posisi yang nyaman (tidur terlentang) dan respon subyektif klien mengatakan posisi sudah nyaman, respon obyektif posisi klien tampak nyaman. Pada jam 15.05 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan

respon subyektif klien mengatakan memahami teknik yang disarankan oleh perawat, respon obyektif klien tampak kooperatif dan sedikit rileks.

Tanggal 23 April 2013, Pada jam 08.00 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan mengobservasi tanda-tanda vital, respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vital, respon obyektif didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit. Pada jam 08.15 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan mengkaji karakteristik nyeri, respon subyektif klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri pada luka bekas operasi, seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 5, nyeri pada saat digerakkan miring kekanan atau kekiri, respon obyektif klien tampak sedikit rileks dan masih lemah. Pada jam 08.30 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan memberikan obat injeksi cefotaxim 1 gr/12jam, ketorolac 10 mg/8 jam, respon subyektif klien mengatakan mau di injeksi lewat selang infus, respon obyektif klien tanpak diam, obat masuk lewat selang infus intra vena.

Tanggal 24 April 2013, pada jam 08.00 penulis melakukan tindakan keperawatan mengobservasi tanda-tanda vital dan didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit. Pada jam 08.30 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan mengkaji karakteristik nyeri dan respon subyektif klien mengatakan nyeri sudah berkurang, nyeri post sectio caesarea, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 3, nyeri saat beraktifitas, respon obyektif

19

klien tampak sudah tidak lemah dan rileks. Pada jam 08.45 WIB penulis melakukan implementasi tambahan yaitu merawat luka post sectio

caesarea, respon subyektif klien mengatakan mau dirawat luka post

operasi sectio caesarea, respon obyektif klien tampak diam dan luka kelihatan bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi.

F. Evaluasi

Evaluasi yang penulis dapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan mulai tanggal 22 April 2013 – 24 April 2013 diperoleh hasil yaitu pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Pada tanggal 22 April 2013 jam 14.15 WIB diperoleh hasil yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut di bawah pusat, skala nyeri 7, nyeri dirasakan setiap saat ketika bergerak, dan obyektifnya klien tampak meringis kesakitan dan terlihat lemah, tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali/menit, dapat disimpulkan diagnosa nyeri akut belum teratasi, dan intervensi dilanjutkan antara lain : kaji karakteristik nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ( cefotaxim 1 gr/12jam, ketorolac 10 mg /8 jam ).

Tanggal 23 April 2013 jam 14.05 WIB, diperoleh hasil yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 5, nyeri dirasakan kadang-kadang dan

bertambah saat bergerak, data obyektifnya pasien tampak sedikit rileks dan masih lemah dapat disimpulkan masalah nyeri akut belum teratasi, dan intervensi yang dilanjutkan yaitu antara lain : kaji karakteristik nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ( cefotaxim 1 gr/12 jam, ketorolac 10 mg/8 jam ).

Tanggal 24 April 2013, jam 14.00 WIB, diperoleh hasil yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, nyeri pada perut bawah pusat , skala nyeri 3, nyeri dirasakan saat bergerak, data obyektifnya klien tampak lebih rileks dan sudah tidak lemah, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali/menit, dapat disimpulkan masalah nyeri akut sebagian teratasi, dan intervensi yang dilanjutkan yaitu antara lain : kaji karakteristik nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.

21

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan beberapa pembahasan tentang Asuhan Keperawatan nyeri Akut pada Ny. J post sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini di bangsal Cempaka Rumah Sakit Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Pembahasan tersebut seperti Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Perencanaan, implementasi, evaluasi, yang dilakukan pada hari senin tanggal 22 April 2013 sampai 24 April 2013. Untuk pembahasan di atas akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu proses mengumpulkan informasi secara keseluruhan untuk meyakinkan bahwa memiliki semua bagian-bagian penting dari klien, sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang status kesehatan klien (Deswani, 2009 : 36). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, atau mengenali masalah-masalah yang dialami klien, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Hutahaean, 2010 : 87). Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien. Pengumpulan

data adalah suatu proses pengkajian dengan mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien secara sistematis dan terus menerus. Pada pengkajian kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya seperti catatan, hal pemeriksaan diagnostik, dan literatur (Deswani, 2009 : 10).

Persalinan merupakan sebagai proses ketika janin, plasenta, dan membran dikeluarkan melalui jalan lahir. Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina dan persalinan dengan operasi sectio

caesarea. Persalinan normal terjadi antara usia gestasi 37 dan 42

minggu. (Fraser, 2009:429). Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus ( Hakimi, 2010: 634). Menurut Norwitz, (2008), 133 sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui jalur abdominal atau laparatomi yang memerlukan insisi ke dalam uterus atau histerotomi. Sectio caesarea merupakan suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 g, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Prawirohardjo, 2006: 536).

Indikasi dilakukan sectio caesarea dapat dikarenakan oleh faktor ibu dan janin. Indikasi dari ibu antara lain : Induksi persalinan yang gagal, proses persalinan tidak maju, disproporsi sefalopelvik, diabetes, kanker serviks, riwayat sectio caesarea yang klasik, riwayat ruptur uterus, obstruksi jalan lahir, plasenta previa, riwayat bedah

23

uterus sebelumnya. Indikasi dari janin antara lain: gawat janin, prolaps tali pusat, posisi melintang, malpresentasi janin, kelainan janin. Indikasi paling umum untuk bedah caesarea primer atau pertama adalah kegagalan proses persalinan (Norwitz, 2008:132). Ketuban pecah dini bisa dilakukan sectio caesarea karena induksi yang gagal dan lamanya peregangan pada pembukaan uterus, dan segera dilakukan tindakan pembedahan sectio caesarea untuk menghindari bahaya infeksi ketuban pecah dini (Puspasari, 2010).

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm (Nugroho, 2012 : 113). Menurut pendapat Norwitz, (2008 : 119) Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai. Ketuban pecah dini didefinisikan pecah ketuban sebelum awitan persalinan pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu (Dutton, 2011 : 165). Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung, disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks (Prawirohardjo, 2006 : 218).

Kebutuhan rasa nyaman atau terbebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisiologis. Fisiologi nyeri, bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum

sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus (Mubarak, 2007:204).

Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus (Rukiyah, 2009:49). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Potter&perry, 2006 : 212). Menurut Smeltzer & Bare (2002), International Association for the

Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori

subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Judha, 2012 : 1). Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi oleh reaksi individu terhadap nyeri yaitu setiap orang memberikan reaksi yang berbeda terhdap nyeri. Ada orang yang menghadapinya dengan perasaan takut, gelisah, dan cemas, ada pula yang menanggapinya dengan sikap yang optimis dan penuh toleransi. Sebagian orang merespon nyeri dengan menangis, mengerang dan menjerit-jerit, meminta pertolongan, gelisah di tempat tidur, atau berjalan mondar-mandir tak tentu arah untuk mengurangi rasa nyeri. Menurut teori ada tiga klasifikasi nyeri yang mengganggu aktivitas antara lain: Nyeri Perifer, nyeri sentral yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada

25

batang otak, Nyeri psikogenik yakni nyeri ini timbul akibat pikiran dan nyeri ini muncul karena faktor psikologis (Mubarak, 2007 : 208).

Karakteristik dari nyeri akut, yang ada dalam teori diantaranya: konsisten dengan respon stress simpatis, frekuensi jantung meningkat, tekanan darah meningkat, otot-otot menegang, saliva berkurang (Judha, 2012 : 11). Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus, hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisal) dan dapat juga dilihat nyeri berdasarkan metode PQRST, P Provocate, Q Quality, R Region, S severe, T Time (Judha, 2012 : 32).

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dengan mengacu pada teori Gordon, antara lain: pola aktivitas dan latihan, setelah melahirkan semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga karena nyeri menghambat aktifitas pasien. Nyeri yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan pembedahan menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga pergerakan pasien sangat terbatas, dan aktivitas dibantu orang lain (Potter & Perry, 2006).

Pola istirahat tidur setelah operasi sectio caesarea, pasien mengatakan tidurnya sering terbangun karena nyeri yang dirasakan. Siklus tidur yang kurang terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku (Potter & Perry, 2006).

Pada pola kognitif dan persepsi sensori setelah operasi sectio caesaria, Klien mengatakan nyeri pada luka operasi seperti tertusuk-tusuk, di bawah pusat, skala 7 dan nyeri dirasakan saat bergerak, klien tampak meringis kesakitan. Faktor-faktor fisiologis dan kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri, terdapat tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori diskriminatif, motivasi afektif dan kognitif evaluatif, persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga individu dapat bereaksi (Potter & Perry, 2006).

Pada tanggal 22 April 2013, klen mengatakan nyeri pada bekas operasi seperti tertusuk-tusuk, pada perut di bawah pusat, skala nyeri 7, nyeri dirasakan ketika bergerak. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan hasil : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan luka post sectio caesarea jahitan sepanjang

Dokumen terkait