• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Laporan Keuangan

Definisi laporan keuangan menurut SAK (2007:1) adalah” laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,laporan perubahan posisi keuangan ( yang dapat disajikan dalm berbagai cara, seperti laporan arus kas, atau laporan arus dana ), catatan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integritas dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi, tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.

Bagi para analis, Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainya dilakukan, ia pun tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu yang paling penting adalah media laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screens) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat

menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana( kas) perusahaan dalam periode tertentu.

Laporan keuangan adalah media informasi yng dapat merangkum semua kegiatan di perusahaan. Menurut Niswonger (1999: 18) “ Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan adalah perorangan adalah laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca dan laporan arus kas”. Laporan keuangan perusahaan mencerminkan informasi tentang pendapatan dan beban, informasi perubahan ekuitas pemilik, informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan kewajiban arus kas yang ada dalam perusahaan selama periode waktu tertentu.

Menurut Meriewaty (2005:2) Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditaksirkan untuk manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang timbul sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal,efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan Penyajian informasi laba merupakan fokus kinerja perusahaan

yang penting. Para investor dan manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan kinerja keuangan dan kinerja operasional dari perusahaan.

Penggunaan Laporan keuangan sebagai aspek penilaian kinerja didasarkan atas infornasi akuntansi, yang mencerminkan nilai sumber daya yang diperoleh dari bisnisnya dan juga yang dikorbankan oleh para manajer untuk menjalankan aktivitas bisnis perusahaan. Kinerja perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan karena setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja perusahaan akan tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan. Pentingnya laporan keuangan sebagai informasi dalam menilai kinerja perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan haruslah mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu tertentu. Sehingga pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan akan menjadi tepat, dengan demikian pemegang saham dapat dijadikan laporan keuangan sebagai informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan sebagai pemegang saham perusahaan.

2.2.1.1 Tujuan Laporan keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan,yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan

apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar dapat mengambil keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencakup misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Tujuan akuntansi atau laporan keuangan menurut berbagai sumber dapat kita lihat penjelasan di bawah ini adalah:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat di percaya mengenai

aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan

dalam aktiva netto ( aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai

laporan di dalam menafsir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam

aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti infornasi mengenai aktivitas pembiyaan dan investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akutansi yang dianut perusahaan.

APB Statement No ( AICPA,) menggambarkan tujuan laporan keuangan dengan membaginya menjadi dua yaitu:

a. Tujuan umum

“Menyajikan laporan posisi keuangan,hasil usaha,dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima”.

b. Tujuan khusus

“Memberikan infornasi tentang kekayaan, kewbaajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba,perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan”

Tujuan Laporan Keuangan Menurut SAK (5)

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2.2.1.2 Jenis Laporan keuangan

1. Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan ( harta,utang, dan modal) pada suatu tanggal tertentu.

2. Laba/Rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama

suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikelurakan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya.

3. Laporan dan sumber penggunaan dana, sumber dana dan pengeluaran

perusahaan selama satu periode ( dana bisa diartikan kas atau modal kerja).

4. Laporan arus kas merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas

keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok – kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiyayaan.

Sedangkan jenis laporan keuangan menurut Kasmir ( 2008: 28) secara lima jenis laporan keungan yang bisa disusun, yaitu:

1. Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan

perusahaan pada tanggal tertentu.

2. Laporan laba/rugi merupakan laporan keuangan yang meggambarkan hasil

usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.

3. Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan

4. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas.

5. Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang

memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.

2.2.1.3 Karakteristik Laporan keuangan

Karakteristik Laporan Keuangan menurut SAK (5) adalah :

1. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat segera dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

2. Relevan

Agar bermanfat,informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini,atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil pengguna di masa lalu.

Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pengguna, seperti pembayaran, dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai produktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya,nilai produktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos panghasilan atau beban yang tidak biasa,abnormal,dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.

3 . Materialitas

Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu segman baru dapat

mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus lain,baik hakikat maupun materialitas dipandang penting, misalnya jumlah serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialtas bergantung bergantung pada besarnaya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelaian dalam mencantumkam (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah daripada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.

4. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi

memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,kasalahan material,dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur ( faithfull representaision) yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

Informasi mungkin relevan,tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan, maka penggunaan informasi tersebut secara

potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntunan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketan,mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.

5. Penyajian jujur

Agar dapat diandalkan,informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi,misalnya,neraca harus menggmbarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aset,kewajiban,dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.

6. Substansi Menggungguli Bentuk

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa yang seharusnnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Misalnya, suatu perusahaan mungkin menjual suatu aset kepada pihak lain dengan cara sedemikian rupa sehingga dokumentasi dimaksudkan untuk memindahkan kepemilikan menurut hukum kapada pihak tersebut.

7 . Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinganan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.

8. Pertimbangan Sehat

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian,sehingga aset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban telah dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian,penggunaan pertimbangan sehat tidak diperkenankan,misalnya pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan sengaja menetapkan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu, tidak memiliki kualitas andal.

9. Kelengakapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.

10. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifakasi kecendurungan (tren) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan,kinerja,serta perubahan posisi keuangan , kinerja,serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan yang berbeda.

2.2.1.4 Pengguna Laporan keuangan

Pengguna Laporan Keuangan menurut SAK (2 ) meliputi :

a). Investor. Penanaman modal berisiko dan penasihat mereka

berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut.

b). Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili

mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.

c.) Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi

keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d.) Pemasok dan kreditur usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha

lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

e.) Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi

mengenai kelangsungan hidup perusahaan,terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.

f.) Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah

kekuasaannya dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g.) Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam

berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik.

2.2.1.5 Keterbatasan Laporan keuangan

Menurut Munawir (2007:9) keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan

interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya

sementara) dan terdapat pendapat-pendapat pribadi (personel judgment)

yang telah dilakukan oleh akuntan atau manajemen yang bersangkutan, serta bukan merupakan laporan yang final.

2. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan

bahwa perusahaan akan berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan

hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan

harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.

3. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi

keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,

dimana daya beli ( purchasing power) uang tersebut semakin menurun,

dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya ,sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. Jadi suatu analisa dengan membandingkan

data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang keliru ( mislending).

4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang. Misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dipenuhi atau adanya kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui, kemampuan serta integritas manajernya dan sebagainya.

Dokumen terkait