• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Daerah

2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 pasal 6 ayat 1 yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelanggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yanng berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Dan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 menjelaskan tentang keuangan desa yaitu semua hak dan kewajiban dalam rangka pemyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut.

Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan daerah bersifat umum dan lebih menekankan kepada hal-hal yang bersifat prinsip, norma, asas, landasan umum dalam perencanaan, penyusunan anggaran, pelaksanaan, penata perusahaan, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.28

Tanjung menyatakan pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan menyediakan informasi sebagai berikut:29

1) Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi, dan pengguan sumber daya keuangan.

2) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.

27Muhammad Ismail dkk, Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa, ISSN 1979-6471 Volume XIX No. 2,2016, h. 329

28Nurlan Darise, Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta: PT Indeks, 2009, Edisi Kedua, h.25

29Abdul H Tanjung, Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Akrual, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 12

3) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.

4) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

5) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan sumber-sumber penerimaanya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.

6) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode berjalan.

Dan Mahmudi menyatakan laporan keuangan yang disajikan pemerintah daerah dinilai berkualitas apabila memenuhi ciri-ciri berikut.30

1) Relevan, Artinya informasi dalam laporan keuanngan yang disajikan memberi manfaat bagi para pengguna dalam mengambil keputusan.

2) Andal (Reliability), Artinya informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat diandalkan, tidak menyesatkan dan mengandung unsur manipulasi.

3) Dapat dibandingkan (Comparability), Artinya laporan keuangan dapat digunakan sebagai pembanding kinerja masa lalu atau membandingkan kinerja organisasi lain yang sejenis.

4) Dapat dipahami (Understanbility), Artinya laporan keuangan harus memberikan informasi yang jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh pihak-pihak pengguna laporan keuangan.

30Mahmudi, Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010, H. 11

C. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pernyataan Nomor 01 Penyajian Laporan Keuangan31

1. Tujuan

Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose fianancial statements) dalam rangka meningkatakan keterbandiagan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Lapooran keuangan disusun dengan menerapkan basis akrual. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan tansaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya.

2. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis akrual.Entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangandengan menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas. Entitas pelaporan yang menyelengarakan akuntansi berbasis akrual, menyajikan laporan Realisasi Anggran berdsarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan tentang anggaran.

3. Komponen-Komponen Laporan Keuangan

Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut:

31Peraturan Pemerintah N0.71 tahun 2010, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 01 Penyajian Laporan Keuangan

a. Laporan Realisasi Anggaran

b. Laporan Perubahan Awal Saldo Aanggaran Lebih c. Neraca

d. Laporan Operasional e. Laporan Arus Kas

f. Laporan Perubahan Entitas g. Catatan atas Laporan Keuangan

Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh entitas pelaporan, kecuali:

a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan kosolidasinya.

3. Struktur dan Isi

Pernyataan Standar ini mensyaratkan adanya pemgungkapan tertentu pada lembar muka (on the face) laporan keuangan, mensyaratkan pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan keuangan atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan, dan merekomendasikan format ilustrasi standar ini yang dapat diikuti oleh suatu entitas pelaporan sesuai dengan situasi masing-masing.

Pernyataan standar ini menggunakan istilah pengungkapan dalam arti yang seluas-luasnya, meliputi pos-pos yang disajikandalam setiap lembar muka Laporan Keuangan. Pengungkapan yang disyaratkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan lainnyadisajikan sesuai dengan ketentuan dalam standar tersebut. Kecuali ada standar yang mengatur sebaliknya, pengungkapan yang demikian dibuat pada lembar muka laporan keuangan yang relevan atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

4. Identifikasi Laporan Keuangan

Laporan keuangan diidentifikasi dan dibedakan secara jelas dari informasi lainnya dalam dokumen dan terbitan yang sama.Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan hanya berlaku untuk laporan keuangan dan tidak untuk informasi

lain yang disajikan dalamsuatu laporan tahunan atau dokumen lainnya. Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk dapat membedakan informasi yang disajikan menutut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan dari informasi lain, namun bukannya subjek yang diatur dalam pernyataan standar ini.

5. Periode Pelaporan

Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun, entitas pelaporan mengungkapkan informasi berikut:

a. Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun.

b. Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan keuangan tertentu seperti arus kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat dipisahkan.

6. Laporan Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Laporan ini menyajikan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari pemerintah desa dibandingkan dengan anggarannyasesuai dengan APBDesa Perubahan untuk suatu tahun anggaran tertentu

D. Akuntabilitas dan Transparansi 1. Akuntabilitas Keuangan Daerah

Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan RI akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seorang/pemimpin suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang memminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas adalah hal yang penting untuk menjamin nilai-nilai seperti efisiensi, efektifitas, reabilitas, dan prediktibilitas. Suatu akuntabilitas tidak abstrak tapi kongkrit dan harus ditentukan oleh hukum melalui seperangkat peosedur yang sangat spesifik mengenai masalah apa saja yang harus dipertanggungjawabkan. oleh hukum melalui seperangkat

prosedur yang sangat spesifik mengenai masalah apa saja yang harus dipertanggungjawabkan.32

Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diartikan sebagai kewajiban pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pelaksanaan pemerintahan di daerah dalam rangka otonomi daerah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang terukur baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya. Pemerintah daerah sebagai pelaku pemerintahan harus bertanggungjawab terhadap apa yang telah dilakukannya terhadap masyarakat dalam rangka menjalankan tugas, wewenang, dan kewajiban Pemerintah Daerah.

Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala kegiatan, terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Media pertanggungjawaban akuntabilitas tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban, akan tetapi juga mencakup aspek-aspek kemudahan pemberi mandat untuk mendapatkan informasi, baik langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan, sehingga akuntabilitas dapat tumbuh pada lingkungan yang mengutamakan keterbukaan sebagai landasan pertanggungjawaban.

Sulistiyani dalam subroto menyatakan bahwa transparansi dan akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun penyelenggaraan perusahaan baik, dinyatakan juga bahwa akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi.33 Akuntabilitas dapat dilaksanakan dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan, bertanya atau menggugat pertanggungjawaban para pengambil keputusan dan pelaksana baik ditingkat program, daerha dan masyarakat. Dalam hal ini maka semua kegiatan yang berkaitan dengan

32Subroto, Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa, Studi Kasus Pengelolaan

Alokasi Dana Desa di Desa-Desa dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung tahun 2008, Tesis, Universitas Dipenogoro Semarang: 2009, h.45

pengelolaan Alokasi Dana Desa harus dapat diakses oleh semua unsur yang berkepentingan terutama masyarakat di wilayahnya.34

Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa akuntabilitas adalah kewajiban seseorang atau unit orhanisasi untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kebijakan disertai dengan pembuktian fisik yang telah dipercayakan kepadanya dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ada tiga prinsip utama yang mendasari pengelolaan keuangan daerah yaitu 1. Prinsip transparansi atau keterbukaan

Transparansi disini memberikan arti bahwa anggota masyarkat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan keinginanmasyarakat, terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat banyak.

2. Prinsip Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tapi juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana atau pelaksanaan anggaran tersebut.

3. Prinsip Value for Money

Prinsip ini berarti diterapkannya tiga pokok dalam proses penganggaran yaitu ekonomis, efisien, dan efektif. Ekonomis yaitu ppemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu dengan harga yang murah. Efisien adalah penggunaan dana masyarakat tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang maksimalatau memiliki daya guna. Efektif dapat diartikan bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target atau tujuan kepentingan masyarakat.

Lembaga Administrasi dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, dalam pelaksanaan akuntabilitas dalam lingkungan pemerintah, perlu memerhatikan prinsip-prinsip berikut :35

1) Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

2) Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

4) Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh

5) Harus jujur, objektif, tarnsparan dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan pelaporan akuntabilitas.

Menurut Mardiasmo akuntabilitas publok terdiri atas dua macam yaitu : akuntabilitas vertikal (vertical accountability) dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), dengan penjelasan sebagai berikut :36

1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability)

Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggunghawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerimtah pusat kepada MPR.

2) Akumtabilitas horizontal (horizontal accountability)

Pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

35Lembaga Administrasi Negara Dan Badan Pengawasan Keuanagan Dan Pembangunan RI, Akuntabilitas Dan Good Governance, Modul 1-5, Modal Sosialisasi Sistem Kinerja Instansi

Pemerintah (AKIP), Jakarta: LAN, 2000, h.43 36Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, h.21

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan membedakan akuntabilitas dalam tiga macam akuntabilitas, yaitu:37

1) Akuntabilitas Keuangan

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.Sasarannya adalah laporan keuangan yang mencakup penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuangan instansi pemerintah. Komponen pembentuk akuntabilitas keuangan terdiri atas :

a) Integritas Keuangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas berarti kejujuran, keterpaduan, kebulatan, dan keutuhan. Dengan kata lain, integritas keuangan mencerminkan kejujuran penyajian. Agar laporan keuangan dapat diandalkan informasi yang terkandung didalamnya harus menggambarkan secara jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan

b) Pengungkapan

Konsep pengungkapan mewajibkan agar laporan keuangan didesain dan disajikan sebagai kumpulan gambaran atau kenyataan dari kejadian ekonomi yang mempengaruhi instansi pemerintahan untuk suatu periode dan berisi cukup informasi.

c) Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan

Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan akuntansi pemerintah. Apabila terdapat pertentangan antara standar akuntansi keuangan pemerintah dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

2) Akuntabilitas Manfaat

Akuntabilitas manfaat pada dasarnya memberi perhatian pada hasil-hasil dari kegiatan pemerintahan. Hasil kegiatannya terfoku pada efektivitas, tidak

sekedar kepatuhan terhadap prosedur. Bukan hanya output, tapi sampai outcome.

Outcome adalah dampaksuatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome mempunyai nilai lebih tinggi daripada output, karena output hanya

mengukur dari hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur output dan dampak yang dihasilkan.

3) Akuntabilitas Prosedural

Akuntabilitas yang memfokuskan kepada informasi mengenai tingkat kesejahteraan sosial. Diperlukan etika dan moral yang tinggi serta dampak positif pada kondisi sosial masyarakat, akuntabilitas prosedural merupakan pertanggungjawaban mengenai aspek suatu penetapan dan pelaksanaan suatu kebijakan yang mempertimbangkan masalah moral, etika, kepastian hukum dan ketaatan pada keputusan politik untuk mendukung pencapaian tujuan akhir yang telah ditetapkan.

Keberhasilan akuntabilitas dana desa (dandes) sangat dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Namun di dalam pelaksanaannya tergantung bagaimana pemerintah melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap terhadap pengelolaan dana desa dalam mendukung keberhasiln program. Untuk mendukung keterbukaan penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat, setiap kegiatan fisik dana desa supaya dipasang papan inormasi kegiatan di lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Untuk mewujudkan pelaksanaan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas maka diperlukan adanya kepatuhan pemerintah desa khususnya yang mengelola dana desa untuk melaksanakan dana desa sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Transparansi Keuangan Daerah

Transparansi artinya dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah mengungkapkan hal-hal yang sifatnya meterial secara berkala kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan, dalam hal ini yaitu masyarakat luas sehingga prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa tersebut.

Prinsip-prinsip transparansi dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti berikut:

a. Mekasnisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi darisemua proses-proses pelayanan publik

b. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentangberbagai kebijakan dan pelayanan publik,maupun proses-proses didalamsektor publik.

c. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasimaupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani.38

Transparansi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah dalam menjalankan mandat dari rakyat. Mengingat pemerintah saat ini memiliki wewenang mengambil berbagai keputusan penting yang berdampak bagi orang banyak, pemerintah harus meyediakan informasi yang lengkap mengenai apa yang dikerjakannya. Dengan transparansi, kebohongan sulit untuk disembunyikan. Dengan demikian transparansi menjadi instrumen penting yang dapat menyelamatkan uang rakyat dari perbuatan korupsi.

Transparasi pengelolaan keuangan publik merupakan prisip good

governance yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik. Dengan

dilakukannya transparansi tersebut pubik akan memperoleh informasi yang aktual dan fluktual, sehingga mereka dapat menggunakan informasi tersebut untuk :39

1) Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang direncanakan (realisasi vs anggaran)

2) Menilai ada tidaknya korupsi dan manipulasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran.

3) Menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait

38Suci Indah Hanifah, “Akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban anggaran

pendapatan belanja desa (APBDes)”dalam e-jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi , 2015, Volume IV

(8),h.7

4) Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara manajemen organisasi sektor publik dengan masyarakat dan dengan pihak lain yang terkait.

3. Manajemen Keuangan Daerah

Pengelolaan keuangan daerah semuanya dapat dipahami dari pemahaman anggaran daerah. Salah satu indikator keberhasiln keuangan otonomi daerah adalah bagaimana pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mampu menggunakan dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara lebih efektif dan efisien melalui sumber-sumber daya publik dalam membiayai aktivitas pembangunan yang dilakukan.40 Sehingga dengan adanya pengelolaan sumber keuangan daerah yang efektif dan efisien maka program-program dalam pelaksanaan otonomi daerah akan semakin mencapai suatu keberhasilan, dan pengelolaan daerah tersebut dikenal dengan manajemen keuangan daerah.

Anggaran daerah merupakan bagian dari manajemen keuangan daerah yang secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu manjemen penerimaan daerah dan manajemen pengeluaran daerah,bahwa anggaran daerah atau (APBD) adalah rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode tertentu (satu tahun). Semua bentuk organisasi, sektor swasta maupun sektor publik pasti akan melakukan penganggaran yang pada dasarnya merupakan cara untuk mencapai visi dan misinya.41 Untuk itu manajemen keuanngan dilaksanakan berdasarkan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang harus dipatuhi sebagai cara untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah. Seperti yang telah dijelaskan Mardiasmo,42 prinsip manajemen keuangan daerah meliputi akuntabilitas, value for money, transparansi, pengendalian, dan kejujuran.

Seluruh siklus anggaran daerah harus memperhatikan penerapan prinsip-prinsip keuangan daerah, karena prinsip-prinsip keuangan diperlukan agar dalam siklus anggaran daerah tidak menyimpang dari aturan yang ada. Hal ini sesuai dengan

40Waluyo,Manajemen Publik, Konsep, Aplikasi, dan Implementasinya dalam

Pelaksanaan Otonomi Daerah, Bandung: CV Mandiri Maju, 2007, h. 205

41Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Andi Offset, 2002, h. 106

prinsip-prinsip good governance yaitu transparansi dan akuntabilitas, yang artinya setiap siklus harus mampu memberikan keterbukaan dan pertanggungjawaban segala keputusan yang dihasilkan. Siklus anggaran dimualai dari proses perencanaan, pengesahan, implementasi, pelaporan, dan evaluasi.

E. Pertanggungjawaban dalam Islam

Islam memiliki presfektif tersendiri berkaitan dengan pertanggungjawaban, karena dalam islam semua yang dititipkan kepada manusia adalah Aamanah. Dan konsep Aamanah merupakan bagian Universal yang kemudian dituntunkan menjadi pertanggungjawaban.

Tanggungjawab tidak hanya terdapat di diri sendiri dan keluarga, melainkan terhadap masyarakat, dan yang paling penting adalah tanggungjawab Allah SWT.43

Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan tentang pertanggungjawaban, salah satunya adalah Surah Al-Qiyamah ayat 36, berikut ini:

يًدُس َكَرْ تُ ي ْنَا ُناَسْنِلإْا ُبَسَّْيََّا

Artinya : [Apakah manusia mengira,dia akan dibiarkan begitu saja(tanpa

pertanggungjawaban)?]44

Juga terdapat dalam surah Al- Mudatsir ayat 38 yaitu :

ٌةنْيِه َر ْتَبَسَكاَِبِ ٍسْفَ ن ُّلُك

Artinya : [Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah

diperbuatnya]45

Di sini dijelaskan bahwa tanggungjawab seseorang berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Artinya. Segala sesuatu yang diperbuat

43Muhammad Rizal, Pertanggungjawaban Dalam Perspektif Islam, Http://Www.Or.Id. Diunduh Pada Tanggal 28 Maret 2016

44Q.S. Al Qiyamah:36

harus mampu memepertanggungjawabkan perbuatannya itu. Begitu juga dengan pemerintah, semakin tinggi kedudukanya di masyarakat maka semakin tinggu pula yang akan menjadi tanggungjawabnya. Seorang pemimpin negara bertanggungjawab atas perilaku dirinya, keluarganya, saudara-saudaranya, masyarakatnya, dan rakyatnya.

Dalam hadis juga ditegaskan tentang pertanggungjawaban yaitu sebagai berikut :

Artinya: [ Hadis Abdullah bin Umar ra. Bahwasanya Rasulllah saw

berdabda: “setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir yang mengurus keadaan rakyat adalah pemimpin. Ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dirumahnya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya. Ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang hal mereka itu. Seorang hamba adalah pemimpin teerhadap harta benda tuannya. Ketahuilah, kamu semua adalah pemimpin dan semua akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya].46

Dokumen terkait