• Tidak ada hasil yang ditemukan

Historiografi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah yang peneliti lakukan. Tahap ini merupakan langkah penelitian sejarah yang disusun secara logis, menurut urutan kronologis dan tema yang jelas serta mudah dimengerti yang dilengkapi dengan pengaturan bab atau bagian-bagian yang dapat membangun urutan kronologis dan tematis. Penelitian ini berdasarkan fakta-fakta yang semula merupakan pikiran fakta-fakta yang terpisah-pisah antara satu dengan yang lain menjadi satu rangkaian cerita yang masuk akal dan mendekati kebenaran. Artinya dalam suatu kegiatan penelitian yang dimulai dengan proses Heuristik, kritik, dan interpretasi tidak akan terungkap tanpa dibuat suatu kesimpulan dalam bentuk ceritera yang siap disajikan.

Historiografi merupakan proses penyusunan hasil interpretasi dalam bentuk tulisan yang utuh dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949”. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti mencoba untuk memaparkan beberapa langkah kegiatan yang dilakukan sehingga dapat menjadi karya tulis ilmiah yang sesuai

69

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dengan ketentuan keilmuan. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian.

Setelah sumber-sumber sejarah ditemukan kemudian dianalisis dan ditafsirkan pada tahap interpretasi. Fakta-fakta sejarah tersebut disajikan menjadi satu kesatuan tulisan kemudian disusun dalam historiografi (penelitian sejarah). Dalam tahap ini peneliti harus mengerahkan segala daya pikir dan kemampuan untuk menuangkan segala hal yang ada dalam penelitian sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang memiliki standar mutu dan menjaga kebenaran sejarahnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sjamsuddin yaitu.

Peneliti mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampulan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis yang pada akhirnya menghasilkan sebuah sintesa dari seluruh hasil penelitian (Sjamsuddin, 2007: 153).

Penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh menjadi satu kesatuan tulisan sejarah yang utuh, selanjutnya dituangkan dalam sebuah laporan hasil penelitian disusun dengan sistematika dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penelitian laporan ini dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang disebut skripsi. Laporan hasil penelitian ini disusun dalam bentuk penelitian dengan jelas dalam gaya bahasa yang sederhana, ilmiah, dan menggunakan tata bahasa penelitian yang baik dan benar. Laporan hasil penelitian ini disusun untuk kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada jurusan pendidikan sejarah FPIPS UPI, sehingga sistematika yang digunakan sesuai dengan buku penelitian karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

70

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Sistematika laporan ini dibagi ke dalam lima bab, Bab I Pendahuluan diuraikan mengenai belakang masalah dan alasan peneliti memilih tema ini. Selain itu memuat rumusan masalah yang akan dibahas, bertujuan agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas dari yang ditetapkan. Bab ini juga memuat tujuan penelitian yang menjelaskan tentang hal-hal yang akan disampaikan untuk menjawab permasalahan yang telah ditentukan. Selanjutnya diuraikan mengenai manfaat yang diharapkan dari penelitian serta terakhir sistematika penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka. Dalam bab ini berisikan tentang penjabaran mengenai literatur yang digunakan dan mendukung terhadap permasalahan yang dikaji mengenai judul penelitian yaitu “Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949”. Pada bab ini peneliti mengemukakan penjelasan beberapa sumber kepustakaan yang menjadi rujukan serta relevan dengan permasalahan yang akan dibahas. Literatur-literatur yang digunakan berhubungan dengan kajian Sejarah, Sosiologi, dan Politik.

Bab III Metodologi Penelitian. Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah serta teknik yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini. Adapun langkah-langkah tersebut adalah pertama, persiapan penelitian yang terdiri dari pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian, kemudian konsultasi dan mengurus perizinan. Kedua adalah pelaksanaan penelitian serta melakukan kritik sumber baik internal maupun eksternal. Ketiga yaitu penafsiran atau interpretasi dari fakta-fakta yang telah dikumpulkan dan terakhir adalah melaporkan hasil penelitian dalam bentuk tulisan atau yang disebut historiografi.

71

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Bab IV Peranan Pesantren Al-Falah Biru Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan di Garut Tahun 1945-1949. Bab ini berisi uraian mengenai keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan dan merupakan jawaban-jawaban atas rumusan masalah yang telah peneliti susun sebelumnya. Pemaparan yang akan dijelaskan dalam bab ini diantaranya: Pertama, Mendeskripsikan gambaran umum pesantren Al-Falah Biru pada tahun 1945-1949, pembahasannya meliputi sejarah singkat pesantren Falah Biru dan perkembangan pesantren Al-Falah Biru. Kedua, Mendeskripsikan keterlibatan pesantren Al-Al-Falah Biru dalam mempertahankan kemerdekaan di Garut, pembahasannya meliputi kondisi Garut tahun 1945-1949, peranan santri dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut, dan peranan KH.Badruzzaman sebagai ulama yang berpengaruh. Ketiga, Menguraikan strategi perjuangan pesantren Al-Falah Biru dalam keikutsertaan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut. Pembahasannya meliputi ajaran tarekat Tijaniyah yang menjadi landasan perjuangan, dan Pelaksanaan Kholwat sebagai pembekalan mental para santri yang menjadi perjuangan.

Bab V Kesimpulan. Dalam bab ini dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan serta sebagai inti dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan kesimpulan hasil-hasil temuan peneliti tentang permasalahan yang dikaji pada penelitian skirpsi ini.

137

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu BAB V KESIMPULAN

Bab ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan pengkajian, sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam kesimpulan ini penulis akan memaparkan beberapa pokok penting yang merupakan inti jawaban dari permasalahan yang telah dikaji. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, Kondisi pesantren Al-Falah Biru pada tahun 1945-1949 dapat

dilihat dari gambaran umum pesantren Al-Falah Biru yang meliputi pendirian pesantren, tokoh-tokoh yang berpengaruh, dan perkembangan pesantren yang meliputi perkembangan pesantren secara kelembagaan dan perkembangan ajaran tarekat Tijaniyah di pesantren Al-Falah Biru. Pesantren Al-Falah Biru merupakan penerus pesantren Biru yang didirikan pada tahun 1749 oleh Embah Penghulu (Embah Kyai Akmaludin). Ajengan yang pernah memimpin Al-Falah Biru diantaranya Raden KH Asnawi Muhammad Faqieh, Syaikhuna Iming Bunyamin, Syaikhuna Badruzzaman. Dari generasi kepemimpinan pertama sampai terakhir pesantren Biru mengalami perkembangan, sampai pada generasi kelima Biru masih menjadi pusat agama Islam di daerah Garut. Setelah masa Raden Bagus KH

Muhammad Ro’ie berakhir, Pesantren Biru kemudian namanya dirubah menjadi

“Al-Falah” yang dipimpin oleh putranya yang bernama raden KH Asnawi

138

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Perkembangan pesantren Al-Falah Biru meliputi perkembangan secara kelembagaan dan ajarannya yaitu pengembangan tarekat Tijaniyah. Dari segi pembangunan kelembagaan pesantren mengalami perubahan dalam pengembagan pendidikan umum dan pembekalan keterampilan yang diberikan kepada santri. Dalam bidang tarekat, pesantren mengembangkan tarekat Tijaniyah yang dibawa masuk ke Garut dan dikembangkan oleh K.H Badruzzaman pada tahun 1935 M. Dalam masa-masa perintisan penyebaran ajaran tarekat Tijaniyah ini Badruzzaman dihadapkan pada masa-masa sulit, yaitu perjuangan melawan penjajah untuk merebut dan membela kemerdekaan bangsa.

Kedua, keterlibatan pesantren Al-Falah Biru dalam revolusi fisik di Garut

dapat dilihat dari kondisi Garut pada tahun 1945-1949, keterlibatan santri pesantren Al-Falah Biru dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut, serta peranan KH. Badruzzaman sebagai pimpinan pondok pesantren yang berpengaruh. Garut pada tahun 1945 masih berada di bawah kekuasaan Jepang, meskipun telah kalah di front Pasifik namun Jepang masih diberikan mandat oleh sekutu untuk menjaga kendali daerah jajahan sampai kedatangan sekutu. Kondisi tersebut menimbulkan reaksi dari para pejuang di Garut, mereka melakukan pengambilalihan pusat-pusat kekuasaan Jepang. Terjadi beberapa pertempuran yang mengakibatkan terjadinya kekacauan di wilayah Garut dan terus berlanjut sampai sekutu datang ke Garut pada tahun 1947 dan kemudian hengkang pada tahun 1949.

Keterlibatan santri pesantren Al-Falah Biru dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut diantaranya pengambilalihan markas

139

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

logistik Jepang di Hotel Malayu, penghadangan pasukan Belanda di Cidadali Samarang, dan penghadangan terhadap penyerangan Belanda ke pesantren Al-Falah Biru. Pelucutan senjata dan pengambilalihan gudang logistik di Samarang dilakukan oleh pasukan dari pesantren Al-Falah Biru bersama masyarakat. Pengambilalihan ini menjadi prestasi yang cukup penting karena persediaan logistik sangat diperlukan oleh masyarakat pada saat itu.

Peranan santri Al-Falah Biru ditunjukkan pula melalui keterlibatan mereka dalam peristiwa di Leuwigoong. Keterlibatan santri menjadi gambaran mengenai upaya mereka untuk perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya di wilayah Garut. Hal ini juga menunjukan bahwa perjuangan santri tidak hanya untuk melindungi kiai atau pesantrennya saja, namun perjuangan tersebut bertujuan untuk melawan pendudukan asing.

Penghadangan tentara Belanda oleh pasukan Pesantren Al-Falah Biru di Desa Cidadali dikarenakan adanya isu penangkapan KH. Badruzzaman berkaitan dengan kekhawatiran Belanda akan gerakan pasukan Al-Falah Biru yang digerakkan oleh Badruzzaman. Pada periode selanjutnya terjadi penghadangan terhadap serangan Belanda ke Pesantren Al-Falah Biru pada saat KH. Badruzaman dengan pasukan Hizbullahnya sedang melakukan pertemuan di mesjid Al-Falah. Namun lagi-lagi Badruzzaman berhasil meloloskan diri kemudian mengungsi ke kampung Astana Girang dan Padalarang. Keterlibatan ini tidak terlepas dari peranan KH.Badruzzaman sebagai ulama yang berpengaruh di pondok pesantren.

140

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

KH. Badruzzaman sejak jaman penjajahan Belanda sudah mulai melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, misalnya seperti penentangan terhadap praktik penyuntikan terhadap mayat, penolakan terhadap seikerei, menjadikan pesantren Al-Falah Biru sebagai basis perlawanan, dan lain-lain. KH. Badruzzaman menjadi pemimpin non-formal sekaligus pemimpin spiritual, posisinya sangat dekat dengan kelompok-kelompok masyarakat. Petuah-petuahnya selalu didengar, diikuti dan dilaksanakan oleh jemaah, komunitas dan massa yang dipimpinnya.

Ketiga, Strategi perjuangan pesantren Al-Falah Biru dalam

keikutsertaannya melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan diantaranya melalui dua strategi yaitu penanama ajaran tarekat Tijaniyah sebagai ladasan perjuangan dan pelaksanaan kholwat. Tarekat Tijaniyah bukan hanya sebuah ajaran, melainkan sebagai bekal melakukan perlawanan terhadap penjajahan. Tarekat tidak hanya dijadikan arena pembinaan spiritual, melainkan juga sebagai pusat aktifitas menanamkan kesadaran Cinta tanah air, bangsa, dan agama. Setiap perlawanan bersenjata didahului dengan persiapan peningkatan mental dan zikir dan mengajarkan pemahaman arti mati syahid melalui Jihad.

Pengamalan tarekat Tijani tidak hanya terbatas pada wirid-wirid tertentu, melainkan juga pengamalan ajaran dari Kiai atau pemimpin tarekat tersebut. Pemimpin (Ulil Amri) dalam golongan tarekat Tijani menduduki peranan penting setelah Allah SWT dan Rasulullah. Ajaran dan pemikiran pemimpin tarekat menjadi panduan anggota, sudut pandang atau fatwa pimpinan tarekat terhadap suatu permasalahan tertentu menjadi sebuah hukum tidak tertulis yang akan

141

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

diikuti oleh anggota tarekat. Tarekat Tijani yang diajarkan di Pesantren Al-Falah pada masa revolusi turut mempengaruhi strategi perjuangan pesantren khususnya

fatwa atau ajaran KH.Badruzzaman sebagai pimpinan pondok pesantren

sekaligus pimpinan tarekat Tijani yaitu hubbul waton atau semangat cinta tanah air dan jihad fisabilillah atau jihad di jalan Allah.

Hubbul Waton dinyatakan sebagai sebuah upaya untuk membebaskan

bangsa dari segala keterikatan dan belenggu asing yang selama ini menyengsarakan masyarakat. Ajaran Hubbul Waton menjadi pegangan setiap santri untuk memperkuat tekadnya dalam melakukan perjuangan. Selanjutnya ajaran Jihad Fisabilillah merupakan perjuangan terhadap pendudukan asing di Garut menjadi sebuah upaya melawan kedzaliman yang dilakukan oleh orang kafir. Jihad Fisabilillah atau berjuang di jalan Allah menjadi kekuatan tersendiri bagi para pejuang, dengan semangat ini para pejuang tidak takut gugur di medan pertempuran karena mereka memiliki keyakinan akan mati syahid.

Strategi berikutnya yang dilakukan oleh pesantren Al-Falah Biru adalah melaksanakan Kholwat sebagai sarana perjuangan pondok pesantren. Kholwat merupakan sebuah proses pembinaan mental anggota las`kar Biru yang akan diterjunkan untuk melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut. Para peserta kholwat terdiri dari santri yang mondok di pesantren Al-Falah Biru serta ajengan pendidik yang mengajar di pesantren. Kholwat dilakukan atas prakarsa KH.Badruzzaman sebagai pimpinan pondok pesantren, tujuannya sebagai sarana pembinaan mental berupa keberanian, keteguhan, dan semangat

142

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

jihad. Selain itu kholwat dilakukan sebagai media pembinaan fisik untuk ketahanan di medan jihad (perang).

Kegiatan kholwat yang dilakukan di pesantren Al-Falah Biru dilaksanakan secara berjamaah, dalam kegiatan kholwat ini ditunjuk oleh K.H Badruzzaman beberapa imam yang harus memimpin jalannya kegiatan Kholwat. Pemilihan imam atau pimpinan tersebut biasanya dilihat dari ke luhuran ilmu yang dimiliki seorang yang menjadi calon imam atau pemimpin kholwat. Peserta yang mengikuti kegiatan kholwat ini merupakan orang-orang yang akan diberangkatkan oleh K.H. Badruzzaman ke medan pertempuran. Pembekalan ini dilakukan agar para peserta kholwat tidak melupakan tujuan dari kholwat, sehingga semangat

para peserta kholwat terus dapat terjaga. Kemudian diakhiri dengan do’a yang

dipimpin KH Badruzzaman bertujuan suapaya para peserta kholwat tersebut diberikan keselamatan dan kemenangan di medan pertempuran.

Tujuan pelaksanaan kholwat secara umum untuk meningkatkan mental para pejuang melalui serangkaian kegiatan yang diiringi dengan amalan-amalan tertentu. Adapun secara khusus tujuan pelaksanaan kholwat diantaranya menghayati makna amalan yang dilakukan dalam kholwat, meningkatkan semangat cinta tanah air, menumbuhkan semangat Jihad, dan sebagai persiapan mematangkan pejuang untuk siap tempur.

143

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Dokumen terkait