• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHA SAN

B. Aplikasi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Surat Al-Isr ’

4. Larangan Bersifat Kikir (Bakhil)

مليك اىهٍطيسٍبىػت ىاىك ىكًقييع ٰىىًإ نةىلويلٍغىم ىؾىدىي ٍلىعٍىَ ىاىك

انرويسٍى انمويلىم ىديعٍقىػتىػف ًطٍسىبٍلا

.

214

Artinya:

“Janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu

terlalu mengulurkannya yang karena itu kamu jadi tercela dan menyesal”

Setelah Allah SWT, melarang membelanjakan harta secara boros, kemudian menegaskan bahwa orang yang boros itu sebagai saudara setan, di dalam ayat 29 ini Allah SWT melarang

213

Q.S. Al-Furqaan: 67.

214

menjadikan tangan terbelenggu pada leher. Ungkapan ini biasa digunakan di kalangan orang arab untuk mengiaskan kekikiran. Allah melarang manusia untuk bersifat kikir, yaitu enggan memberikan harta kepada orang lain walaupun hanya sedikit. Namun disamping itu Allah juga melarang mengulurkan tangan selebar-lebarnya, yang berarti Allah melarang berlebih-lebihan dalam memberi, apalagi pemberian itu tidak kepada orang yang berhak. Maka ayat ini menganjurkan supaya membelanjakan harta dengan baik yaitu dengan cara yang layak dan wajar, tidak terlalu kikir dan tidak terlalu boros.

Allah memerintahkan kita untuk berlaku sederhana dalam menjalani hidup, dan mencela sifat kikir sekaligus melarang bersikap berlebih-lebihan. Mengulurkan tangan di luar kemampuan, sampai berakibat hidup tanpa sesuatu apapun yang dapat dinafkahkan. Ayat di atas ditafsirkan oleh Mufassir, bahwa yang dimaksudkan di sini adalah sifat kikir dan sikap berlebih- lebihan.

Allah SWT. Memerintahakan agar hambaNya bersifat sederhana :

ن.اماىوىػق ىكًلىذ ىٍنىػب ىفاىكىك اكيريػتٍقىػي ٍىمىك اويفًرٍسيي ٍىم اويقىفنىأ اىذًإ ىنيًذملاىك

215

Artinya:

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”.

“Walaa taj‟al yadaka maghluulatan ilaa „unuqika” (“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelengggu pada lehermu.”) Yaitu; janganlah kamu kikir atau bakhil, tidak mau memberikan sesuatu kepada orang lain.

“Walaa tabshuth-Haa kullal bashthi” (“Dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya.”)

Yaitu; janganlah kamu berlebihan-lebihan (boros) dalam berinfak, di mana kamu memberi di luar kemampuanmu dan mengeluarkan pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan.

“fa taq‟uda maluuman mahsuuraa” (“Dan karenanya kamu menjadi tercela dan menyesal.”) Artinya, jika kamu kikir, niscaya kamu akan menjadi tercela yang senantiasa mendapat celaan dan hinaan dari orang-orang di sekitarmu, yang berakibat tersingkirnya seseorang dari kehidupan sosial atau masyarakat.

Kikir adalah sifat tercela yang ditimbulkan dari rasa egoisme yang keterlaluaan. tidak memiliki kepekaan sosial dan tidak berperikemanusiaan. Sifat kikir akan menyebabkan malapetaka terhadap suatu masyarakat. Penyakit ini bisa menanamkan rasa dengki dan iri hati

215

dalam jiwa orang-orang fakir miskin terhadap orang-orang kaya yang bakhil. Sebagai akibatnya, orang-orang miskin tersebut akan mencari kesempatan untuk melampiaskan rasa kedengkiannya terhadap orang-orang kaya yang kikir, dan berusaha menghancurkan harta kekayaan mereka.

يديكاىد اىىػثمدىح وبىٍعىػق ًنٍب ىةىمىلٍسىم ينٍب ًمللا يدٍبىع اىىػثمدىح

-

وسٍيىػق ىنٍبا ًًٍعىػي

-

مللا ًدٍيىػبيع ٍنىع

ًرًباىج ٍنىع ومىسٍقًم ًنٍب ً

ًمللا ىؿويسىر مفىأ ًمللا ًدٍبىع ًنٍب

-

ملسك يلع ها ىلص

-

ىؿاىق

:

ًةىماىيًقٍلا ىـٍوىػي هتاىميليظ ىمٍلُظلا مفًإىف ىمٍلُظلا اويقمػتا

ىأ ىىلىع ٍميهىلىىْ ٍميكىلٍػبىػق ىفاىك ٍنىم ىكىلٍىأ محُشلا مفًإىف محُشلا اويقمػتاىك

ٍميهىمًراىى اوُلىحىتٍساىك ٍميىءاىمًد اويكىفىس ٍف

.

216 Artinya:

Dari Jabir r.a berkata : bersabda Rasulullah saw: “Jagalah dirimu dari aniaya, karena

aniaya itu merupakan kegelapan di hari kiamat, dan jagalah kamu dari sifat kikir, karena sifak kikir membinasakan umat-umat sebelum kamu dan mendorong mereka

mengadakan pertumpahan darah dan menghalalkan semua yang diharamkan”.

Dalam hadis tersebut, Rasulullah melarang kikir dari harta kekayaan yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Rasulullah juga menerangkan akibat dari kekikiran. Dijelaskan bahwa kikir itu telah membinasakan umat-umat terdahulu. Binasanya umat-umat terdahulu itu dikarenakan sudah merambahnya sifat kikir di kalangan mereka, sehingga terjadilah pertumpahan darah sesama mereka. Padahal harta yang kita miliki adalah karunia dari Allah SWT. Meskipun tidak sedikit orang yang menganggap harta itu miliknya sendiri, dikarenakan manusia merasa telah bekerja keras untuk mendapatkan harta-harta tersebut, dan berapa banyak orang yang mendewa-dewakan hartanya.

Betapa banyak terjadi, pertumpahan darah bersumber dari kekikiran orang-orang kaya. Mereka menggunakan harta yang diperoleh dari masyarakatnya untuk berfoya-foya, memuaskan hawa nafsu. Bertolakbelakang dengan orang-orang miskin yang berada di sekitar mereka yang dalam keadaan kelaparan dan membutuhkan uluran tangan untuk sekedar mempertahankan hidup. Oleh karena itulah, Islam mencegah ummatnya dari bersifat bakhil atau kikir dan dianggap perbuatanb tercela yang mengakibatkan dosa.

Dalam surat Ali Imran, Allah SWT berfirman:

ىطييىس ٍميى ٌرىش ىوي ٍلىب ٍميى انرٍػيىخ ىوي ًًلٍضىف ٍنًم يمللا يمياىتآ اىًِ ىفويلىخٍبىػي ىنيًذملا مىَىسٍىُ ىاىك

ىـٍوىػي ًًب اويلًىَ اىم ىفويقمو

ىًِ يمللاىك ًضٍرىٍأاىك ًتاىكاىممسلا يثاىرًم ًملًلىك ًةىماىيًقٍلا

هرًبىخ ىفويلىمٍعىػت ا

.

217 216

An-Naisaburi, al-Ja i’ ash-Shahih, jilid VIII, h. 18.

217

Artinya:

Dan janganlah sekali-kali orang-orang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari Karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat. Milik Allah- lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Ditegaskan dalam ayat bahwa apa yang ada di langit dan di bumi merupakan milik Allah semata. Allah Yang Maha kaya, Maha kuasa, Maha Pemberi yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada setiap makhluknya. Maka sangat tidak pantas jika kita sebagai manusia yang lemah dan hina memiliki sifat kikir akan harta titipan Allah.

Kita sering melihat orang dengan pola hidup mewah tapi pelit dan kikir pada orang lain. Mereka senang mengeluarkan harta berlebih-lebihan namun enggan untuk mendermakan sebagian hartanya pada orang lain yang tengah dihimpit kesulitan. Padahal di dalam harta kita terdapat hak orang lain yang harus ditunaikan. Mereka itu merasa dirinya lebih dari orang lain, Padahal sifat kikir atau bakhil bukan saja merugikan orang lain, tetapi juga merugikan dirinya sendiri. Orang-orang kikir menganggap jika memberikan sebagian hartanya kepada orang lain, meraka takut hartanya akan berkurang. Padahal di dalam Alquran tercantum;

ىك يمللاىك ناٍضىفىك يًٍم نةىرًفٍغىم ٍميكيدًعىي يمللاىك ًءاىشٍحىفٍلاًب ٍميكيريمٍأىيىك ىرٍقىفٍلا يميكيدًعىي يفاىطٍيمشلا

هميًلىع هعًسا

.

218

Artinya:

“Setan menjanjikan (menakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)sedangkan Allah akan menjanjikan untukmu ampunan darinya dan

karunia dan Allah maha luas karunianya dan lagi maha menetahui”.

Allah memerintahkan untuk menyisihkan sebagian rezeki yang telah Dia karuniakan pada kita kepada orang-orang yang kurang mampu di sekitar kita sebagai bentuk rasa syukur, kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama. Namun memberilah dengan kadar yang sewajarnya; tidak sedikit dan tidak pula terlalu banyak. Karena kedua-duanya tidak baik dan berlebihan. Bahkan Rasulullah SAW. menganjurkan untuk mengeluarkan sedekah paling banyak sepertiga (1/3) dari harta yang kita miliki.

218

5. Larangan Bersikap Sombong (Takabbur)

Dokumen terkait