• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Sistematika Penulisan

4. Larangan perkawinan

Kemudian syarat sahnya perkawinan menurut kedua peraturan tersebut adalah pernikahan dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan perkawinan tersebut harus dicatatkan. Meskipun perkawinan telah memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan belum tentu perkawinan tersebut sah,karena masih tergantung lagi pada satu hal, yaitu perkawinan itu telah lepas dari segala hal yang menghalang. Halangan perkawinan itu disebut juga larangan perkawinan. Larangan perkawinan dalam bahasa ini adalah orang-orang yang tidak boleh melakukan perkawinan. Secara garis besar, larangan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita menurut syara‟ dibagi menjadi dua yaitu:Larangan Mu‟abbaddan Ghairu Mu‟abbad

Larangan mu‟abbad adalah halangan perkawinan yang bersifat abadi. Sedangkan Ghairu mu‟abbad tidak abadi.Larangan perkawinan tersebut didasarkan dalam firman Allah dalam surat An- nisa ayat 23:

اًرْقَمَو ًحَشِداَف َناَك ُهَنِإ َفَلَس ْذَق اَم لاِإ ِءاَسِّنلا َنِم ْمُكُؤاَتآ َخَكَن اَم اىُذِكْنَذ لاو

لايِثَس َءاَسَو

(

٢٢

)

ْمُكُذاَمَّعَو ْمُكُذاَىَخَأَو ْمُكُذاَنَتَو ْمُكُذاَهَمُأ ْمُكْيَلَع ْدَمِّشُد

ْمُكُذاَىَخَأَو ْمُكَنْعَضْسَأ يِذلالا ُمُكُذاَهَمُأَو ِدْخلأا ُخاَنَتَو ِرلأا ُخاَنَتَو ْمُكُذلااَخَو

يِف يِذلالا ُمُكُثِئاَتَسَو ْمُكِئاَسِن ُخاَهَمُأَو ِحَعاَضَشلا َنِم

ُمُكِئاَسِن ْنِم ْمُكِسىُجُد

ُمُكِئاَنْتَأ ُلِئلاَدَو ْمُكْيَلَع َحاَنُج لاَف َنِهِت ْمُرْلَخَد اىُنىُكَذ ْمَل ْنِإَف َنِهِت ْمُرْلَخَد يِذلالا

َناَك َهَللا َنِإ َفَلَس ْذَق اَم لاِإ ِنْيَرْخلأا َنْيَت اىُعَمّْجَذ ْنَأَو ْمُكِتلاْصَأ ْنِم َنيِزَلا

ُفَغ

اًمّيِدَس اًسى

(

٢٢

Artinya“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudarasaudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan

bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

a. Nasab (keturunan) Berdasarkan ayat di atas, wanita-wanita yang haram dinikahi untuk selamanya karena pertalian nasab adalah: 1. Ibu: Yang dimaksud ialah perempuan yang ada hubungan darah

dalam garis keturunan garis ke atas, yaitu ibu, nenek (dari pihak ayah maupun ibu dan seterusnya ke atas.

2. Anak perempuan: yaitu wanita yang mempunyai hubungan darah dalam garis lurus ke bawah, yakni anak perempuan, cucu perempuan, baik dari anak laki-laki maupun anak perempuan dan seterusnya kebawah.

3. Saudara perempuan , baik seayah seibu, seayah saja maupun seibu saja.

4. Bibi: yaitu saudara perempuan ayah atau ibu, baik saudara sekandung ayah atau seibu dan seterusnya ke atas.

5. Kemenakan (keponakan) perempuan: yaitu anak perempuan saudara laki-laki atau saudara perempuan dan seterusnya ke atas.35

b. Hubungan susuan

Perkawinan terlarang karena adanya hubungan susuan, yaitu hubungan yang terjadi karena seorang anak kecil menyusu kepada ibu selain ibu kandungnya sendiri. Hal itu dikarenakan air susu yang dia minum akan menjadi darah daging dan membentuk tulang-tulang anak. Penyusuan itu dapat menumbuhkan perasaan keanakan dan keibuan antara kedua belah pihak. Maka dari itu posisi ibu susuan dihukumi sebagai ibu sendiri

Wanita-wanita yang diharamkan dinikahi karena adanya hubungan sesusuan adalah:

35Mardani Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Mosern, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2011), 12.

1. Ibu Susuan, yaitu ibu yang pernah menyusui, maksudnya seorang wanita yang pernah menyusui seorang anak, dipandang sebagai ibu bagi anak yang disusui itu, sehingga haram melakukan perkawinan

2. Nenek susuan, yaitu ibu dari yang pernah menyusui atau ibu dari suami yang menyusui itu, suami dari ibu yang menyusui itu dipandang seperti ayah bagi anak susuan sehingga haram melakukan perkawinan.

3. Bibi susuan, yakni saudara perempuan ibu susuan atau saudara perempuan suami ibu susuan dan seterusnya ke atas.

4. Kemenakan susuan perempuan, yakni anak perempuan dari saudara ibu susuan.

5. Saudara susuan perempuan, baik saudara seayah kandung maupun seibu saja. Sebagai tambahan penjelasan sekitar susuan ini dapat dikemukakan :

a) Yang dimaksud dengan susuan yang mengakibatkan keharaman perkawinan ialah susuan yang berikan pada anak yang memang masih memperoleh makanan dan air susu.

b) Mengenai berapa kali seorang bayi menyusui pada seorang ibu yang menimbulkan keharaman perkawinan seperti keharaman hubungan nasab.

c. Hubungan perkawinan semenda

Hubungan Perkawinan Semenda Adapaun halangan karena perkawinan atau semenda adalah :

a. Ibu mertua (ibu dari istri)

b. Anak perempuan dari isteri dengan ketentuan istrinya sudah di gauli

c. Perempuan yang telah di kawini oleh anak laki-laki.

d. Perempuan yang telah dikawini oleh ayah atau ibu tiri

Persoalan dalam hubungan mushaharah ini adalah apakah keharaman itu di sebabkan karena semata-mata akad (perkawinan) yang sah, Atau dapat juga di karenakan

perzinaan. Imam Syafi‟I berpendapat bahwa larangan perkawinan karena mushaharah hanya disebabkan oleh semata-mata akad saja, tidak bias karena perzinaan, dengan alasan tidak layak perzinaan yang dicela itu disamakan dengan hubungan mushaharah. Sebaliknya, Imam Abu Hanifah bependapat bahwa larangan perkawinan karena mushaharah, disamping disebabkan akad yang sah, juga disebabkan karena perzinaan.36

d. Wanita yang dinikahi karena sumpah li‟an

Seorang suami yang menududuh istrinya berbuat zina tanpa mendatangkan empat saksi, maka suami diharuskan besumpah empat kali dan yang kelima kali dilanjutkan dengan menyatakan bersedia menerima laknat Allah apabila tindakanya itu dust.Istri yang mendapat tuduhan itu bebas dari hubungan zina kalo mau bersumpah seperti suami diatas empat kali dan yang kelima kalinya diteruskan bersedia mendapat laknat bila tuduhan itu benar.37Apabila terjadi sumpah li‟an.

َف ْمُهُسُفْنَأ لاِإ ُءاَذَهُش ْمُهَل ْنُكَي ْمَلَو ْمُهَجاَوْصَأ َنىُمْشَي َنيِزَلاَو ِهَللاِت ٍخاَداَهَش ُعَتْسَأ ْمِهِذَدَأ ُجَداَهَش ( َنيِقِداَصّلا َنِمَّل ُهَنِإ 6 ( َنيِتِراَكْلا َنِم َناَك ْنِإ ِهْيَلَع ِهَللا َحَنْعَل َنَأ ُحَسِماَخْلاَو ) 7 اَهْنَع ُأَسْذَيَو ) ْلا َنِمَّل ُهَنِإ ِهَللاِت ٍخاَداَهَش َعَتْسَأ َذَهْشَذ ْنَأ َباَزَعْلا ( َنيِتِراَك 8 اَهْيَلَع ِهَللا َةَضَغ َنَأ َحَسِماَخْلاَو ) َنيِقِداَصّلا َنِم َناَك ْنِإ

Artinya: Danorang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima; bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah, sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta, dan (sumpah) yang kelimd; bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. 38

e. Wanita haram dinikahi tidak untuk selamanya

36Tihami, Fikih Munakahat, (Jakarta; Rajawali Press, 2010) cet.2, 69.

37Ibid, 71 38

Wanita-wanita yang haram dinikahi tidak untuk selamanya(bersifat semntara) adalah sebagai berikut.

1) Dua perempuan bersaudara haram dikawini oleh seorang laki-laki dalm satu waktubersamaan; maksudnya mereka haram dimadu dalam waktu bersamaan.

Apabila mengaawini mereka berganti-ganti, seperti seorang mengawini wanita, kemudian wanita tersebut meningeal atau dicerai, maka laki-laki itu boleh mengawini adik atau kakak perempuan dari wanita yang telah meninggal dunia tersebut.

2) Wanita yang terikat perkawinan dengan laki-laki lain haram dinikahi oleh seorang laki-laki.

3) Wanita yang sedang dalam idah, baik idah cerai maupun idah ditinggal mati berdasarkan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 228 dan 223.

4) Wanita yang ditalak tiga haram kawin lagi dengan bekas suaminya, kecuali udah kawin lagi dan telah berhubungan kelamin serta dicerai oleh suami terahir itu dan telah habis masa idahnya berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 229-230. 5) Wanita yang sedang melakukan ihram baik ihram umrah maupun

ihram haji tidak boleh dikawini.

6) Wanita musyrik, haram dinikahi. Maksud wanita musyrik ialah yang menyembah selain Allah. Ketentuan ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 24. Adapun wanita ahli kitab, yakni wanita Nasrani, Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat

Dokumen terkait