• Tidak ada hasil yang ditemukan

Larangan Simbol Keagamaan di Eropa: Kasus Jilbab, Niqab dan Burqa

BAB II Islam di Eropa dan European Court of Human Rights

B. Larangan Simbol Keagamaan di Eropa: Kasus Jilbab, Niqab dan Burqa

C. Islam di Perancis

D. European Court of Human Rights

BAB III Pelarangan Jilbab di Sekolah serta Niqab dan Burqa di Perancis 2004 - 2013

21 1) Pelarangan Jilbab di Sekolah tahun 2004 di Perancis 2) Larangan Penggunaan Niqab dan Burqa di Perancis

tahun 2010

B. Pro dan Kontra Larangan Jilbab di Sekolah serta Niqab dan Burqa di Perancis 2004 – 2013

1) Respon Masyarakat Perancis terhadap Larangan Jilbab di Sekolah dan Niqab serta Burqa di Perancis

2) Respon Dunia Internasional terhadap Larangan Jilbab di Sekolah dan Niqab serta Burqa di Perancis

BAB IV Dukungan European Court of Human Rights bagi Pelarangan Jilbab di Sekolah dan Burqa di Perancis (2004 – 2013)

A. Perlindungan European Court of Human Rights bagi Paham Sekularisme Perancis dari Ancaman Jilbab, Niqab dan Burqa B. Pengaruh Integrasi Eropa dalam Dukungan European Court of

Human Rights terhadap Pelarangan Jilbab, Niqab dan Burqa bagi Perancis

BAB V Penutup

22

BAB II

Islam di Eropa dan European Court of Human Rights

A. Pertumbuhan Muslim di Eropa

1) Pertumbuhan Populasi Muslim di Eropa Pasca Perang Dunia ke-2

Eropa merupakan sebuah benua yang memiliki jumlah populasi lebih dari 700 juta jiwa di tahun 2013 dan menjadi benua ketiga terpadat setelah Asia dan Afrika dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen.46 Namun, selain Kristen, tedapat pula agama lain yang saat ini tengah berkembang di Eropa yaitu Islam. Terdapat sekitar lebih dari 20 juta jiwa penduduk Eropa yang memeluk agama Islam dan itu menjadikan Islam sebagai agama kedua di Eropa.47

Terdapat 10 juta imigran dari negara-negara Muslim tinggal di Eropa dan di antara mereka melahirkan anak dengan status sebagai warga negara di salah satu negara di Eropa.48 Tidak hanya itu, bahkan di tahun 2007, agama Islam bahkan menjadi agama mayoritas di kalangan imigran dan kelompok agama terbesar kedua dari masyarakat Eropa. Masyarakat Muslim terbesar ditemukan di Perancis, Jerman dan Inggris, dan laju pertumbuhan mereka stabil serta memiliki kecenderungan

46 Europe Population 2013, 6 Maret 2014, diakses pada 17 Juni 2014,

http://www.worldpopulationstatistics.com.

47 Kristin Archick, Paul Belkin, Carl Ek et al,

Muslims in Europe: Promoting Integration and Countering Extremism, (Congressional Research Service, 2011), 3.

48 Gilles Kepel,

The War for Muslim Minds: Islam and the West. (Harvard University Press, 2004), 249.

23 meningkat setiap tahunnya.49 Sebagian besar Muslim yang tinggal di Eropa, terutama Eropa Barat, merupakan keturunan imigran yang kebanyakan dari mereka berasal dari migrasi ekonomi yang terjadi tahun 1950-an, 1960-an dan 1970-an.50

Gelombang imigrasi yang terjadi di Eropa merupakan efek dari perang dunia kedua dan gejolak politik yang terjadi di Eropa Timur, Timur Tengah dan wilayah lain.51 Imigrasi Muslim besar-besaran di Eropa dimulai ketika pada periode pasca-perang terjadi perekrutan pekerja dari selatan dan tenggara Eropa, dan kemudian dari Anatolia (Turki) yang dilakukan untuk memperluas pasar tenaga kerja.52 Negara-negara di Eropa mengalami gelombang migrasi besar pada awal tahun 1950-an. Gerakan migrasi terjadi dari bagian Eropa Selatan, negara-negara Mediterania non-Eropa dan negara-negara bekas koloni menuju ke Barat dan non-Eropa Utara. Alasan terjadinya gerakan migrasi ini dikarenakan adanya ekspansi besar perekonomian yang merupakan rekonstruksi perekonomian negara-negara Eropa Utara ditambah dengan kurangnya tenaga kerja yang terampil serta de-kolonisasi para mantan penguasa kolonial.53

49 Katrine Anspaha, ―The Integration of Islam in Europe: Preventing the radicalization of Muslim

diasporas and counterterrorism policy,‖ ECPR Fourth Pan-European Conference on EU Politics (2008): 2.

50 Anspaha. ―The Integration of Islam in Europe,‖ 3.

51 Jack Citrin dan John Sides, ―Immigration and the Imagined Community in Europe and the United

States,‖ Political Studies vol 56 (2008): 34.

52 Dr. Christine Schirrmacher, ―Muslim Immigration to Europe – The Challenge for European Societies – Human Rights – Security Issues – Current Developments,‖ MBS – Texte (2008): 106.

53 Christian Dustmann dan Tommaso Frattini,‖ Immigration: The European Experience,‖

Norface Migration No. 2012-01, (2012): 5.

24 Perpindahan penduduk dari bekas negara-negara koloni ke negara-negara penjajah terjadi akibat pemberian hak oleh negara bekas penjajah kepada bekas negara yang terjajah. De-kolonisasi membiarkan orang Eropa yang telah menetap di wilayah bekas koloni, bahkan yang telah menikah dengan penduduk pribumi bermigrasi kembali setelah pemerintahan kolonial telah berhenti. Selama periode ini, negara-negara seperti Belanda menerima imigran dari Indonesia pada tahun 1950an dan dari Suriname di awal tahun 1970an, Inggris menerima imigran dari Karibia, Asia dan Afrika Timur. Setelah perang Aljazair pada tahun 1962, Perancis menerima satu juta penduduk Aljazair yang berasal dari Eropa serta banyak imigran Afrika Utara.54

Gelombang imigrasi besar yang terjadi di Eropa perlahan mulai menunjukkan penurunan ketika terjadi krisis minyak di tahun 1973 yang menyebabkan penurunan ekonomi dan peningkatan angka pengangguran di sebagian besar negara-negara Barat dan Eropa Utara. Meskipun demikian, imigrasi tidak berhenti setelah tahun 1973. Banyak imigran menetap lebih permanen dan bergabung dengan keluarga mereka. Akibatnya, terjadilah migrasi ke Eropa Utara antara tahun 1973 dan 1985 dengan alasan reunifikasi keluarga.55

Gerakan demokrasi besar selanjutnya terjadi pada tahun 1980-an ketika terjadi liberalisasi kebijakan di Uni Soviet dan ditambah dengan runtuhnya tembok Berlin di

54 James R. McDonald, ―The Repatriation of French Algerians 1962-63,‖ dalam Immigration: The European Experience, ed. Christian Dustmann & Tommaso Frattini, Norface Migration No. 2012-01, (2012): 6.

25 tahun 1989. Pada tahun 1989, populasi Muslim meningkat 142.35% dan memiliki rata-rata tahunan yang meningkat pada angka 6.4%.56 Liberalisasi yang terjadi memunculkan gerakan imigrasi yang besar dari Timur ke Barat. Di tahun 1990 hingga tahun 2000-an, jumlah Muslim di Eropa meningkat lebih dari 5 juta jiwa.57 Bahkan semenjak tahun 1990 hingga tahun 2010, jumlah populasi Muslim di Eropa mengalami kenaikan 10 juta jiwa.58

2) Kondisi Minoritas Muslim di Eropa Pasca 9/11

Pasca peristiwa penyerangan yang terjadi di World Trade Center (WTC), Amerika Serikat pada 11 September 2001, banyak negara yang memperketat sistem keamanan mereka untuk menjaga negara mereka dari ancaman terorisme, tidak terkecuali negara-negara di Eropa. Semenjak peristiwa 9/11, Uni Eropa telah menangkap lebih dari 20 kali jumlah tersangka teroris di Amerika. Angka tersebut membuat Muslim di Eropa sering dipandang sebagai musuh asing. Bahkan hampir di seluruh negara di Eropa memperluas kajian hukum negara mereka untuk meredam ancaman potensial, terutama terorisme, yang akan timbul dari populasi Muslim di masing-masing negara di Eropa.59

56 Shayla B. Campbell, ―The Conflicts of Euro-Islam: The issues of immigration and integration of Muslims into European Society,‖ (Senior Thesis., Trinity College Digital Repository, 2012), 7.

57Ceri Peach, ―Muslim Integration: Challenging Conventional Wisdom in Europe and the United States,‖(The Center for Strategic and International Studies, 2007): 13.

58 Angka berasal dari laporan Pew Forum yang memperkirakan tingkat pertumbuhan antara populasi

Muslim di seluruh dunia dan memberikan proyeksi penduduk untuk tahun 2020 dan 2030. Sebuah laporan tahun 2009 oleh Pew Forum, "Mapping the Global Muslim Population

(http://pewforum.org/Muslim/Mapping- the-global-Muslim-Population.aspx) dalam Muslim Networks and Movements in Western Europe oleh Pew Forum on Religion & Publik Life

59 Jocelyne Caesari, ―The Securitisation of Islam in Europe,‖

CHALLENGE Research Paper no. 15 (2009): 11.

26 Peristiwa terorisme yang terjadi setelah peristiwa 9/11 juga memunculkan persepsi yang menganggap bahwa Islam merupakan ancaman politik internasional.60 Dengan munculnya persepsi bahwa Islam merupakan ancaman politik internasional, terlebih lagi ditambah dengan pengeboman yang terjadi di Eropa, tepatnya di Madrid, 11 Maret 2004 dan London pada 11 November 2005 serta pembunuhan sutradara Belanda dengan tersangka seorang ekstrimis Islam,61 membuat hubungan minoritas Muslim yang tinggal di Eropa dengan penduduk mayoritas seakan memiliki sebuah kesenjangan yang memisahkan keduanya dan juga memicu timbulnya tindakan diskriminatif dan rasialis terhadap kaum minoritas Muslim di sana.62

Di Eropa sendiri, tindakan diskriminatif yang dilakukan etnis mayoritas terhadap etnis minoritas Muslim meningkat terutama pasca peristiwa 9/11. Bahkan tindakan diskriminatif yang terjadi di Eropa tidak hanya dilakukan oleh masyarakat sipil tetapi juga dilakukan oleh pihak kepolisian. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya pemeriksaan terhadap etnis minoritas. Setiap etnis minoritas, terutama yang terlihat sebagai seorang Muslim, diberhentikan ketika sedang di jalan dan kemudian mereka diminta untuk menunjukan surat-surat identitas mereka. Tidak hanya itu, tetapi para minoritas Muslim yang ada di Eropa seakan menjadi target utama dari

60 Jocelyne Caesari,

When Islam and Democracy Meet: Muslims in Europe and in the United States, (New York: Palgrave MacMillan, 2004), 21.

61 Julia M. Woesthoff,

Encyclopedia of Race, Ethnicity, and Society: Muslims in Europe. (Thousand Oaks: SAGE Publikations Inc,2008), 6.

62Craig S. Smith, ―Racism Up After 9/11, European Monitor Says,‖ 11 Desember 2002, diakses pada

27 polisi.63 Minoritas Muslim yang bermukim di Eropa mengalami tindakan yang diskriminatif terhadap mereka baik itu di sekolah, tempat bekerja maupun lingkungan rumah mereka. Di Perancis dan Inggris, orang yang memiliki nama berbau Islam dan yang merupakan keturunan dari negara mayoritas Muslim kurang disukai untuk panggilan interview pekerjaan. Hal tersebut membuat tingkat pengangguran umat Muslim di beberapa negara Eropa lebih tinggi ketimbang warga non-Muslim.64

Dalam sistem pendidikan, posisi Muslim di Eropa juga sangat tidak diuntungkan karena sistem pendidikan yang diterima tidak lebih baik dari penduduk non-Muslim.65 Hal tersebut dapat dibuktikan dengan laporan dari Federasi Internasional Helsinki untuk Hak Asasi Manusia di tahun 2005 yang menunjukan bahwa tingkat ketidakpercayaan, permusuhan dan prasangka buruk terhadap Muslim sudah pada level mengkhawatirkan semenjak terjadinya aksi terorisme pada September 2001 di Amerika Serikat.66

Masih banyak bentuk tindakan diskriminatif maupun rasialis yang dialami oleh kaum minoritas Muslim di Eropa selain yang disebutkan di atas di antaranya seperti pelecehan terhadap wanita Muslim yang mengenakan jilbab, penyerangan masjid, pengerusakan makam umat Islam dan kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk

63 Thomas Hammarberg,

Human rights in Europe: no grounds for complacency, (Council of Europe Publishing, 2011), 32.

64

Hammarberg, ―Human rights in Europe,‖ 38. 65Hammarberg, ―Human rights in Europe,‖ 38.

66Zuhal Yesilyurt Gündüz, ―Europe and Islam: No Securitization, Please!,‖

Berlin: Friedrich-Ebert-Stiftung, (2007): 1.

28 membatasi aktivitas umat Muslim.67 Namun, meskipun terjadi peningkatan dari jumlah perlakuan diskriminatif dan rasialis yang diterima Muslim minoritas di Eropa, akan tetapi jumlah pemeluk agama Islam juga semakin meningkat pasca terjadinya serangkaian peristiwa terorisme di benua biru tersebut. Sejak tahun 1950 hingga tahun 2010, Muslim di Eropa selalu menunjukan angka yang meningkat.68

Tabel 1. Pertumbuhan Populasi Muslim di Eropa dari tahun 1950 sampai 201069

1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010

Populasi 547,424,812 604,423,268 655,996,572 692,899,864 720,758,128 726,156,921 732,729,325 Muslim% 1.97 2.22 3.04 3.57 4.43 5.14 5.74 Muslim 10,765,329 13,426,084 19,918,426 24,726,900 31,939,389 37,323,169 42,052,753

Tabel di atas menunjukan adanya peningkatan yang stabil dari populasi Muslim sejak tahun 1950 hingga 2010. Peningkatan yang terjadi dalam kurun waktu lebih dari setengah abad tersebut memiliki peningkatan populasi mulai dari 2,5 juta hingga 7 juta jiwa. Peningkatan terbesar Muslim yang berada di Eropa terjadi dalam di tahun 1980 hingga 1990 dengan jumlah kenaikan sebesar 7,212,489 jiwa atau sekitar 0.86% dari total kenaikan populasi penduduk di Eropa di tahun yang sama. Selain tabel di atas, beberapa penelitian lain juga menunjukan bahwa jumlah populasi Muslim mengalami peningkatan di Eropa pasca peristiwa 9/11. Di 2000, 2007 dan 2008 jumlah populasi Muslim di negara-negara Eropa mengalami peningkatan.

67 Justin Vaisse, Muslims in Europe: A short introduction,‖

Brookings Institution: Center on the United States and Europe, (2008): 6.

68Houssain Kettani, ―Muslim Population in Europe: 1950 –2020,‖

International Journal of Environmental Science and Development vol. 1, No. 2, (Juni 2010): 162.

29

Gambar 1. Diagram Populasi Muslim di beberapa Negara Eropa.70

Dari diagram di atas, peningkatan populasi Muslim di beberapa negara di Eropa dalam kurun waktu 8 tahun sejak tahun 2000 menunjukan persentase kenaikan yang cukup signifikan di tahun 2007, terutama Perancis. Peningkatan yang terjadi pada populasi Muslim di Eropa pasca peristiwa 9/11 disebabkan oleh tingginya angka kelahiran populasi Muslim yang ada disana, terutama dari para imigran Muslim.71

70 Eric Kaufmann, ―The Demography of Islam in Europe,‖ diakses pada 26 April 2014, http://www.sneps.net;.

71Jehu Lentius, ―Islam-EU demographics Islamic growth rates‖, diakses pada 26 Juni 2014,

30

B. Larangan Simbol Keagamaan di Eropa: Kasus Jilbab, Niqab dan Burqa Islam merupakan populasi terbesar kedua di Eropa setelah Kristen dan di antara keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan antara Islam dan Kristen memunculkan benturan antara kedua populasi yang menetap di Eropa. Benturan yang terjadi antara Kristen dan Islam di Eropa memberikan posisi yang kurang menguntungkan bagi Muslim yang bermukim di Eropa karena mayoritas penduduk Muslim di Eropa merupakan imigran dan keturunan imigran yang bermigrasi pasca berakhirnya perang dunia ke-2.

Beberapa permasalahan muncul di antara kaum mayoritas dan minoritas Muslim di Eropa seperti Islamophobia, identitas, makanan, aktivitas keagamaan dan juga permasalahan simbol keagamaan.72 Dari beberapa masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang belakangan ini tengah menjadi topik perbincangan di Eropa bahkan dunia karena permasalahan tersebut menimbulkan ketegangan antara minoritas Muslim dengan penduduk mayoritas di Eropa. Permasalahan itu adalah mengenai larangan penggunaan simbol keagamaan yang awalnya diberlakukan bagi seluruh agama di beberapa negara di Eropa namun dalam pengaplikasiannya justru hanya mengarah bagi Muslim.73

Permasalahan mengenai simbol agama di ruang publik telah menimbulkan banyak perdebatan dalam ruang lingkup kebebasan beragama dan juga netralitas

72Caesari, ―When Islam and Democracy Meet‖, 15.

73Anastasia Vakulenko, ― `Islamic Headscarves' and the European Convention On Human Rights: an

31 pemerintah di berbagai negara di Eropa.74 Secara khusus, muncul kekhawatiran mengenai penggunaan pakaian yang terkait dengan agama-agama yang berasal dari imigran, yaitu jilbab dan turban75 di berbagai tempat seperti sekolah, tempat kerja dan ruang sidang, atau gambar yang tertera pada dokumen resmi. Namun, permasalahan pemakaian simbol-simbol keagamaan di beberapa negara Eropa, seperti Jerman, Italia, Spanyol, dan Swiss tidak berlaku bagi penggunaan salib di sekolah-sekolah, ruang sidang, dan bangunan publik lainnya.76 Pemberlakuan larangan simbol agama di ruang publik di beberapa negara di Eropa dikarenakan oleh alasan kebebasan beragama, sekularisme dan ketertiban dan keamanan publik.77

Jilbab adalah pakaian bagi wanita Muslim yang menutupi bagian kepala, leher hingga dada namun tidak menutupi wajah. Jilbab merupakan pakaian Islami yang paling banyak digunakan oleh para wanita Muslim.78 Selain jilbab, terdapat pula niqab dan burqa. Niqab adalah pakaian wanita yang menutupi hampir seluruh bagian tubuh dan hanya menyisakan bagian sekitar mata saja.79 Sedangkan burqa adalah pakaian Islam yang paling tertutup. Burqa merupakan pakaian yang menutupi seluruh

74Isabelle Rorive, ―Religious Symbols in the Publik Space: in Search of a European Answer”,Yeshiva University: Cardozo Law Review vol. 30:6 (2009): 2669.

75 Turban merupakan salah satu pakaian keagamaan yang dipakai oleh Muslim, penganut Hindu dan

kepercayaan Sikh. Turban merupakan penutup kepala yang terbuat dari sehelai kain panjang yang dililitkan berkali-kali dikepala. Cambridge Dictionaries Online, diakses pada 21 Desember 2014, http://dictionary.cambridge.org/dictionary/british/turban.

76Rorive, ―Religious Simbols in the Publik Space‖, 2670. 77Rorive, ―Religious Simbols in the Publik Space‖, 2670.

78What is the Hijab and Why do Women Wear it‖, diakses pada 29 November 2014, http://arabsinamerica.unc.edu/identity/veiling/hijab/;.

79Bint Ahmad, ―Its Islamic Ruling and Controversy in the Western world,‖the London Open College,

32 badan termasuk kepala dan wajah dan hanya menyisakan lubang-lubang kecil di bagian mata.80

Gambar 2. Perbedaan jilbab, niqab dan burqa81

Selama lebih dari 20 tahun, penggunaan busana Muslim, terutama yang berkaitan dengan jilbab, niqab dan burqa, di ruang publik telah menjadi perdebatan yang sangat kompleks di Eropa.82 Di Eropa, isu larangan penggunaan jilbab, niqab dan burqa di ruang publik ini merupakan isu yang kontroversial sebab masyarakat mayoritas Kristen menganggap bahwa penggunaan jilbab, niqab dan burqa

80―What is the Hijab and Why do Women Wear it‖. 81

From hijab to burqa - a guide to Muslim headwear, 22 Oktober 2013, diakses pada 30 November 2014, http://www.channel4.com/news/from-hijab-to-burqa-a-guide-to-muslim-headwear.

82 Pew Global Attitudes Project, Islamic Extremism Common Concern for Muslim and Western

Publiks, (www.pewglobal.org/reports/display.php?PageID¼809); Leyla S¸ahin v. Turkey, Application no. 44774/98, below n. 15, para. 55–64.dalam ―The Islamic Vail and Freedom of Religion, the Right to Education and Work: a Survey of Recent International and national cases,‖ Chinese Journal of

33 merupakan suatu bentuk penindasan terhadap perempuan dan juga menunjukan ketidaksetaraan gender.83 Selain itu, seorang wanita Muslim yang memilih untuk menggunakan jilbab, niqab maupun burqa memiliki kecenderungan dianggap sebagai bagian dari anggota Islam fundamental atau bahkan sebagai teroris.84

Lebih dari lima negara besar di Eropa pernah melakukan larangan penggunaan jilbab, niqab dan burqa, baik itu di sekolah maupun di ruang publik. Berikut ini adalah kasus larangan simbol keagamaan, terutama penggunaan jilbab, niqab dan burqa di beberapa negara di Eropa.

1. Jerman.

Semenjak tahun 2004 hingga 2009, delapan negara bagian, Baden-Württemberg, Bavaria, Berlin, Bremen, Hesse, Lower Saxony, Rhine-Westphalia Utara, dan Saarland, telah menetapkan peraturan dan kebijakan untuk melarang guru-guru di sekolah umum untuk memakai item tertentu yang terkait dengan pakaian dan simbol keagamaan.85

Namun, dari delapan negara bagian yang melarang penggunaan simbol dan pakaian keagamaan, terselip lima negara yang membuat pengecualian bagi penggunaan simbol dan pakaian umat Kristen. Di Baden-Württemberg, negara melarang guru Muslim mengenakan jilbab

83 European Monitoring Centre on Racism and Xenophobia, ―Muslims in the European Union:

Discrimination and Islamophobia,‖ EUMC (2006): 40.

84 Manisuli Ssenyonjo, ―The Islamic Vail and Freedom of Religion, the Right to Education and Work:

a Survey of Recent International and national cases,‖Chinese Journal of International Law (2007): 657.

85Human Right Watch, ―Discrimination in the Name of Neutrality: Headscarf Bans for Teachers and

34 tetapi memungkinkan guru untuk mengenakan pakaian Kristen. Sedangkan peraturan di North Rhine-Westphalia Utara serupa dengan yang terjadi di Baden-Württemberg. Di Bavaria juga memungkinkan kebiasaan biarawati, sementara melarang pemakaian jilbab.86

2. Belgia.

Pada tahun 2011, negara ini memperkenalkan peraturan yang melarang penggunaan jilbab, niqab dan burqa di tempat umum.87 Di sekolah-sekolah di Belgia pun hampir lebih dari 95% menerapkan larangan penggunaan burqa sebagai larangan internal sekolah mereka bagi siswi wanita.88 Dalam proses pengesahannya, mayoritas anggota parlemen mendukung larangan penggunaan jilbab dan burqa dengan total suara sebanyak 134 anggota yang memberi dukungan dan dua anggota abstain.89 3. Spanyol.

Pada tahun 2010, penggunaan larangan niqab dan burqa di berlakukan di Spanyol, lebih tepatnya di kota Catalonia dan Andalusia, di mana kedua kota tersebut menjadi dua kota dengan konsentrasi penduduk imigran Muslim terbesar di Spanyol. Bahkan Menteri Kehakiman Spanyol pada saat itu, Francisco Camano, mengklaim bahwa penggunaan burqa tidak

86Viviane Teitelbaum, ―The European Veil Debate‖,

Israel Journal of Foreign Affairs vol. 1, (2011): 96.

87Marie Haspeslagh, ―The Belgian Burqa Ban: Unveiled from a Human Rights Perspective, (University of Ghent, 2012), 5.

88Teitelbaum, ―The European Veil Debate‖, 93.

35 sesuai dengan martabat manusia.90 Pada saat itu Partai Populer Konservatif di Spanyol juga menginginkan perpanjangan undang-undang tersebut dengan pemberlakuan di seluruh Spanyol.91

4. Inggris

Di Inggris, komentar mantan Sekretaris Negara untuk Kehakiman menuai reaksi yang kontroversial setelah di tahun 2006, Jack Straw mengkritik penggunaan jilbab. Kemudian, dalam kasus yang melibatkan sebuah sekolah dengan seorang pengajarnya yang menggunakan jilbab, ECtHR menyatakan bahwa sekolah tersebut dapat memecat guru tersebut. Kasus ini kemudian menyita perhatian Tony Blair yang pada saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri. Saat itu Tony Blair menyatakan bahwa jilbab merupakan sebuah tanda pemisah.92

5. Belanda

Di Belanda, perdebatan mengenai larangan penggunaan niqab dan burqa sudah ada sejak tahun 2007.93 Namun, Belanda baru memberlakukan larangan burqa pada tahun 2012. Hal tersebut menjadikan Belanda sebagai negara ketiga yang melarang burqa di Eropa.94 Dalam undang-undang larangan burqa di Belanda, apabila seorang wanita tertangkap menggunakan burqa di jalan, transportasi publik, sekolah ataupun rumah

90Teitelbaum, ―The European Veil Debate‖, 95. 91―The Islamic Veil Across Europe‖

, 22 September 2011, diakses pada 27 Juni 2014, http://bbc.com.

92Teitelbaum, ―The European Veil Debate‖, 96.

93 Application No. 43835/11

S.A.S. v. France in European Court of Human Right, (2012), 4; diunduh di http://www.opensocietyfoundations.org pada 19 Juli 2014.

94 Application No. 43835/11

36 sakit akan dikenakan denda sebesar £ 380. Namun, Belanda memberlakukan pengecualian dalam penerapan undang-undang tersebut. Pengecualian tersebut berlaku apabila wanita menggunakan burqa di masjid dan bagi wanita asing yang sedang transit di bandara internasional Belanda.95

6. Perancis

Di Perancis, isu mengenai larangan jilbab, niqab dan burqa telah ada

Dokumen terkait