• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Terjemaahn Teks Arab

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi seperti yang terjadi pada lingkup Asia tahun 1997 dan krisis ekonomi pada kancah global tahun 2008 memiliki dampak yang signifikan terhadap terganggunya stabilitas keuangan di beberapa negara. Hal ini karena perekonomian dunia memiliki keterkaitan satu sama lain. Negara Indonesia pun ikut terkena dampak dari krisis tersebut. Hal ini menjadi pelajaran yang berharga bagi Indonesia, karena terjadinya krisis ini dalam penanganannya membutuhkan biaya yang sangat besar dan memerlukan waktu yang lama untuk menciptakan kembali kepercayaan publik pada sistem dan lembaga keuangan (Kajian Statistik Keuangan, 2003).

Stabilitas keuangan itu sendiri merupakan sebuah kondisi dimana sebuah sistem keuangan atau negara dapat mengendalikan krisis keuangan yang muncul secara tiba-tiba dan terus menjalankan kegiatan operasionalnya pada periode tersebut (Sarker dan Nahar, 2018). Ikhtisar Bank Indonesia (2016) mendefinisikan sistem keuangan yang stabil sebagai

2

kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Sistem keuangan yang tidak stabil dan tidak berfungsi secara efisien dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, stabilitas sistem keuangan merupakan aspek yang penting dalam membentuk dan menjaga perekonomian berkelanjutan.

Menurut Simorangkir (2014) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi stabilitas sistem keuangan, yaitu faktor eksogen dan endogen.

Faktor eksogen adalah faktor yang berasal dari eksternal lembaga keuangan tersebut seperti variabel-variabel makroekonomi yang memiliki dampak yang sistemik. Sedangkan faktor endogen adalah faktor yang berasal dari internal lembaga keuangan seperti dari sisi manajemen internal dan nilai-nilai rasio keuangannya. Sesuai dengan penjelasan di atas, alat analisis yang digunakan oleh peneliti sebagai alat ukur stabilitas sistem keuangan adalah Composite Financial Stability Indeks (CFSI). CFSI sendiri berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi sistem finansial dan lingkungan dimana sistem tersebut diterapkan.

3

Penelitian ini menguji stabilitas sistem keuangan dari sektor perbankan dengan meggunakan metode stress test. Sebelum melakukan stress test, terlebih dahulu dilakukaan perhitungan stabilitas keuangan pada sektor perbankan konvensional dan sektor perbankan syariah di Indonesia. Kemudian, melihat faktor yang paling berpengaruh terhadap stabilitas keuangan.

Menurut Jones et al. (2004) Stress test sendiri merupakan metode yang digunakan untuk mengukur stabilitas keuangan melalui perhitungan risiko kredit.

Selain itu stress testing memberikan informasi tentang sifat sistem keuangan dalam kondisi krisis dan membantu mengambil kebijakan dalam menghitung tingkat kerentanan sistem keuangan. Jurion (2009:

266) dalam Munich (2013) menjelaskan bahwa tujuan dari adanya stress testing adalah untuk mengidentifikasi dari adanya potensi kerentanan.

Stress testing digunakan untuk melawan risiko, karena dengan menggunakan berbagai skenario dan sensitivy analysis dapat menguji kekuatan objek tersebut mampu bertahan. Stress testing dapat dideskripsikan sebuah proses yang digunakan untuk mengidentifkasi dan mengatur situasi yang dapat menyebabkan kerugian yang luar biasa. Selanjutnya

4

Moretti et al. (2008) menjelaskan selama satu dekade Internasional Monetary Fund (IMF) untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan sistem keuangan suatu negara yaitu dengan menggunakan stress test.

Oleh sebab itu, metode stress test menjadi sangat penting bagi otoritas keuangan dalam memastikan terjaganya stabilitas sistem keuangan dari adanya kemungkinan gejolak makroekonomi.

Adapun penelitian ini bertujuan menguji tingkat kerentanan sistem keuangan perbankan di Indonesia. Metode stress test yang digunakan berupa analisis sensitivity test dan analisis historical scenario test. Stress test berupa analisis sensitivity test digunakan untuk menganalisis stabilitas perbankan terhadap sebuah guncangan (single shock) yang berasal dari variabel makroekonomi. Sementara itu, stress test berupa analisis historical scenario test adalah forward-looking stress test yang digunakan untuk menganalisis stabilitas perbankan terhadap suatu skenario guncangan pada kondisi terburuk.

Perbankan sendiri dalam sistem keuangan nasional Indonesia adalah salah satu lembaga keuangan yang penting dalam menjaga stabilitas keuangan. Sampai saat ini perbankan masih menjadi tumpuan aktivitas ekonomi masyarakat terutama

5

sebagai sumber pendanaan dan penyimpanan dana.

Penurunan kondisi sektor perbankan berdampak buruk bagi perekonomian (Fitrotul, 2017). Sektor perbankan juga memiliki peran yang sangat besar terhadap sistem keuangan nasional sekarang ini terlihat dalam komposisi aset keuangan nasional seperti berikut ini:

Gambar 1.1.Komposisi Aset Lembaga Keuangan di Indonesi Tahun 2018

Sumber: Statistik Perbankan Indonesiatahun 2018 (data diolah)

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa lembaga keuangan perbankan mendominasi komposisi aset lembaga keuangan sebesar 80,27 persen. Asuransi menjadi lembaga keuangan terbesar kedua dengan aset sebesar 11,69 persen dan perusahaan pembiayaan menjadi lembaga keuangan terbesar ketiga dengan aset sebesar 5,12 persen.

80,27%

5,12%

0,11%

11,69% 2,61% 0,19%

Perbankan

Pers. Pembiayaan

Model Ventura

Asuransi

6

Lembaga keuangan lain seperti modal ventura, dana pensiun, dan lembaga perusahaan penjaminan hanya memiliki aset masing-masing tidak lebih dari tiga persen. Besarnya dominasi aset perbankan menjadikan lembaga keuangan ini memiliki pengaruh yang besar terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia.

Sistem perbankan di Indonesia yang diterapkan oleh Bank Indonesia adalah dual banking system. Dual banking system yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Dimana sistem ini terdiri dari sistem suku bunga perbankan dan sistem bagi hasil atau lebih dikenal dengan sistem tanpa bunga. Misalnya, Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk perbankan konvensional dan untuk perbankan syariah menerbitkan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) (Nugroho, 2014). Dengan perbedaan sistem tersebut, baik bank konvensional maupun bank syariah berjalan bersama-sama bersinergi memobilitas sumber daya yang dimiliki masyarakat untuk meningkatkan perekonomian secara nasional.

Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, hal ini dapat memperkuat

7

posisi perbankan syariah dalam mengembangkan sektor keuangan nasional.

Dari tahun ke tahun perbankan syariah mulai menunjukkan perkembangannya. Berdasarkan data statistik perbankan Indonesia dari Otoritas Jasa Keuangan (2018) Jumlah aset dan dana pihak ketiga perbankan syariah selalu mengalami kenaikan.

Otoritas Jasa Keuangan sendiri sebagai otoritas keuangan di Indonesia memiliki fokus terhadap pengembangan industri keuangan syariah. Hal ini menunjukan kepercayaan dan minat masyarakat atas jasa perbankan syariah terus meningkat. Bahkan dalam menghadapi krisis, dalam penelitian Nugroho dan Qizam (2014) disebutkan bahwa perbankan syariah dan krisis keuangan global mempunyai pengaruh signifikan terhadap stabilitas keuangan industri perbankan di Indonesia.

8

Gambar 1.2. Jumlah DPK dan ROA Perbankan Syariah 2014-2017

Sumber: Statistik Perbankan Syaiah Tahun 2014-2017 Saat ini pengaruh perbankan syariah terhadap stabilitas keuangan saat krisis semakin penting. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya minat masyarakat, efisiensi dan juga semakin baiknya kemampuan perbankan syariah dalam menjalankan operasionalnya. Namun, guna mengantisipasi terjadinya masalah keuangan pada perbankan maka perlu dilakukan analisis risiko keuangan yang nantinya akan berguna bagi semua pihak khususnya lembaga perbankan itu sendiri.

Adapun penelitian ini akan menjadikan variabel makroekonomi sebagai penggambaran

217.858 231.175 279.335 322.715 148.248 201.348 225.804 267.570 124.405 155.894

163.306 173.695

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000

2014 2015 2016 2017

CAR Perbankan Syariah ROA Perbankan Syariah DPK Perbankan Syariah

9

kondisi ekonomi makro yang akan mengakibatkan kejadian yang masuk akal yang akan menekan pada pertumbuhan (Munich, 2013: 139). Dalam hal ini variabel makroekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI Rate, Inflasi, jumlah uang beredar M2, dan Indeks Harga Saham (IHSG).

Adapun variabel makroekonomi tersebut sebagai variabel independen dalam penelitian ini.

Berdasarkan berbagai pemaparan di atas dan menyadari bahwa stress test merupakan hal yang penting dalam menjaga stabilitas keuangan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Macroeconomic Stress Testing terhadap Stabilitas Keuangan Indonesia Tahun 2010-2018”

Dokumen terkait