• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Konsep Fahim Khan dan Pendekatan yang dipakai

EKONOMI ISLAM KONTEMPORER

A. Latar Belakang Konsep Fahim Khan dan Pendekatan yang dipakai

Tulisan Fahim Khan dilatarbelakangi oleh pengamatannya terhadap kegagalan strategi pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang yang mengadopsi teori-teori pembangunan ekonomi yang dirumuskan oleh ahli ekonom barat. Ia secara khusus menyebut Indonesia, Banglades dan Pakistan. Dalam kasus di Indonesia misalnya, stratregi pembangunan yang dipakai adalah strategi neoklasik yang diusung oleh Robert Solow, Paul samuelson dan juga Milton Friedmann. Strategi ini menitik beratkan pada pembangunan berpola industrialisasi secara besar-besaran dengan keyakinan akan adanya trickle down effect (efek rambatan) yang dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat. Strategi ini dibuktikan dengan suksesnya Program Marshall Plan dalam rekonstruksi negara-negara Eropa Pasca Perang Dunia II.1

Fahim Khan menyoroti strategi pembangunan ekonomi neoklasik tersebut dari sisi cara mengatasi masalah tenaga kerja yang melimpah di tengah keterpurukan ekonomi. Strategi pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang

1 Wahyu Budi Nugroho, Industrialisasi Orde Baru Tumbuh dengan

Kemiskinan, http://kolomsosiologi.blogspot.com/2011/03/industrialisasi-orde-baru.html, 12 Maret 2011.

padat penduduk ini bertumpu pada masalah banyaknya surplus tenaga kerja dengan kondisi upah yang memprihatinkan. Dengan industrialisasi besar-besaran, pembangunan diarahkan untuk menciptakan sebanyak-banyaknya lapangan kerja di sektor formal guna menyerap seluruh surplus tenaga kerja, dan membawa negara menuju sebuah kondisi di mana perekonomian tertata sedemikian

rupa dan bergerak maju dalam proses pembangunan

berkelanjutan.2

Konsep Fahim Khan juga dilatarbelakangi terjadinya akumulasi modal besar-besaran sebagai konsekuensi dari strategi industrialisasi tersebut. Penciptaan lapangan kerja lewat melalui industrialisasi ini memerlukan akumulasi modal melalui mobilisasi tabungan atau bahkan dengan pinjaman dari luar negeri. Kalangan pemodal diharapkan dapat berinvestasi sebesar-besarnya. Diperlukan kebijakan yang dapat meningkatkan keuntungan kelompok kapitalis ini dengan berbagai insentif fiskal dan moneter dengan tetap mempertahankan upah dalam tingkat minimal.3

Fahim Khan menyoroti strategi investasi berkelanjutan dari surplus kapitalis ke dunia industri yang diyakini membawa perekonomian ke sebuah fase di mana semua surplus tenaga kerja dapat terserap yang menjadikan kaum kapitalis tidak mungkin lagi untuk tetap mempertahankan upah pada tingkat upah minimal

2 Fahim Khan, Essays in Islamic Economics, Leicester: The Islamic Foundation, 1995, hlm. 98.

(subsisten). Tekanan-tekanan dari sisi penawaran tenaga kerja akan memaksa upah naik. Ini akan menjadi titik balik bagi perekonomian atau fase tinggal landas. Seterusnya ekonomi sudah tertata sedemikian rupa menuju pertumbuhan berkelanjutan yang meningkatkan ketersediaan lapangan kerja serta meningkatkan upah dalam perekonomian.4

Kegagalan strategi tersebut dalam analisis Fahim Khan karena lebih terfokus pada penyerapan tenaga kerja sektor formal yang mempersyaratkan investasi besar dari kalangan pemodal.

Strategi ini kurang mendukung ketersediaan peluang

kewirausahaan rakyat yang mandiri. Penilaian akan kegagalan tersebut memunculkan konsep Fahim Khan tentang strategi pembangunan ekonomi Islam. Penciptaan peluang kewirausahaan dijadikan Fahim Khan sebagai kata kunci dalam konsepnya yang mengkritisi strategi konvensional dan mendukung strategi pembangunan ekonomi Islam.

Paling tidak ada tiga konteks yang melatar belakangi konsep Fahim Khan. Pertama konteks latar belakang kehidupan dan akademiknya. Kedua, tren pembangunan ekonomi kontemporer. Dan ketiga tren pengembangan ekonomi Islam. Setting latar belakang pendidikan Fahim Khan yang memiliki dasar keilmuan statistik di jenjang kesarjanaan awalnya, yang kemudian dikembangkan dengan bidang ilmu ekonomi. Serta keterlibatannya dalam pembuatan berbagai model, ikut memberi warna konsepnya

yang amat memperhatikan model matematika. Model matematika terkesan mensimplifikasi masalah dalam persamaan dan angka.

Dalam merumuskan gagasan ekonomi Islamnya, Fahim Khan memakai metode pemikiran retrospektif, sebagaimana dipakai oleh kebanyakan pemikir ekonomi Islam kontemporer. Metode ini berangkat dari penelaahan terhadap problematika ekonomi di dunia Islam dan berusaha mencari berbagai pemecahan terhadap persoalan-persoalan ekonomi umat dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah untuk mencari dukungan atas pemecahan-pemecahan tersebut dan mengujinya dengan memperhatikan petunjuk Tuhan.5 Pendekatan yang dipakai oleh Fahim Khan ini karena ia berupaya mencari solusi dengan memakai aturan normatif ekonomi Islam yang ia interpretasikan dalam model ekonomi makro.

Menurut Fahim Khan teknik menyediakan peluang kewirausahaaan ia sederhanakan dalam poin berikut:

1. Ketersediaan modal bagi rakyat yang akan memulai usaha, adanya sistem yang menjamin pembagian risiko yang adil antara pemilik modal dan wirausahawan.

2. Adanya sistem jaminan sosial yang dapat menopang kehidupan pelaku usaha sampai mereka berhasil dalam usaha mereka.6

5

Monzer Kahf, The Islamic Economy: Analytical of The Functioning

of The Islamic Economic System, Terj. Machnun Husein, “Ekonomi Islam

(Telaa Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, hlm. 12.

Dua hal tersebut jelas sandarannya dalam aturan ekonomi Islam. Yang pertama dengan prinsip mudlarabah. Yang kedua dengan filantrophi Islam. Dalam Alquran disebutkan bahwa Allah menghapus ria dan menyuburkan shadaqah. Penghapusan riba ini dimaknai menjadi penghapusan bunga dengan menggantinya dengan sistem bagi hasil ia pakai sebagai teknik pemberian modal berbasis bagi hasil. Sedangkan penyuburan sedekah menjadi pijakan untuk strategi jaminan sosial yang dapat mendorong orang berani melakukan aktivitas kewirausahaan. Dengan demikian Fahim Khan memiliki sandaran yang dipandang kuat untuk menformulasikan konsep strategi pembangunan ekonomi padat penduduk tersebut.

Fahim Khan dengan sandaran yang dipandang kuat ini mengandaikan kondisi ideal dengan prasyarat-prasyarat yang terkadang kurang memperhatikan realitas. Oleh karena itu metodenya lebih cenderung normatif ideologis. Pendekatan empiris ia pakai sekedar untuk memotret realitas yang penuh problem. Sementara pemecahan problemnya cenderung memakai norma yang idealis kurang mengurai akar penyebabnya secara empiris. Ini nampak dalam pernyataannya bahwa prasyarat-prasyarat tersebut belum terpenuhi dalam sistem ekonomi yang berporos pada sistem kapitalisme. Sistem berbasis bunga mendorong setiap orang akan lebih memilih mencari pekerjaan berupah tetap daripada risiko peluang bisnis. Sebaliknya, sistem Islam memiliki potensi untuk dapat memperluas peluang

kewirausahaan sehingga setiap individu memiliki pilihan apakah akan memilih pekerjaan berupah tertentu ataukah memanfaatkan peluang bisnis. Kata-kata berpotensi menunjukkan penegasan idealis yang belum teraktualisasikan.

Kerangka ekonomi berbasis bunga dinilai tidak menjamin terpenuhinya satu pun persyaratan-persyaratan tersebut, terutama di sebuah negara berkembang yang memiliki tenaga kerja berlimpah. Sebuah sistem berbasis bunga dinilai tidak menyediakan modal yang diperlukan untuk seorang wirausahawan potensial, kalaupun menyediakan disertai begitu banyak yang akan dipertaruhkan wirausahawan tersebut sehingga ia akan lebih memilih mencari pekerjaan berupah tetap daripada risiko peluang bisnis. Dalam realitasnya apakah demikian ? Fahim Khan tidak memperkuat bukti empisinya.

Sebaliknya, sistem Islam memiliki potensi untuk memenuhi persyaratan-persyaratan di atas dan memperluas peluang kewirausahaan sehingga individu yang bersangkutan memiliki pilihan apakah akan memilih pekerjaan berupah tetap ataukah memanfaatkan peluang bisnis. Pernyataan tersebut didasarkan pada pengandaian kondisi yang diidam-idamkan.

Untuk memperkuat koonsepsinya Fahim Khan memakai pendekatan matematis. Dengan model persamaan untuk memudahkan dan meyakinkan hubungan logis dari konsepnya. Ini dimaklumi mengingat fahim Khan banyak bergelut dengan statistika dan ekonometrika. Ia memimpin berbagai uji coba terkait

pengembangan model-model ekonometrika bagi perencanaan dan proyeksi ekonomi makro, juga memimpin riset terkait berbagai isu kebijakan ekonomi makro.7 Latar belakang ini menjadikan model konsepnya lebih bersifat proyektif dan ekonometris.

.

B. Analisis Implementasi Gagasan Fahim Khan dalam Diskursus