• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Masalah

Dalam dokumen cover Tesis Junianto oke (Halaman 145-149)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu keseluruhan usaha mentranspormasikan ilmu pengetahuan, ide, gagasan, norma, hukum, dan nilai-nilai kepada orang lain dengan cara tertentu, baik struktural formal, serta informal dan nonformal dalam suatu sistem pendidikan nasional.109 Pendidikan itu merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia. Pendidikan itu juga digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk pembangunan suatu bangsa. Kebesaran dan keberhasilan suatu bangsa sering diukur melalui sejauh mana masyarakatnya mengenyam pendidikan.

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta manajemen banyak memberikan konstribusi terhadap berbagai aspek kehidupan dan kelembagaan seperti dalam bidang ekonomi, pemerintahan, militer, kemasyarakatan dan pendidikan.

Selain itu, melalui pendidikan manusia dapat membangun kesejahteraan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pendidikan terutama pada anak-anak menuntut segala kekuatan kodrat yang ada sebagai manusia dan anggota masyarakat untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.110

Diketahui bahwa sebagai sebuah sistem, pendidikan mengandung

beberapa komponen yang antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Komponen pendidikan tersebut meliputi landasan, tujuan, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, murid, metodologi pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi, pembiayaan dan manajemen. Semua komponen ini harus diolah dengan

109

Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 83.

110

Made Pidarta, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 10.

cxlvi

manajemen yang baik agar tujuan/hasil yang dimaksud tercapai dengan efektif dan efisien.

Dalam rangka berpartisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, sampai saat ini sudah banyak kita lihat organisasi keagamaan dan yayasan, atau pihak swasta yang mengembangkan lembaga pendidikan.

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang didirikan pada tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan tanggal 18 Desember 1912 M oleh KH. Ahmad Dahlan, yang nama aslinya adalah Muhammad Darwisy tepatnya di daerah Kauman kota Yogyakarta.111 Sejak awal berdiri dan dalam perjalanan sejarahnya, Muhammadiyah sudah dikenal sebagai organisasi yang membawa nuansa tajdid atau pembaharu. Dengan karakteristik tersebut tidak mengherankan dalam perjalanan awalnya gerakan Muhammadiyah sudah menerapkan prinsip- prinsip profesionalisme yang sesuai dengan tingkatan berpikir dan kebudayaan pada waktu itu.112 Muhammadiyah lahir, tumbuh dan berkembang di Indonesia merupakan salah satu organisasi tertua yang telah banyak memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan dan perkembangan Republik Indonesia. Muhammadiyah berdiri atas dasar manajemen (perencanaan dan pengorganisasian) yang matang, sebagaimana landasan utama berdirinya Muhammadiyah yang terkandung dalam Alquran surah Ali-Imran ayat 104.113

Salah satu amal usaha yang dilakukan Muhammadiyah sebagai upaya untuk mencapai visi dan misinya adalah dengan cara memajukan dunia pendidikan, pengajaran dan kebudayaan dan memperluas ilmu pengetahuan sebagaimana yang diamanatkan oleh syariat Islam.114

Kata Dikdasmen adalah ciri khas nama yang dimiliki oleh organisasi Islam Muhammadiyah. Dikdasmen itu adalah singkatan dari Pendidikan Dasar dan

111

M. Yunan Yusuf, Ensiklopedi Muhammadiyah (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2005), h. 250.

112

Sjafri Sairin, Profesionalisme Dan Akuntabilitas Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Ekonomi dan Pendidikan, Cet I (Yogyakarta: LPTP PP Muhammadiyah, 2005), h. 4.

113

Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Durban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Cet. 2 (Yogyakarta: LPPI, 2002), h. 71.

114 Dja’far Siddik,

Pendidikan Muhammadiyah Perspektif Ilmu Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media, 2007), h. 36.

cxlvii

Menengah. Dalam Muhammadiyah majelis pendidikan dasar dan menengah adalah pembantu pimpinan pusat yang membidangi pendidikan dasar dan menengah. Sebelumnya, Majelis ini bernama Majelis Pengajaran dan selanjutnya disempurnakan menjadi Majelis Pendidikan Pengajaran dan kebudayaan disingkat MPPK, yang lahir sejak periode KH. Ahmad Dahlan, yang waktu itu bernama urusan sekolahan “Qismul Arqo”, yang didalamnya terdapat jenis dan jenjang

pendidikan madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, sampai Aliyah, yang kemudian menjadi madrasah Mu΄allimi nMu΄allimāt Muhammadiyah.115

Setelah sekolah Muhammadiyah ini semakin berkembang majelis ini mengelola, tidak saja sekolah Taman Kanak-Kanak, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas, tetapi juga perguruan tinggi, majelis ini disamping memikirkan kemajuan sarana dan prasarana, administrasi dan manajemen serta kurikulum dan silabusnya, juga memikirkan generasi kader yang alim, yaitu generasi Islam yang intelek dan yang alim, kader pemimpin bangsa yang handal dan cakap penuh iman dan takwa, bertanggung jawab, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Muhammadiyah di dalam menjalankan visi dan misinya memiliki badan- badan pembantu atau disebut dengan majelis-majelis yang menangani bidang- bidang tertentu, di antaranya adalah majelis pendidikan dasar dan menengah yang disingkat dengan istilah (Dikdasmen) yang khusus mengelola bidang pendidikan. Sekolah Muhammadiyah yang ada di seluruh penjuru Indonesia merupakan amal usaha Muhammadiyah yang terbesar, dengan kata lain di mana ada Pimpinan Muhammadiyah berdiri di situ pula harus ada amal usahanya dalam bidang pendidikan (sekolah-sekolah) yang nantinya dikelola oleh majelis Dikdasmen Pimpinan Muhammadiyah setempat, selanjutnya Dikdasmen daerah akan berkoordinasi dengan majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah.116

Dalam mengelola manajemen pendidikan, majelis Dikdasmen Muhammadiyah telah memiliki kaidah-kaidah yang sudah baku untuk mengelola

115

M. Yunan Yusuf, Ensiklopedi..., h. 84-85.

116

cxlviii

pendidikan dari majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kaidah- kaidah ini mencakup di dalamnya planning, organizing, actuating dan controlling.

Peningkatan kualitas pendidikan yang dikelola oleh majelis Dikdasmen Muhammadiyah wilayah Sumatera Utara cenderung kurang maksimal, hal ini ditandai dengan adanya beberapa sekolah-sekolah yang dikelola Dikdasmen daerah atau cabang ditutup dengan alasan tidak aktif. Adapun sekolah–sekolah tersebut antara lain: Madrasah Aliyah Muhammadiyah 17, SD Muhammadiyah 22, SD Muhammadiyah 24, SD Muhammadiyah 26, SD Muhammadiyah 14, SD Muhammadiyah 15, dan SD Muhammadiyah 33, dan beberapa sekolah yang lain yang mengalami pasang surut.117

Selanjutnya fenomena lain didalam Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara diantaranya :

Pertama, mengenai pengangkatan dan pemberhentian kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan tenaga pendidikan. Berdasarkan surat keputusan Majelis Dikdasmen Pusat Muhammadiyah, masa jabatan kepala sekolah/madrasah adalah empat tahun dan dapat diangkat kembali sebanyak-banyaknya dua periode. Fenomena di lapangan menunjukkan lain karena nampaknya ada kepala

sekolah/madrasah yang berada di bawah Majelis Dikdasmen di beberapa Daerah, memegang jabatannya sampai enam tahun dan ada juga kepala sekolah

dilingkungan sekolah Muhammadiyah yang menjabat selama dua belas tahun tanpa adanya surat keputusan pengangkatan yang baru seperti kepala sekolah SMP Muhammadiyah 50.

Kedua, berdasarkan surat keputusan Dikdasmen Pusat pasal 26 guru pendidikan dasar dan menengah diangkat dan diberhentikan atas usul

sekolah/madrasah nampaknya di lapangan cenderung ada guru yang diangkat atas kemauan kepala sekolah/madrasah.

Ketiga, pengawasan dan penyelenggaraan lembaga pendidikan menengah adalah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah yang bersangkutan dan majelis pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah Wilayah, tetapi ada juga

117

cxlix

lembaga pendidikan menengah yang dikelola dan diawasi oleh Majelis Dikdasmen Cabang dan majelis Dikdasmen Daerah, seperti SMKE Muhammadiyah 06.

Keempat, Sebagaimana peraturan majelis pendidikan dasar dan menengah pimpinan pusat Muhammadiyah bahwa pengawas yang ditunjuk untuk mengawasi pelaksanaan kurikulum, ketenagaan, pengelolaan sarana dan prasarana, administrasi, keuangan sekolah dan pengawas bertugas memberikan laporan kepada majelis pendidikan dasar dan menengah yang mengangkatnya, tetapi dalam pelaksanaannya pengawas tidak ada ditunjuk oleh majelis dan masih ada juga sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Dikdasmen Wilayah Muhammadiyah yang tidak diawasi oleh pengawas.

Dengan alasan di atas adalah hal yang menarik untuk mengetahui latar belakang, penyebab, dan makna prilaku manajemen Majelis Dikdasmen, sehingga

perlu melakukan penelitian berjudul “Pelaksanaan Manajemen Pada Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara”.

Dalam dokumen cover Tesis Junianto oke (Halaman 145-149)