• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia.Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia,

dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari dirumah, disekolah, di tempat pekerjaan, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada.11

Komunikasi mewarnai segala aspek kehidupan, termasuk sosial, budaya, politik, ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya.Islam juga menganjurkan umat manusia untuk saling berkomunikasi, kepada sesama manusia dan kepada Tuhannya. Seperti dalam firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-hujurat ayat 13 :

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)12

Komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tertulis, tanda-tanda, lambang-lambang, dan isyarat-isyarat. Transportasi dapat dilakukan melalui darat, udara, dan laut. Komunikasi dilakukan secara tradisional maupun modern dengan alat-alatnya pun mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang mutakhir dan canggih. 13 Komunikasi dapat mempengaruhi perubahan perilaku, cara hidup, hidup bermasyarakat, dan

11

Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), cet. Ke- 7, hal. 1

12

Departemen agama RI, Al-Hikmah, Al-Quran dan terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Diponogoro, 2008), hal. 515

13

H.A.W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hal. 2

nilai-nilai yang ada. Proses komunikasi pada dasarnya tidak berbeda dengan proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar ada hubungan timbal balik antara pendidik dengan yang dididik, berkelanjutan kearah tujuan yang bisa diwujudkan bersama yaitu dapat berhasil mendidik sampai anak didik tersebut mencapai prestasi yang lebih baik. Proses pengajaran dan pendidikan berjalan secara bertahap, saling melengkapi, dan berkesinambungan. hal tersebut tidak hanya dilakukan pada proses pendidikan umum, melainkan dalam hal keagamaan seperti belajar mengenai Al-Qur‟an.

Al-Qur‟an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi terakhir, melalui malaikat jibril yang tertulis di dalam mushaf, yang diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir, merupakan ibadah bila membacanya, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.14

Al-Qur‟an merupakan mukjizat yang telah Allah jamin

kemurniannya hingga hari kiamat kelak.Al-Qur‟an mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia didunia, karena Al-Qur‟an menjadi sumber hukum islam pertama sebelum hadist serta menjadi pedoman bagi umat beragama islam. Manusia memiliki kewajiban untuk mengimani, menelaah, membaca, menghayati, dan mengamalkan ajaran Al-Qur‟an secara keseluruhan, serta mendakwahkannya.Ada banyak kemuliaan dan

14

Moch. Ali Ash-Shabunie, Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Quran, ( Bandung: Cahaya Pustaka, 1983), hal. 17

kebaikan yang ada dalam Al-Qur‟an. Salah satunya adalah Al-Qur‟an dapat merangsang perkembangan otak anak dan meningkatkan intelegensinya.

Menurut Ibnu Khaldun pengajaran Al-Qur'an adalah dasar pengajaran dalam semua kurikulum sekolah di berbagai negara Islam.AlQur‟an merupakan semboyan agama yang mengukuhkan akidah.Begitu juga Ibnu Sina, dalam kitabnya "as-Siyasah", menekankan kaum muslimin seharusnya mempersiapkan fisik dan mental anak yang dimulai dengan pengajaran Al-Qur'an.15

Mempelajari dan menghafal Al-Quran merupakan perbuatan mulia, baik dihadapan manusia, maupun dihadapan Allah Swt. Banyak keutamaan yang diperoleh para penghafal Al-Quran, baik keutamaan didunia maupun keutamaan diakhirat.16

Menghafal adalah kegiatan yang mengikut sertakan aktivitas ingatan didalamnya. Daya menghafal dan daya memorisasi (sama dengan sengaja memasukkan dan meletakkan pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Dan anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak.17 Dalam hal ini penting bagi seseorang untuk dibimbing dengan baik dalam mencapai tujuan tersebut, tidak lepas dari komunikasi dengan pengajar untuk dapat memperoleh materi yang diperlukan. Sesuai dengan

15

Nurul Habiburrahmanuddin dan Hikmah Nurul, Asyiknya dan Seru Menghafal AlQur’an

dengan Gerak dan LaguMulai usia 0 tahun, (Tangerang:At-Tafkir Press, 2008), hal. 3

16

Qomariah, Nurul dan Irsyad, Mohammad, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak Hafal Al-Quran, (Yogyakarta: Semesta Hikmah), hal. 1

17

Kartini Kartono, Psikologi Anaka, (Psikologi Perkembangan), (Bandung: CV Mandar Maju, 1990), cet. Ke-4, hal.138

karakteristik pelajar beserta pengajar, jenis komunikasi dari interaksi tersebut dapat berupa komunikasi verbal dan non verbal. Hal tersebut dibutuhkan sebuah yayasan yang menaungi kegiatan tahfidz Al-Qur‟an, dengan tujuan membinapelajar dengan berperilaku sesuai dengan Al-Qur‟an .

Yayasan pondok pesantren, atau tempat tinggal para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya yang berkembang di kebanyakan wilayah islam negara-negara lainnya. Kedudukan pondok pesantren sangat besar pengaruhnya terhadap santri, dengan sistem pondok pesantren santri dapat konsentrasi belajar sepanjang hari.

Namun pada penelitian terdahulu, Nengah Suandi dan Made Sri Indriani (2016) Universitas Pendidikan Ganesha, Bali. Menggunakan komunikasi verbal dan non verbal sebagai bentuk lepas hormat dalam bahasa bali, yang diwujudkan melalui tuturan atau tindak tutur. Tetapi pada prosesnya belum memperoleh kesinambungan, sehingga pada tindak komunikasi verbal dan non verbal tersebut belum berjalan dengan efektif. 18 Penelitian Reza Rizkina Taufik (2015) Universitas BSI, Bandung.Komunikasi non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Komunikasi ini digunakan pada siswa autis untuk berkomunikasi dengan cara gerakan tubuh maupun sentuhan, namun beragam pemahaman yang

18

Nengah Suandi dan Made Sri Indriani, Jurnal Kajian Bali, Universitas Pendidikan Ganesha Bali, 2016

diperoleh menyebabkan pesan non verbal belum berjalan efektif. 19 Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui proses komunikasi verbal dan non verbal di Pon-pes Madinatul Ilmi.

Pondok pesantren Madinatul Ilmi yang bertempat didesa Gumuk Rejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringseewu itu terkenal dengan sistem pendidikan yang salafi. Menekankan pada pengajaran dari kitab-kitab kuning yang telah disediakan, para santri mendengarkan ustadz/ustadzahnya menerangkan didepan dengan panduan kitab, melakukan tanya jawab seputar pembahasan yang disampaikan pada hari itu. Dengan kurikulum yang salafi, santri masih menggunakan kondisi ruang yang identik dengan lesehan dilantai serta meja panjang sebagai pendukung dalam proses belajar mengajar. Pondok pesantren ini juga menerapkan pendidikan tahfidz Al-Qur‟an pada santri yang telah khatam dalam belajar Al-Qur‟an.20

Santri adalah panggilan siswa atau murid yang belajar di pesantren.21Dipondok pesantren Madinatul Ilmi, santri dituntut untuk mengikuti semua pelajaran dan aturan yang terdapat didalamnya, termasuk proses tahfidz Quran yang telah diterapkan. Pembinaan tahfidz Al-Qur‟an sangat diperlukan, karena mengingat zaman sekarang merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak, zaman sudah semakin maju, dimana anak-anak sangat disibukkan oleh arus teknologi,

19

Reza Rizkina Taufik,Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA), Universitas BSI, Bandung, 2015

20

Ali Mashud, Pengurus Pon-pes Madinatul Ilmi, Wawancara 01 Juni 2017

21

Amin Haedari dan Abdullah Hanif, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernisasi dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IDR PRESS, 2004), hal.31

media dan hiburan-hiburan yang sifatnya terjerumus kearah yang tidak baik.

Dalam proses tahfidz Al-Qur‟an harus menggunakan keterampilan dalam berkomunikasi, bagaimana cara mengajak para santri untuk ikut kegiatan tahfidz Al-Qur‟an, serta dapat memudahkan prosesnya yang diajarkan oleh ustadz/ustadzah. Pada awalnya proses tahfidz dilakukan dengan cara tertulis maupun lisan, kemudian disertakan dengan cara mendengarkan, menyimak, membenarkan setiap ayat yang dihafal dan menghafal dengan sebuah gerakan/ekspresi yang menarik dalam menghafal Al-Qur‟an. Hal tersebut dapat menambah kegemaran para santri untuk terus membaca Al-Qur‟an, cara ini merupakan bagian dari proses komunikasi verbal dan non verbal.

Sehingga, berdasarkan uraian-uraian di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “KOMUNIKASI VERBAL DAN

NON VERBAL DALAM PROSES TAHFIDZ Al-QUR‟AN.”

Dokumen terkait