• Tidak ada hasil yang ditemukan

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dan fungsinya bagi kehidupan manusia tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Manusia tidak dapat hidup tanpa air. Manusia memerlukan air untuk kehidupan hayatinya. Hampir semua kegiatan – kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruang tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas – aktivitas lainnya. Air merupakan komponen utama baik pada tanaman, hewan dan manusia. Sebagian besar tubuh semua organisme yang hidup terdiri dari air. Sekitar 70 atau 90 persen bahan organik terdiri dari air. Reaksi kimia yang mendukung kehidupan di semua tumbuhan dan hewan berlangsung di dalam sebuah medium air. Air tidak hanya menyediakan media yang menjadi tempat dimungkinkannya reaksi menyokong kehidupan, tapi air sendiri sering menjadi produk atau reaktan yang penting dari reaksi-reaksi itu. Air hilang dalam berbagai cara evaporasi dari permukaan pernafasan, evaporasi kulit, eliminasi tinja, dan pengeluaran urin (Mulia, 2005).

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap tempat berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat didaerah tersebut. Penduduk yang tinggal didaerah dataran rendah dan berawa seperti Sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan

memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga, terutama air minum. Hal ini karena sumber air di daerah tersebut adalah air sungai yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih.

Air sungai mengandung senyawa organik terlarut yang menyebabkan air menjadi berwarna coklat dan bersifat asam, sehingga perlu pengolahan khusus sebelum siap untuk dikonsumsi. Senyawa organik tersebut adalah asam humus yang terdiri dari asam humat, asam vulvat dan humin. Asam humus adalah senyawa organik dengan berat molekul tinggi dan berwarna coklat sampai kehitaman, terbentuk karena pembusukan tanaman dan hewan, sangat tahan terhadap mikroorganisme dalam waktu yang cukup lama (Notodarmojo,1994).

Air sungai di Indonesia merupakan salah satu sumber daya air yang masih melimpah, kajian Sumber Daya Geologi Dapertemen Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan sampai tahun 2006 sumber daya lahan sungai di Indonesia mencakup luas 26 juta ha yang tersebar di pulau Kalimantan ( 50%) sumatera ( 40%) sedangkan sisanya tersebar di Papua dan pulau-pulau lainnya. Dan untuk lahan sungai Indonesia menempati posisi ke- 4 terluas setelah Canada, Rusia, dan Amerika Serikat (Tjahjono,2007)

Menurut Kusnaedi(2002), tujuan pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih dan sehat sesuai dengan standar mutu air. Proses pengolahan air merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan. Pada dasarnya, pengolahan air dapat diawali dengan penjernihan air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas yang dianjurkan.

Penjernihan air dapat dilakukan dengan penambahan tawas, gas klor dan kapur. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta medah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidti air (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbiditi air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut. Gas klor adalah desinfektan yang bisa digunakan pada pengolahan air. Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih. Kapur (lime) secara umum terdapat dalam dua bentuk yaitu CaO dan Ca(OH)2. CaO adalah bahan mudah larut dalam air dan menghasilkan Ca(OH)2. Ca(OH)2 bersifat basa dan disertai keluarnya panas yang tinggi. Menurut Tarmiji, 1986, penggunaan dari kapur antara lain dibidang kesehatan lingkungan untuk pengolahan air kotor, air limbah maupun industri lainnya. Pada pengolahan air kotor, kapur dapat mengurangi kandungan bahan-bahan organik. Cara kerjanya adalah kapur ditambahkan untuk mereaksikan alkalibikarbonat serta mengatur pH air sehingga menyebabkan pengendapan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah dengan judul “Penentuan Kadar CaO dalam Kapur Pada Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Delitua”.

1.2. Permasalahan

1. Berapa kadar CaO dalam kapur yang digunakan sebagai penetralisasi air di PDAM Tirtanadi Delitua.

2. Apakah kadar CaO dalam kapur yang diperoleh perusahaan sesuai dengan standar kadar CaO menurut Standar SNI.

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar CaO dalam kapur yang digunakan sebagai penetralisasi air di PDAM Tirtanadi Delitua.

2. Untuk mengetahui kadar CaO dalam kapur yang diperoleh perusahaan sesuai dengan standar kadar CaO menurut Standar SNI.

1.4. Manfaat

1. Dapat memberikan informasi mengenai Pengolahan air di PDAM Tirtanadi

2. Dapat mengetahui kadar CaO dalam kapur yang digunakan sebagai penetralisasi air di PDAM Tirtanadi Delitua.

3. Dapat mengetahui kadar CaO dalam kapur yang diperoleh perusahaan sesuai dengan standar kadar CaO menurut Standar SNI.

PENENTUAN KADAR CaO DALAM KAPUR PADA PENGOLAHAN AIR DI PDAM TIRTANADI DELITUA

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar CaO dalam kapur pada pengolahan air di PDAM Tirtanadi Delitua. Kapur yang digunakan pada proses pengolahan air masih mengandung senyawa selain CaO seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, MgO, Na2 + K2O, TiO2, P2O5, SO3. Karena itu dalam penelitian ini akan ditentukan kadar CaO dalam kapur tersebut. Kadar CaO ditentukan dengan metode titrasi dengan larutan standar NaOH dan indikator Penolpthalein. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan yaitu diperoleh kadar CaO 64,57% - 63,97% kadar CaO menurun setiap hari. Dimana kadar yang diperoleh sesuai dengan standar SNI 15-2049-1994 yaitu 60-70 %.

DETERMINATION OF CaO CONTENT OF THE LIME IN WATER TREATMENT IN THE TAPS TIRTANADI DELITUA

ABSTRACT

Has performed determination of CaO in lime in water treatment in Tirtanadi Delitua taps . Lime used in water treatment processes still contain compounds other than CaO such as SiO2 , Al2O3 , Fe2O3 , MgO , Na2 + K2O , TiO2 , P2O5 , SO3 . Therefore in this study will be determined the levels of CaO in the limestone . CaO content was determined by titration with a standard solution of NaOH and indicators Penolpthalein . Based on observations obtained CaO content of 64.57 % - 63.97 % CaO content decreases every day . Where levels were obtained in accordance with ISO standards 15-2049-1994 is 60-70 %.

PENETUAN KADAR CaO DALAM KAPUR PADA

Dokumen terkait