• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Pengakuan Kedudukan Anak Di Luar Perkawinan Dalam

BAB II LATAR BELAKANG PENGAKUAN KEDUDUKAN ANAK DI LUAR

B. Latar Belakang Pengakuan Kedudukan Anak Di Luar Perkawinan Dalam

1. Di tinjau Dari Sisi Anak

Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan harta benda lainnya. Karena itu anak sebagai amanah Tuhan harus senantiasa di jaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan terhadap anak. Selanjutnya pembentukan undang-undang perlindungan anak harus didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Peristiwa kelahiran seorang anak manusia yang dihasilkan dari sebuah hubungan di luar pernikahan yang resmi sehingga mengakibatkan anak-anak yang

terlahir seringkali memiliki julukan sebagai anak haram, dalam ilmu hukum Perdata mereka disebut sebagai anak luar kawin.85

Selanjutnya kejelasan status dari seorang anak manusia sangat memegang arti penting dalam langkahnya menapaki kehidupan. Dalam hal ini bukan berarti melindungi perbuatan tercela manusia yang mengakibatkan hadirnya anak luar kawin tetapi lebih kepada perlindungan terhadap seorang anak yang keberadaan dan kedudukan hukumnya tidak jelas.86 Seorang anak luar kawin dan anak sah pada umumnya tidak memiliki pembedaan yang nyata dalam hukum positif di Indonesia. Baik itu anak luar kawin maupun anak sah keduanya masuk dalam kategori anak. Sebagaimana pada umumnya anak-anak di Indonesia maka anak luar kawin pun berhak mendapatkan perlindungan dari negara melalui peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan anak. Sehingga terlihat semakin jelas perlindungan seorang anak tersebut dengan keluarnya Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.87

Perlindungan hukum dapat diberikan kepada anak luar kawin sebagaimana tersebut diatas agar terlepas dari beban kehidupan yang berat adalah dengan jalan pengakuan, pengesahan, dan pengangkatan. Sementara Peraturan Pemerintah

85

Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Hukum Perlindungan Dan Pengangkatan Anak Di Indonesia, (Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 7

86

Emilda Kuspaningrum, Kedudukan Dan Perlindungan Anak Luar Kawin Dalam Perspektif Hukum Di Indonesia, Risalah Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, (Jakarta :UI Press, 2006), hal. 24

sebagaimana yang tersebut dalam UUP 1974 yang akan mengatur tentang nasib anak di luar kawin sampai saat ini belum diterbitkan.88

Unifikasi hukum yang bertolak kepada Wawasan Nusantara dan Bhineka Tunggal Ika, sebaiknya perlu dipikirkan tentang lembaga pengakuan dan pengesahan anak di luar kawin guna menaikkan harkat dan martabatnya sebagai manusia ciptaan Allah SWT.89 Sehingga mempunyai banyak manfaat bagi seorang anak yaitu dapat memberikan kejelasan status bagi anak, mengangkat harkat dan martabat anak juga dapat memberikan jaminan pemeliharaan dan masa depan bagi anak tersebut, kemudian terlihat jelaslah dari uraian di atas latar belakang perlunya adanya pengakuan seorang anak yang lahir di luar perkawinan.90

2. Di tinjau Dari Sisi Orang Tua

Anak dilihat sebagai penerus generasi, dipandang sebagai wadah di mana semua harapan orangtuanya dikemudian hari kelak menjadi tanggungjawabnya. Di pandang pula sebagai pelindung orangtuanya kelak bila orangtua sudah tidak mampu lagi secara fisik untuk mencari nafkah lagi. Anak yang lahir dalam perkawinan yang sah antara seorang wanita sebagai ibunya dengan seorang pria sebagai bapaknya yang menjadi suami wanita tersebut.91

88Ibid

89Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2006),

hal. 84

90Ibid

91

Mr.B.Ter Haar Bzn, diindonesiakan oleh K.Ng.Soerbakti Poesponoto, Azaz-azaz dan Susunan Hukum Adat, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2001), hal. 144

Pentingnya mempersoalkan anak disebabkan karena beberapa hal yang menjadi latar belakang bagi orang tua yakni memberikan kejelasan status anak sebagai generasi yang melanjutkan keturunan orang tuanya termasuk dalam melanjutkan marga (bagi yang menganut sistem patrilineal) dan waris, meletakkan beban kewajiban kepada orangtua untuk bertanggung jawab terhadap pemeliharaan anak, juga memberikan jaminan masa depan bagi orangtua apabila kelak sudah terkendala secara fisik.92

Hukum ingin memastikan bahwa anak yang dilahirkan dari rahim seorang ibu adalah sah, dan secara sosiologis tidak menjadi pergunjingan dalam masyarakat.

Tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak terletak pada kedua orang tuanya (ayah-ibu). Pendidikan dan pengasuhan anak akan berhasil, sejauh mana keterlibatan kedua orangtuanya dalam mendidik. Islam tidak membebankan tanggung jawab itu hanya kepada salah satu dari kedua orang tua.93

92

Ibid

Untuk dapat mewaris maka ahli waris itu ada yang karena di tunjuk oleh Undang-undang dan ada yang karena di tunjuk oleh surat wasiat yang dapat mewaris berdasarkan Undang-undang. Penggolongan pewarisan anak luar nikah dibagi atas anak sah (anak yang lahir dalam perkawinan yang sah) dan anak luar nikah yang terbagi lagi dalam anak luar nikah yang dapat diakui sahnya dan anak luar nikah yang tidak dapat diakui sahnya. Pasal 862 sampai dengan Pasal 873 K.U.H.Perdata adalah mengenai hubungan hukum antara anak luar nikah dengan orang tuanya. Selanjutnya dengan adanya kelahiran

93 Sudirman Kartohadprojo, Pengantar Tata Hukum Di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Rakyat,

makanya ada hubungan antara ibu dengan anak. Hubungan anak dengan laki-laki yang membuahkannya tidak ada. Adanya pengakuan dari laki-laki (ayah biologis) anak tersebut maka lahirlah hubungan-hubungan hukum antara anak dan laki-laki yang mengakuinya. 94

Walaupun kedudukannya tetap terbelakang dibandingkan dengan anak sah terutama dalam hukum waris. Anak luar nikah tidak akan pernah dapat mewaris dari sanak keluarga orang tuanya, dan sebaliknya sanak keluarga orang tuanya tidak dapat bertindak dalam harta peninggalan anak luar nikah dari seorang anggota keluarganya. Akan tetapi Pasal 873 K.U.H.Perdata memungkinkan terjadi pewarisan yang demikian. Jadi hanya apabila sama sekali tidak ada orang lain, maka anak luar nikah dapat mewaris dari sanak keluarga orang tuanya dan sebaliknya dengan menyampingkan negara.

.

95

C.Status Hukum Anak Dengan Adanya Pengakuan Anak

Dokumen terkait