• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENING-

A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese untuk

Umat merupakan anggota Gereja yang memiliki peran penting dalam perkembangan Gereja. Gereja didirikan untuk memperluas Kerajaan Allah di seluruh dunia demi kemuliaan Allah Bapa, supaya semua orang menerima buah dari penebusan yang menyelamatkan dan supaya mereka benar-benar terarah pada Kristus.

Cara yang dapat dilakukan oleh umat dalam menanggapi panggilan Allah ialah terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam Gereja, misalnya saja kegiatan-kegiatan yang rutin dilaksanakan di Stasi maupun Lingkungan, seperti kegiatan pendalaman iman, latihan koor, pertemuan pengurus Stasi, dsb.

Kekuatan terpenting dalam pembangunan kehidupan menggereja di zaman sekarang ini dan juga di masa yang akan datang terletak dalam keikutsertaan dan keterlibatan umat sendiri. Oleh karena itu demi memperkembangkan iman akan Yesus Kristus serta demi perkembangan kegiatan itu sendiri, umat dituntut untuk terlibat secara aktif dalam hidup menggereja. Keikutsertaan dan keterlibatan umat sangat dibutuhkan dalam karya kerasulan di tengah-tengah umat. Hidup menggereja diartikan sebagai pengabdian sukarela untuk mengambil bagian dalam lima tugas Gereja yaitu koinonia, kerygma,

martyria, liturgia dan diakonia (Ardhisubagyo, 1987: 22)..

Umat sebagai bagian dari Gereja diharapkan memiliki kesadaran untuk melakukan berbagai kegiatan kemajuan iman mereka dan demi perkembangan

Gereja. Kesadaran ini menuntut umat sendiri agar memiliki kepribadian yang matang dan dewasa, sehingga mendorong mereka untuk menyalurkan semangat kerja yang tinggi dan mampu memainkan peranannya dalam kehidupan menggereja dan kehidupan sosial. Kesemuanya itu perlu dilandasi dengan semangat Kristus serta dijiwai sikap patuh dan cinta kasih terhadap gembala Gereja sehingga diharapkan dapat membuahkan hasil yang berlimpah.

Dalam perkembangan iman Gereja menuntut kedewasaan iman umatnya. Umat sebagai pelaku perkembangan Gereja diharapkan mampu memperkembangkan imannya lewat karya kepada Gereja dan sesama. Perkembangan zaman menuntut umat agar lebih kritis dan kreatif dalam bertindak dan menentukan pilihan. Oleh karena itu umat perlu memiliki kesadaran untuk mau terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, sehingga kegiatan-kegiatan gerejani semakin maju dan berkembang.

Salah satu stasi yang ada di Paroki Santo Yosep, Purwokerto Timur adalah Stasi Santo Lukas, Sokaraja. Stasi sendiri memiliki 2 Lingkungan yaitu Lingkungan Yohanes Paulus, Kalibagor dan Lingkungan Santa Maria, Sokaraja dengan jumlah umat 335 jiwa. Dari jumlah umat tersebut umat dewasa tercatat 292 orang.

Begitu banyak kegiatan yang sering dilakukan baik di Stasi maupun di Lingkungan. Namun, sering kali umat Stasi Santo Lukas Sokaraja kurang menyadari akan pentingnya keterlibatan mereka dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut sehingga banyak umat yang belum terlibat dalam kegiatan-kegiatan hidup menggereja.

Menanggapi kenyataan dengan melihat persoalan yang ada, maka perlu adanya pembaharuan diberbagai segi, diantaranya perlu adanya koordinasi dari pihak Gereja dan umat agar bersama-sama mencari solusi yang tepat sehingga kegiatan-kegiatan gerejani berjalan dengan didukung keterlibatan umat Stasi. Melihat kenyataan yang terjadi maka penulis mengajak umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja untuk mempelajari dan memahami akan keterlibatan atau keikutsertaan umat dalam proses pendewasaan iman. Untuk itu penulis mengambil judul “UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS, SOKARAJA, PAROKI SANTO YOSEP, PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS”.

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana umat Stasi Santo Lukas Sokaraja memahami hidup menggereja umat dan mewujudkannya dalam keterlibatan hidup menggereja?

2. Apa makna keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja?

3. Bentuk kegiatan seperti apa yang mampu meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja memahami hidup menggereja umat dan perwujudannya dalam keterlibatan hidup menggereja. 2. Mengetahui makna keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja.

3. Mengetahui berbagai bentuk kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja.

D. Manfaat Penulisan

1. Menambah pengetahuan yang lebih mendalam bagi penulis tentang makna hidup menggereja umat.

2. Memberikan sumbangan pemahaman baru kepada umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja tentang katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP).

3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi Stasi Santo Lukas Sokaraja dalam meningkatkan semangat pelayanan bagi umat.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analisis, di mana dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner dan melaksanakan wawancara dengan beberapa umat yang dianggap mengetahui banyak tentang berbagai kegiatan yang ada di Stasi Santo Lukas Sokaraja serta studi pustaka dari buku-buku dan situasi konkret kehidupan umat Kristiani dewasa ini.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi ini, berikut adalah sistematika penulisan skripsi ini:

Bab I akan menguraikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II akan menguraikan tentang gambaran situasi umat di Stasi, penelitian tentang kegiatan hidup menggereja umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja dan pembahasan penelitian.

Bab III akan menguraikan tentang hidup menggereja umat yang mencakup arti Gereja, model-model Gereja, hidup menggereja. Gambaran umum katekese yang mencakup pengertian katekese, tujuan katekese, tugas katekese, kekhasan katekese, isi katekese. Gambaran katekese umat yang mencakup pengertian katekese umat, tujuan katekese umat, kekhasan katekese umat. Katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) yang mencakup komponen utama dalam SCP, langkah-langkah katekese model SCP, catatan khusus SCP. Tentang peranan katekese umat model SCP dalam kegiatan hidup menggereja.

Bab IV akan menguraikan latar belakang usulan katekese untuk meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja, alasan pemilihan tema, tema dan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program dan contoh Satuan Pertemuan.

Bab V berisi kesimpulan dan saran dari penulis sehubungan dengan usaha meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja.

BAB II

PENELITIAN TENTANG KEGIATAN HIDUP MENGGEREJA UMAT DI STASI SANTO LUKAS SOKARAJA

PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH

Gereja dapat berkembang karena adanya kesadaran umat untuk terlibat dalam setiap kegiatan hidup menggereja yang ada. Hal ini tentunya sama bagi Gereja yang ada di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Stasi membutuhkan keterlibatan umat untuk dapat menjalankan kegiatan-kegiatan hidup menggereja, karena tanpa keterlibatan mereka kegiatan yang sudah terjadwal tidak akan berjalan dengan baik. Faktor yang mempengaruhi keterlibatan umat di Stasi tentunya tergantung situasi umat di Lingkungan. Berbeda-beda situasi umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja karena Stasi ini terdiri dari 2 (dua) Lingkungan, tentunya ada perbedaan situasi umatnya.

A. Situasi Stasi Santo Lukas, Sokaraja

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, Stasi Santo Lukas Sokaraja merupakan bagian dari Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur yang terletak di Kecamatan Sokaraja. Letak gereja cukup strategis karena berada dipinggir jalan raya dan transportasi cukup terjangkau sehingga umat tidak kesulitan untuk dapat sampai ke Stasi ini. Sebagian besar umat stasi yang hidup menetap di Purwokerto berasal dari daerah luar, namun hal itu tidak menghambat mereka untuk saling mengakrabkan diri satu sama lain. Dalam banyak kesempatan mereka tidak melupakan saling menyapa dan saling membantu sehingga dapat tercipta suatu keharmonisan hidup bersama.

1. Situasi Geografis Stasi Santo Lukas, Sokaraja

Stasi Santo Lukas merupakan bagian dari Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur, Keuskupan Purwokerto. Letak gereja Stasi Santo Lukas sendiri berada di Kecamatan Sokaraja Tengah dan cukup strategis karena berada dipinggir jalan raya.

Letak geografis Stasi Santo Lukas Sokaraja secara pemerintahan berada di Kecamatan Sokaraja Tengah, dengan batas-batas sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Purwokerto Timur, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kalimanah, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patikraja, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Banyumas. Adapun letak geografis Stasi secara gereja dengan batas-batas sebelah Utara berbatasan dengan Lingkungan Pamijen, sebelah Barat berbatasan dengan Lingkungan Karangnanas, sebelah Timur berbatasan dengan Jompo Paroki Purbalingga dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kaliori Paroki Banyumas.

Stasi Santo Lukas terdiri dari 2 Lingkungan yaitu Lingkungan Yohanes Paulus terletak di Kecamatan Kalibagor dan Lingkungan Santa Maria terletak di Kecamatan Sokaraja. Pembagian Lingkungan disesuaikan dengan daerah geografis dimana dari setiap Kecamatan tersebut lokasi rumah umat saling berdekatan satu dengan yang lain [Lampiran 6: (15)].

2. Situasi Umat di Stasi Santo Lukas, Sokaraja

Umat stasi berdasarkan data tahun 2012, berjumlah 335 orang. Umat yang berada di Lingkungan Yohanes Paulus Kalibagor sebanyak 33 KK dengan jumlah 118 orang. Dari 33 KK tersebut jumlah orang dewasa 106 orang dan anak-anak 12 orang. Umat yang berada di Lingkungan Santa Maria Sokaraja sebanyak

72 KK dengan jumlah 217 orang. Dari 72 KK tersebut jumlah orang dewasa 186 orang dan anak-anak 31 orang. Umat di masing-masing Lingkungan tidak semua terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, baik yang dilaksanakan di Lingkungan maupun di Stasi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran umat untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Oleh karena itu berpengaruh dengan keterlibatan mereka dalam kegiatan hidup menggereja [Lampiran 6: (15)].

Umat yang terlibat dalam kegiatan gerejani hanya orang-orang tertentu saja. Biasanya mereka yang memiliki semangat untuk melayani dan dipandang dapat menjadi panutan bagi umat yang lain, seperti prodiakon, ketua Lingkungan, katekis dan sebagian umat yang memang ingin melayani. Hal di atas terlihat saat ada kegiatan sosialisasi bahan pendalaman iman Prapaskah, pelaksanaan pendalaman iman, sosialisasi pendalaman bulan Kitab Suci, pelaksanaan pendalaman Kitab Suci yang berlangsung di lingkungan-lingkungan hanya merekalah yang rajin mengikuti kegiatan tersebut. Umat yang hadir dalam pendalaman iman dan pendalaman Kitab Suci hanya sedikit sekitar 8-10 orang saja.

3. Situasi Kegiatan Hidup Menggereja Stasi Santo Lukas, Sokaraja

Dalam pelaksanaan karya pastoral bagi umat, Gereja turut memberi perhatian. Stasi mewadahi umat dengan mengadakan berbagai kegiatan dengan tujuan agar lewat kegiatan-kegiatan tersebut umat mampu menghayati imannya dalam menanggapi situasi dan kondisi zaman sekarang.

Pelaksanaan kegiatan melibatkan semua umat yang ada di Stasi Santo Lukas. Namun, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan di masing-masing

Lingkungan. Kegiatan yang dilaksanakan di setiap Lingkungan tidak jauh berbeda antara Lingkungan yang satu dengan yang lain.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan-kegiatan gerejani, kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang diharapkan dapat memupuk persaudaraan baik sesama umat beragama maupun umat yang beragama lain.

a. Kegiatan-kegiatan Gerejani

Dalam pelaksanaan hidup menggereja, umat diharapkan mendukung dengan mau terlibat di dalamnya. Keikutsertaan dan keterlibatan mereka tidak hanya sebatas “hadir atau ada”, melainkan umat diharapkan terlibat dalam kegiatan-kegiatan demi pengembangan Gereja, Stasi, Lingkungan dan masyarakat dengan memberi hati sepenuhnya demi terlaksananya kegiatan-kegiatan tersebut. Peran serta umat sungguh mempengaruhi terlaksananya dan perkembangan kegiatan itu sendiri, sehingga Gereja sangat mengharapkan umat untuk terlibat. Kegiatan-kegiatan gerejani yang dilaksanakan umat stasi adalah sosialisasi bahan pendalaman iman Prapaskah, pelaksanaan Pendalaman Iman di Lingkungan/Blok, Doa Rosario, Misa Jumat Pertama, sosialisasi pendalaman bulan Kitab Suci, pelaksanaan pendalaman Kitab Suci di Lingkungan/Blok, Koor dan pertemuan pengurus Stasi.

1) Sosialisasi Bahan Pendalaman Iman Prapaskah

Sosialisasi bahan pendalaman iman Prapaskah dilaksanakan setiap tahun pada awal bulan Maret. Sosialisasi ini tidak dilaksanakan di Stasi tetapi dipusatkan di Paroki. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini kurang lebih 25

sampai 30 orang. Mereka adalah calon pemandu yang akan bertugas di Stasi maupun Lingkungan saat pendalaman Iman berlangsung. Umat Stasi yang mewakili terdiri dari kedua Lingkungan yang ada. Kegiatan sosialisasi berlangsung pukul 09.00-13.00 WIB dan mengambil waktu pada hari Minggu setelah selesai perayaan Ekaristi. Bentuk kegiatan yang diadakan setelah tim Kitab Suci Paroki mengikuti sosialisasi dari Komisi Kitab Suci Keuskupan kemudian menyampaikan hasilnya kepada para calon pemandu di Stasi dan Lingkungan. Tujuannya supaya para calon pemandu Stasi maupun Lingkungan mampu melaksanakan tugas di Lingkungan masing-masing [Lampiran 6: (16)].

2) Pelaksanaan Pendalaman Iman di Lingkungan/Blok

Pendalaman Iman dilaksanakan setiap bulan Maret sampai April di masing-masing Lingkungan atau Blok. Peserta yang hadir dari setiap Lingkungan sekitar 8 sampai 10 orang. Kegiatan pendalaman iman berlangsung selama satu setengah jam (19.30-21.00 WIB). Pendalaman iman dilaksanakan di rumah umat, setiap minggunya tempat berpindah-pindah tidak menetap di rumah salah satu umat saja. Bentuk kegiatan yang diadakan biasanya diawali dengan lagu pembukaan, doa pembukaan, pengantar dari pemandu, bacaan Kitab Suci, sharing pengalaman, peneguhan dari pemandu, diakhiri dengan doa dan lagu penutup. Tujuan dari kegiatan ini agar umat mempunyai semangat bertobat untuk menanggapi cinta kasih Yesus yang telah rela menderita sengsara sampai wafat di salib. Kesan umat dari kegiatan ini mereka kurang berminat mengikuti pendalaman iman sehingga dari setiap pertemuan hanya orang tertentu saja yang hadir [Lampiran 6: (16)].

3) Doa Rosario

Doa Rosario dilaksanakan setiap bulan Mei dan Oktober di Lingkungan masing-masing pukul 18.00 WIB. Umat yang hadir dari setiap Lingkungan kurang lebih 45 orang, terdiri dari anak-anak, kaum muda/i, bapak-bapak dan ibu-ibu. Bentuk kegiatan doa Rosario diadakan satu bulan penuh setiap hari dari rumah ke rumah. Pelaksanaan doa diawali dengan lagu pembukaan dan dipimpin oleh salah satu umat (biasanya tuan rumah). Renungan setiap peristiwa dibacakan secara bergantian oleh OMK yang ditunjuk. Doa Salam Maria didoakan secara bergilir tiap orang. Pada akhir bulan Maria dan bulan Rosario selalu ditutup dengan misa. Kesan umat dari kegiatan doa ini sebagian besar umat berminat mengikutinya sehingga dari hari ke hari selama doa berlangsung banyak umat yang hadir [Lampiran 6: (17)].

4) Misa Jumat Pertama

Misa Jumat Pertama dilaksanakan secara rutin, sekali dalam satu bulan di gereja Stasi. Umat yang hadir dalam setiap pelaksanaan misa ini tidak banyak seperti misa hari Minggu biasa, jumlahnya antara 15 sampai 25 saja. Meskipun demikian, misa Jumat Pertama tetap dilaksanakan rutin setiap bulannya. Petugas misanya sendiri tidak terjadwal, sehingga yang bertugas adalah umat yang biasa hadir mengikuti misa. Misa dilaksanakan pada hari Jumat Pertama dalam setiap bulan, pukul 18.00-19.00 WIB dan dipimpin oleh romo paroki atau romo yang lain (romo pembantu). Kesan umat dengan adanya misa Jumat Pertama ini kurang mendukung karena sebagian besar umat pulang bekerja sudah sore sehingga tidak sempat lagi untuk mengikuti misa [Lampiran 6: (17)].

5) Sosialisasi Pendalaman Bulan Kitab Suci

Sosialisasi pendalaman bulan Kitab Suci dilaksanakan setiap tahun pada bulan Agustus. Sosialisasi ini tidak dilaksanakan di Stasi tetapi dipusatkan di Paroki. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini kurang lebih 30 sampai 35 orang. Mereka adalah calon pemandu yang akan bertugas di Stasi maupun Lingkungan saat pendalaman Kitab Suci berlangsung. Umat Stasi yang mewakili terdiri dari kedua Lingkungan yang ada. Kegiatan sosialisasi berlangsung pukul 09.00-13.00 WIB dan mengambil waktu pada hari Minggu setelah selesai perayaan Ekaristi. Bentuk kegiatan yang diadakan setelah tim Kitab Suci Paroki mengikuti sosialisasi dari Komisi Kitab Suci Keuskupan kemudian menyampaikan hasilnya kepada para calon pemandu di Stasi dan Lingkungan. Tujuannya supaya para calon pemandu Stasi maupun Lingkungan juga mengetahui apa yang menjadi kesepakatan mengenai BKSN tahun tersebut baik mengenai tema, harapan-harapan yang mau dicapai, dsb [Lampiran 6: (17)].

6) Pendalaman Kitab Suci di Lingkungan/Blok

Pendalaman Kitab Suci dilaksanakan setiap bulan September di masing-masing Lingkungan atau Blok. Peserta yang hadir dari setiap Lingkungan sekitar 8 sampai 10 orang. Kegiatan pendalaman Kitab Suci berlangsung selama satu setengah jam (19.30-21.00 WIB). Bentuk kegiatan yang diadakan biasanya diawali dengan lagu pembukaan, doa pembukaan, pengantar dari pemandu, bacaan Kitab Suci, sharing pengalaman, peneguhan dari pemandu, diakhiri dengan doa dan lagu penutup. Tujuan dari kegiatan ini agar umat semakin mendalami Sabda Tuhan dan melalui Sabda-Nya mereka dapat memaknai peristiwa kehidupan sehari-hari sehingga peristiwa hidup yang telah dilalui

memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan dalam hidup. Kesan umat dari kegiatan ini mereka kurang berminat mengikuti pendalaman Kitab Suci sehingga dari setiap pertemuan hanya orang tertentu saja yang hadir [Lampiran 6: (17)].

7) Bertugas koor

Umat Stasi memiliki tugas utama untuk berlatih dan mempersiapkan nyanyian dalam memeriahkan Perayaan Ekaristi bila mendapat tugas koor di gereja. Di Stasi Santo Lukas terdapat lima kelompok koor sehingga setiap minggu Perayaan Ekaristi berlangsung petugas koor selalu bergantian. Lima kelompok tersebut yaitu koor Lingkungan Yohanes Paulus, koor Lingkungan Santa Maria, koor WK (Wanita Katolik), koor OMK dan koor Gregorius (bapak-bapak). Masing-masing kelompok biasanya berlatih sendiri-sendiri sesuai dengan tugas yang dijadwalkan. Kelompok koor tidak hanya mendapatkan tugas pada Perayaan Ekaristi hari Minggu saja tetapi juga mendapat tugas untuk memeriahkan misa hari-hari besar, seperti Natal dan Paskah. Jumlah anggota koor dari masing-masing kelompok cukup banyak, kurang lebih 20-30 orang artinya umat banyak yang mau ikut dan terlibat dalam kegiatan ini [Lampiran 6: (18)].

8) Pertemuan Pengurus Stasi

Pertemuan pengurus dilaksanakan dalam rangka persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan maupun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan bersama.

Pertemuan pengurus Stasi Santo Lukas Sokaraja dilaksanakan satu kali dalam sebulan. Dalam setiap pelaksanaan kegiatan ini, pengurus stasi yang hadir kurang lebih 10 orang. Hal-hal yang dibahas dalam pertemuan menyangkut

laporan kegiatan dari koordinator masing-masing bidang dan evaluasi kegiatan baik yang terlaksana maupun yang tidak terlaksana. Dengan adanya laporan dan evaluasi ini pengurus stasi dapat melihat hal-hal baik yang dapat dipertahankan dan juga memperbaiki hal-hal yang masih kurang. Untuk itu dalam pertemuan pengurus stasi ini dibutuhkan keterbukaan dari setiap bidang sehingga harapan yang dicita-citakan dapat terwujud demi perkembangan Stasi Santo Lukas Sokaraja [Lampiran 6: (18)].

b. Kegiatan Sosial Kemasyarakatan

Umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja tidak hanya terlibat dalam kegiatan-kegiatan gerejani, baik dalam lingkup Paroki, Stasi maupun Lingkungan, melainkan keterlibatan umat juga diwujudkan dalam kebersamaan dan keterlibatan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Keterlibatan dan keikutsertaan umat dalam berbagai kehidupan, merupakan salah satu usaha umat untuk semakin memahami makna kebersamaan dalam hidup. Kebersamaan yang terjalin diharapkan tidak hanya sebatas dengan umat katolik saja tetapi juga dengan umat yang lain. Dengan demikian tumbuh juga rasa saling menghargai satu sama lain. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya: Aksi sosial, keterlibatan dalam kepengurusan RT, terlibat dalam Pesta Kemerdekaan RI dan donor darah.

1) Aksi sosial

Salah satu wujud keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat yakni dengan mengadakan aksi sosial. Aksi sosial biasanya dilakukan oleh umat stasi

saat menjelang Natal dan Paskah. Dalam pelaksanaan kegiatan ini umat stasi membagikan sembako seperti beras, minyak, gula, dsb kepada orang-orang yang membutuhkan. Sembako yang diberikan biasanya berasal dari umat stasi sendiri dan jika ada kekurangan panitia kegiatan menambahkan dengan membeli barang-barang yang masih dibutuhkan. Sasaran yang diberi sembako tidak hanya sebatas umat stasi yang membutuhkan tetapi juga dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan disekitar stasi. Pelaksanaan aksi sosial ini dikoordinator oleh ibu-ibu WK (Wanita Katolik) stasi. Kegiatan aksi sosial dilaksanakan dengan harapan umat katolik semakin termotivasi untuk lebih peka terhadap situasi yang ada di dalam masyarakat dengan mau terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan [Lampiran 6: (18)].

2) Kepengurusan RT

Umat Katolik tidak hanya terlibat dalam kegiatan-kegiatan gerejani saja tetapi juga ikut ambil bagian dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti menjadi pengurus RT/RW. Kedudukan umat katolik dalam kepengurusan tersebut menduduki peran penting antara lain menjadi ketua RT, sekretaris, bendahara, dsb. Dengan mendapatkan peran penting tersebut menandakan bahwa umat katolik dipercaya oleh warga sekitar [Lampiran 6: (18)].

3) Pesta Kemerdekaan RI

Dalam memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia umat turut serta dalam memperingati hari bersejarah yang setiap tahun dirayakan dan diperingati oleh seluruh warga Indonesia. Dalam peringatan hari kemerdekaan

tersebut, berbagai kegiatan dan perlombaan dilaksanakan di setiap desa. Biasanya umat katolik ikut ambil bagian dalam perlombaan yaitu lomba olah raga. Dalam pelaksanaan lomba tersebut setiap RT mengirim perwakilan untuk bertanding di tingkat RW. Disamping itu pula umat terlibat dalam mempersiapkan syukuran pesta kemerdekaan RI, misalnya menyiapkan tempat untuk berkumpul bersama dan ikut menyiapkan makanan yang akan dinikmati bersama (biasanya ibu-ibu) [Lampiran 6: (18)].

4) Donor darah

Donor darah merupakan kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh umat Stasi Santo Lukas Sokaraja. Pelaksanaan kegiatan ini yaitu saat menjelang hari pesta nama pelindung Gereja. Peserta donor darah adalah umat katolik sendiri. Dalam setiap pelaksanaan kegiatan ini, umat yang bersedia menyumbangkan darahnya kurang lebih 25 orang. Panitia kegiatan bekerja sama dengan PMI Kabupaten Banyumas. Darah yang telah terkumpul dikelola oleh

Dokumen terkait