• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

8. Risiko Reputasi

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak kurang menguntungkan. Sementara itu, perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat. Oleh karena itu, diperlukan berbagai penyesuaian kebijakan dibidang ekonomi termasuk sektor perbankan. Sehubungan dengan itu, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara individual, melainkan juga penyehatan sistem Perbankan secara menyeluruh.

Undang-undang Bank Sentral No. 10 tahun 1998 yang memberikan keleluasaan kepada Bank Konvensional untuk dapat membuka cabang dengan sistem syariah. Hal ini menyebabkan, munculnya bank-bank sejenis. Peluang tersebut disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai menjajaki untuk membuka cabang syariah dalam institusinya, dan sebagian diantaranya ada yang mengkonversi diri sepenuhnya menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Hal inilah yang membuat terjadi adanya kompetisi dalam bisnis perbankan baik Bank Syariah maupun Bank Konvensional.Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia sekaligus Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang P.S. Brojonegoro mengatakanbahwa

keuangan syariah yang bebas dari unsur-unsur derivatif atau produk-produk berbau spekulatif merupakan keunggulan lembaga keuangansyariah di tengah ketidakstabilan ekonomi global. Nilai transaksi perbankan syariah yang masih kecil dibandingkan dengan transaksi perbankan konvensional menjadi tantangan yang harus terus diupayakan untuk ditingkatkan. Persaingan yang harus dihadapi perbankan syariah di tengah industri perbankan konvensional berat. Tidak bisa hanya semata mengedepankan syariahnya. Kuncinya tetap pada daya saing dan sehingga dapat membawa keuangan syariah pada skala nasional dengan sistem terpercaya. Menegaskan pentingnya meningkatkan kepercayaan publik pada sektor keuangan syariah.

Bank Konvensional dan Bank Syariah memiliki perbedaan, yang menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja. Bank Konvensional tidak mempertimbangkan jenis investasinya, akan tetapi penyaluran dananya berorientasi pada keuntungan perusahaan.Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.Selain dalam hal yang telah dijelaskan sebelumnya, Bank Konvensional dan Bank Syariah juga memiliki perbedaan dalam struktur organisasinya, yaitu adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perbankan syariah.Dari perbedaan yang telah dijelaskan sebelumnya, bisa dikatakan bahwa kegiatan Bank Syariah tidak mengambil keuntungan dari nasabah, tetapi mengacu kepada prinsip bagi hasil. Sedangkan kegiatan Bank Konvensional hanya sebatas menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa sebagaimananya fungsi dasar dari bank itu sendiri serta berorientasi pada keuntungan perusahaan. Selain itu ada beberapa perbedaan dasar, seperti : dalam Bank Syariah, bisnis dan usaha yang dibiayai tidak terlepas dari saringan syariah

agama, yakni kegiatan usaha dijalankan sesuai dengan syariah agama dan perbedaan lainnya secara organisasi, Bank Syariah dan Bank Konvensional secara umum itu sama. Perbedaannya hanya satu, Bank Syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah, sedangkan Bank Konvensional tidak (Hasanaji ,2013).

Terkait dengan kegiatan usaha bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa bank yang memilih kegiatan usahanya berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan sebagai Bank Konvensional. Berdasarkan ketentuan kegiatan usaha inilah yang kemungkinan akan menyebabkan terjadinya perbedaan kinerja keuangan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah.Untuk itu diperlukannya lembaga yang mengatur dan mengawasi bagaimana kinerja keuangan suatu bank, yang dikerjakan oleh Bank Sentral / Bank Indonesia. Suatu bank dikatakan memiliki kondisi yang baik dalam segala aktifitas dan usahanya yaitu, ketika bank tersebut mempunyai kinerja keuangan bank yang sehat. Dalam mencapai tujuan tersebut, bank harus menunjukkan tingkat kesehatan seperti yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia agar dapat menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat.Untuk mengamati kinerja keuangan bank yang sehat, Bank Indonesia telah membuat perundang-undangan tentang penilaian kesehatan bank itu sendiri.

Pasal 29 ayat (2) dan ayat (5) Undang-undang Perbankan yang diubah menentukan bahwa Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan tingkat kesehatan bank, dengan memperhatikan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas

manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank (Rachmadi ,2003:128).

Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut lebih lanjut diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 30/2/UPPB masing-masing tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, antara lain diatur bahwa Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self-assessment) Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital) untuk menghasilkan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank.

Faktor “Risk Profile“ tersebut mencakup 8 (delapan) jenis Risiko yaitu: Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi. Faktor “Good

Coporate Governance (GCG) mencakup dalam tiga aspek utama yaitu:

governance structure, governance process, dan governance output. Pada

faktor“Rentabilitas (Earning)”, Surat Edaran No. 13/24/DPNP menerangkan kinerja rentabilitas dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan yaitu:

Return on Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan, yaitu dengan membandingkan

Capital Adequecy Ratio (CAR) dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko

(ATMR).

Tabel 1.1

Kriteria Penilaian Kesehatan Bank Berdasarkan TingkatRasio Keuangan

RATIO Ketentuan Bank Indonesia

Capital Adequecy Ratio (CAR) Min 8 %

Return on Asset (ROA) 0.5 – 1.25 %

Net Interest Margin (NIM) 1.5 – 2 %

Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) 94 – 96 %

Loan to Deposit Ratio (LDR) 78 – 92 %

Non Performing Loan (NPL) Max 5 %

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia 2004

Return on Asset(ROA) bertujuan untuk menghitung sampai seberapa jauh

assets yang digunakan dapat menghasilkan laba. Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Net Interest Margin

(NIM) bertujuan untuk mengukur kemampuan Earning Asset dalam menghasilkan laba operasional bersih. Capital Adequecy Ratio (CAR) berbicara tentang tingkat kemampuan bank dalam menanggung risiko kerugian yang mungkin timbul.Loan to Deposit Ratio (LDR) bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan terhadap dana pihak ketiga (Kuncoro, 2009;223). Non

Performing Loan (NPL) merupakan salah satu indicator untuk menilai kinerja

fungsi bank yaitu sebagai lembaga intermediary (Enjang, 2011).

Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satunya indikator utamanya adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.

Berdasarkan laporan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank.

Tabel 1.2

Perbandingan Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah Periode Tahun 2012 - November 2013

(dalam Miliar Rupiah)

Keterangan Bank Konvensional Bank Syariah

2012 2013 2012 2013 Modal ATMR 496.692 2.849.997 633.538 3.383.646 13.866 98.071 16.329 133.473 Laba

Rata-rata Total Aset

117.103 3.761.912 133.732 4.328.225 2.397 123.667 2.282 160.094 Biaya Operasional Pendapatan Operasional 321.357 433.678 353.066 471.067 7.678 10.057 11.151 13.294 Pendapatan Rata-rata Aktiva 200.338 3.648.741 231.216 4.742.537 2.184 107.114 2.050 138.016 Pembiayaan

Total Dana Pihak Ketiga

2.597.026 3.107.385 3.081.594 3.425.301 142.148 117.817 167.687 138.062 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia November 2013

Tabel 1.2 menjelaskan kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah berdasarkan rasio keuangan CAR, ROA, BOPO, NIM dan LDR. Dengan hadirnya bank berbasis syariah yang dimungkinkan kelahirannya karena terbitnya Undang-undang No.10/1998, mendorong semakin meningkatnya persaingan ekonomi di industri perbankan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan kinerja keuangan Bank Syariah pertama didirikan di Indonesia pada tahun 1992 dan berkembang hingga saat ini tahun 2015. Perkembangan lembaga-lembaga keuangan Islam tersebut tergolong cepat, dan salah satu alasannya, karena hampir 90% rakyat Indonesia beragama Islam dan adanya keyakinan kuat dikalangan masyarakat Muslim bahwa perbankan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam. Dengan diundangkannya UU No.10/1998 tentang Perubahan UU No.7/1992 tentang perbankan, maka secara tegas sistem

perbankan syariah ditempatkan sebagai bagiandari Sistem Perbankan Nasional. Berikut perkembangan jaringan kantor lembaga perbankan konvensional dansyariah yang terdaftar di Bank Indonesia.

Tabel 1.3

Jaringan Kantor Lembaga Perbankan Syariah

Indikator

Tahun

2010 2011 2012

Nov-2013 Bank Umum Syariah (BUS)

Jumlah Bank Jumlah Kantor 11 1.215 11 1.390 11 1.734 11 1.942 Unit Usaha Syariah (UUS)

Jumlah Bank Jumlah Kantor 23 262 24 312 24 493 23 554 BPR Syariah Jumlah Bank Jumlah Kantor 150 286 155 364 158 401 160 399 Total Total Bank Total Kantor 184 1.763 190 2066 193 2.628 388 2.895 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia-Vol. 11, No.12, November2013

Tabel 1.5 merupakan data perkembangan jaringan perbankan syariah tahun 2010-November 2013. Dari Tabel 1.5, perkembangan jaringan pelayanan setiap masing-masing perbankan syariah mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Hingga Nov-2013 total jumlah kantor bank umum syariah meningkat menjadi 1.942 kantor. Dengan meningkatnya jaringan pelayanan Bank Syariah, ini membuktikan bahwa keberadaan Bank Syariah diterima baik oleh masyarakat Indonesia.

Pada Tabel 1.5, jumlah Bank Umum Syariah dari tahun 2010 – November 2013 stabil, yaitu sebelas Bank Umum Syariah. Satu diantaranya merupakan Bank Syariah pertama di Indonesia, selebihnya merupakan Bank berbasis syariah yang

dibuka oleh Bank Konvensional dan telah mengkonversi diri menjadi Bank Umum Syariah. Bisa dikatakan sepuluh Bank Umum Syariah ini masih merupakan bagian dari Bank Konvensional itu sendiri, dimana pemilik saham Bank Umum Syariah tersebut adalah Bank Konvensional itu sendiri.

Berdasarkan fenomena perbandingan perkembangan Bank Konvensional dengan Bank Syariah yang dijelaskan sebelumnya, akan digunakan tolak ukur untuk melihat kinerja keuangan masing-masing bank.Tolak ukur yang akan digunakan untuk melihat kondisi bank adalah dengan menggunakan rasio keuangan yang mempengaruhi kinerja keuangan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada penilaian kesehatan bank. Rasio Keuangan adalah “angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan” (Harahap, 2008 : 297). Dengan rasio keuangan, dapat menjelaskan informasi yang dapat digunakan sebagai alat pertimbangan, dan informasi tambahan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan latarbelakang yang telah dijelaskan sebelumnya, penulisingin melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional Dan Bank Syariah Di IndonesiaPeriode 2010 - 2013”

Dokumen terkait