• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menciptakan struktur baru, yaitu struktur global. Struktur tersebut mengakibatkan semua bangsa di dunia termasuk Indonesia, mau tidak mau akan terlibat dalam suatu tatanan global yang seragam, pola hubungan dan pergaulan yang seragam khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada saat ini sebagai efek dari berkembangnya era globalisasi makaperekonomian suatu negara akan semakin terintegrasi dengan negara lain, baik dalam satu kawasan maupun dunia pada umumnya. Integrasi negara tersebut dimaksudkan agar dapat meningkatkan kerjasama antarnegara, salah satu integrasi ekonomi yang ada yaitu ASEAN. ( Vantika, 2015/ 10-06-2016. 10:00)

Globalisasi telah menimbulkan dampak yang sangat besar bagi perekonomian. Meskipun demikian, globalisasi juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan yang terjadi diakibatkan oleh ketidakmerataan distribusi kesempatan dan lapangan pekerjaan antara wilayah pedesaan dan perkotaan. Ketimpangan ini tampak jelas dalam perkembangan angkatan kerja yang berlangsung jauh lebih pesat dibanding kemampuan penyerapan tenaga kerja. Sebagian besar lapangan kerja di perusahaan pada tingkat organisasi yang rendah yang tidak membutuhkan keterampilan yang khusus, lebih banyak memberi peluang bagi tenaga kerja wanita. Kemiskinan, tuntutan ekonomi yang mendesak, dan berkurangnya peluang

serta penghasilan di bidang pertanian yang tidak memberikan suatu hasil yang tepat dan rutin, dan adanya kesempatan untuk bekerja di bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi tenaga kerja. Bahkan banyak perempuan Indonesia yang menguatkan diri untuk bekerja ke luar negeri dengan tawaran gaji yang relatif lebih besar.

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berpendidikan rendah dengan keterampilan dan keahlian yang kurang memadai (minim), sehingga belum mempunyai keterampilan dan pengalaman yang baik serta maksimal untuk memasuki dunia kerja. Dengan demikian kualitas tenaga kerja di Indonesia tergolong rendah. Kualitas tenaga kerja yang rendah mengakibatkan kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas. Karena mayoritas perusahaan-perusahaan atau lapangan kerja lainnya lebih memilih tenaga kerja yang berkualitas baik. Sehingga jarang tenaga kerja mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Keterampilan dan pendidikan yang terbatas akan membatasi ragam dan jumlah pekerjaan. Rendahnya tingkat pendidikan akan membuat tenaga kerja Indonesia minim akan penguasaan serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.( Anita, 2012/ 10-06-2016. 10:35)

Hampir setiap tahun, tenaga kerja atau buruh di Indonesia selalu turun ke jalan. Masalah yang dibawa selalu sama yakni soal kesejahteraan. Mereka selalu menuntut kesejahteraan yang lebih baik. Padahal, setiap tahun pemerintah selalu menaikkan upah minimum provinsi (UMP) yang dijadikan rujukan menentukan besaran upah bagi buruh. Tapi kenyataannya, buruh selalu meminta kenaikan gaji yang lebih besar. Persoalan terkait ketenagakerjaan tidak hanya terjadi di sumber

daya manusia (SDM). Hasil kajian Bank Dunia dan CSIS memberi gambaran nyata mengenai persoalan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Tingginya angka tenaga kerja tidak berbanding lurus dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Akibatnya, angka pengangguran di Indonesia masih tergolong cukup tinggi.( Diana, 2013/ 10-06-2016. 11:20)

Masyarakat Ekonomi ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi antar negara anggota ASEAN untuk mewujudkan kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang merata. Siap tidak siap setiap negara anggota ASEAN harus siap meleburkanbatas teritorial negaranya dalam satu pasar bebas yang diperkirakan akan menjadi tulang punggung perekonomian dikawasan Asia. Semua industriakan berkompetisi secara bebas tanpa ada ketentuan hukum yang mengikat. Dengan asumsi, persaingan bebas akan mendorong setiap negara ASEAN melakukan efisiensi yang optimal dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.( Pratiwi, 2015/ 10-06-2016. 12:02)

Sumber daya manusia (SDM)/tenaga kerja merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. ( Vantika,2015/ 10-06-2016. 10:25)

Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbanyak ASEAN merupakan pasar potensial untuk aliran masuk barang, jasa, dan tenaga kerja bagi negara lainnya di ASEAN. Indonesia sebagai pasar konsumen terbesar di ASEAN sangat berpotensi untuk dibanjiri barang-barang konsumsi. Banyak peluang bagi negara indonesia untuk menjadi negara yang perekonomiannya meningkat tajam. Peluang – peluangtersebut seperti manfaat integrasi ekonomi, pasar potensial dunia, negara tujuan investor, negara pengekspor dan sektor jasa yang terbuka. Dimana peluang tersebut dapat dimanfaatkan Indonesia dengan jumlah penduduk Indonesia yang menyumbang angka 40% (249,9 juta)penduduk ASEAN tentu saja merupakan potensi yang sangat besar bagi indonesia dalam menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan. Tidak hanya peluang tetapi juga diikuti dengan tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tidak hanya dari dalam negeri saja melainkan negara negara ASEAN lainnya yang akan dihadapi oleh indonesia diantaranya seperti laju inflasi, laju peningkatan ekspor dan impor, kesamaan produk, daya saing Sumber Daya Manusia, dampak negatif arus modal yang lebih bebas, kepentingan nasional dan kedaulatan negara.( Punalisa, 2015/ 10-06-2016. 11:40)

Di Sumatera Utara sendiri Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah diberlakukan di awal tahun 2016 ini mempertegas keterbukaan dengan investasi asing dan lebih membuat arus barang, jasa, dan tenaga kerja lebih leluasa keluar masuk wilayah ini. Pemberlakuan MEA ini tidak akan secara langsung maupun

instan akan dimanfaatkan dengan arus tenaga kerja yang signifikan. (Waspadaonline, 2015/ 10-06-2016. 11:00)

Selain itu, dengan adanya MEA ini setiap kota di Indonesia juga harus siap menghadapi MEA. Salah satunya yakni Kota Medan. Kota Medan adal provinsi terbesar di luar Pulau Sumatera dan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

Tabel 1.1

Perkembangan Penduduk dan Ketenagakerjaan di Kota Medan 20092014 (ribu orang) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Penduduk Kota Medan 2.121.053 2.097.610 2.132.061 2.122.804 2.123.210 2.135.516 Angkatan kerja 961.410 1.020.626 1.079.626 936.143 1.080.201 1.004.899 Bekerja 824.250 886.815 937.027 851.642 860.650 904.331 Menganggur 137.160 133.811 142.599 84.501 219.551 100.568

Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, 2016

Angkatan kerja di Kota Medan secara umum mengalami peningkatan seperti pada tahun 2009 sebesar 961.410 orang, dan pada tahun 2014 sebesar 1.004.899 orang, hal ini menunjukan trend yang meningkat. Sementara pada sektor penduduk yang sudah bekerja mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya kemudian mengalami penurunan di tahun 2012 dan juga 2013 selanjutnya penduduk yang bekerja mengalami kenaikan pada tahun 2014 dengan jumlah 904.331 orang sudah bekerja ditahun ini. Hal yang sama terjadi pada sektor pengangguran/pencari kerja menunjukan trend yang menurun walaupun pada tahun 2011 mengalami sedikit kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran/pencari kerja di Kota Medan sudah

membaik dari tahun-tahun sebelumnya karena penurunannya yang sangat drastis di tahun 2012 berjumlah 84.501 orang. Namun jumlah pengangguran di Kota Medan mengalami kenaikan drastis di tahun 2013 yang mencapai 219.551 orang yang menganggur ditahun ini. kemudian mengalami penurunan signifikan di tahun 2014 berjumlah 100.568 orang dimana hampir 50% jumlah pengangguran ditahun 2013 sudah memiliki pekerjaan pada tahun 2014.( Dinas Tenaga Kerja, 2016/ 15-06-2016. 13.44)

MEA akan memberikan dampak positif dan negatif bagi semua wilayah termasuk Kota Medan. Dampak positif MEA akan memacu pertumbuhan investasi dari dalam luar negeri. Oleh karena itu investasi dalam negeri berpotensi akan meningkat dan akan menambah jumlah lapangan kerja dalam negeri. Bertambahnya lapangan kerja akan menambah kesempatan kerja bagi tenaga kerja di Negara/wilayah tersebut. Peluang kedua adalah penduduk dapat mencari pekerjaan di luar negeri dengan aturan yang lebih mudah. Dampak negatif adalah adanya pasar barang dan jasa secara bebas khususnya pada ketenagakerjaan yaitu persaingan tenaga kerja semakin ketat karena tenaga kerja asing akan masuk ke dalam negeri. Hal ini yang akan menambah permasalahan ketenagakerjaan di dalam negeri.

Secara kualitas jumlah penduduk Kota Medan relatif banyak, namun persaingan kuantitas tidak akan memenangkan persaingan ketika kualitas masih jauh di bawahnya. Oleh karena itu,masalah tenaga kerja bukan hanya menyangkut jumlah dan kesempatan kerja melainkan kualitas tenaga kerja yang masih rendah. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi terhadap kesiapan tenaga kerja di Kota

Medan dalam menghadapi MEA sebagai upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja. Hal ini dilakukan agar mengetahui bagaimana kompetensi tenaga kerja di Kota Medan dalam berdaya saing dengan tenaga kerja asing di pasar lokal maupun pasar global.Dengan demikian tersedianya angkatan kerja terampil dan terdidik sebagai syarat penting berlangsungnya pembangunan ekonomi berkelanjutan terlebih dalam kondisi yang memasuki MEA di Kota Medan. Penduduk yang tidak produktif yang akan dibekali dengan skill memadai akan membebani pembangunan, memperparah jumlah pengangguran dan merusak stabilitas ekonomi social dan politik di daerah/wilayah bersangkutan.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mencerminkan presentase mereka yang mampu dan mau masuk pasar kerja. Meskipun jumlah PUK banyak, jika presentase TPAK rendah maka penawaran tenaga kerjanya akan lebih rendah/sedikit dibandingkan dengan persentase TPAK yang tinggi. TPAK menjadi cermin yang lebih kuat dalam memahami keterkaitan hubungan dengan kondisi social, ekonomi, budaya maupun demografi penduduk di suatu wilayah..( Dinas Tenaga Kerja, 2016/ 15-06-2016. 13.44)

Gambar 1.1 berikut ini menunjukkan pengembangan TPAK di Kota Medan dari tahun 2009-2013.

TPAK = �������� �����

Gambar 1.1

Perkembangan TPAK di Kota Medan Tahun 2009 – 2014

Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, 2016

Dari data pada Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa TPAK di Kota Medan sejak tahun 2009 manegalami peningkatan sampai dengan tahun 2011 yang sebelumnya 45,3% menjadi 50,6%. Pada tahun 2012 mulai mengalami penurunan menjadi 44,1%, namun meningkat kembali pada tahun 2013 menjadi 50,9%. Penutupan ditahun 2014 kembali mengalami penurunan sebanyak 47 %. Hal ini sesuai dengan teori dimana jumlah penduduk dan jumlah penduduk usia kerja di Kota Medan yang meningkat, maka sebanding dengan jumlah TPAK yang ada di Kota Medan yang mengalami peningkatan pula. Hal ini mencerminkan persentase mereka yang mampu dan mau masuk pasar kerja di Kota Medan pada tahun 2009-2011 dan 2013 mengalami peningkatan. Meskipun jumlah PUK di Kota Medan tinggi, persentase TPAKnya juga tinggi sehingga penawaran tenaga kerja akan lebih tinggi/banyak. Hal berbeda di tahun 2013 jumlah TPAK mengalami penurunan sebesar 44,1% dan pada tahun penutup 2014 kembali mengalami penurunan sebesar 47%, sehingga hal ini menunjukkan bahwa mereka yang mampu dan mau masuk pasar kerja di Kota Medan pada tahun 2012 menurun.

40 45 50 55 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Dokumen terkait