BAB I PENDAHULUAN
A. Kajian Teori
1. Latihan Fisik
Latihan adalah suatu proses yang harus dilalui oleh seorang atlet untuk mencapai suatu prestasi. Salah satu upaya untuk mencapai dan meningkatkan prestasi olahraga adalah melalui latihan. Banyak pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian atau definisi dari latihan. Berkaitan dengan proses dan jangka waktu latihan, Nossek, Josef (1982:10). menyatakan bahwa, “Latihan adalah suatu proses atau dengan kata lain periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai atlet tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi”. Menurut Harsono (1988:10) latihan adalah “Proses yang sistematis, berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan”.
”Latihan fisik merupakan kegiatan fisik yang dilakukan secara sistematik, berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang dengan peningkatan beban secara bertahap dan bersifat individual yang bertujuan untuk membentuk kondisi fisiologis dan psikologis, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik (Brooks, GA & Fahay, TD, 1984:231)”.
commit to user
Melalui latihan fisik, seseorang dapat meningkatkan sebagian besar sistem fisiologis dan dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari dirinya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode latihan fisik adalah suatu cara yang berbentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang secara terus menerus dengan penambahan beban latihan (over load principle) secara periodik yang dilaksanakan berdasarkan pada intensitas, pola dan metode tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi atlet.
Pemilihan suatu metode latihan yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program latihan. Pemilihan metode latihan yang tepat menurut Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin ( 1996 : 142 ) tergantung pada:
1) Tujuan umum melatih 2) Tugas-tugas tertentu
3) Kekhususan suatu cabang olahraga 4) Kedewasaan fisik dan mental 5) Tingkat kemampuan atlet
a. Pengaruh Latihan Fisik
Latihan fisik yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu serta menerapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan terhadap tubuh yang mengarah pada peningkatan
commit to user
kemampuan tubuh untuk melaksanakan kerja yang lebih berat.
Agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, program latihan yang disusun dan dilakukan harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan secara benar. Prinsip-prinsip Latihan yang perlu digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan latihan, menurut Sajoto, M. (1995:30-31) yaitu:
1) Prinsip overload (beban Lebih )
2) Prinsip penggunaan beban secara progresif 3) Prinsip pengaturan latihan
4) Prinsip kekhususan program latihan
Latihan terprogram dengan berdasarkan prinsip-prinsip latihan secara benar, akan dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Prinsip-prinsip dasar latihan tersebut perlu dipedomani dalam melaksanakan latihan. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan maka program latihan dapat disusun.
Dalam penyusunan program latihan perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program latihan tersebut dalam meningkatkan prestasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
1) Intensitas latihan
Intensitas latihan adalah dosis beban latihan yang harus dilakukan atlet dalam suatu program latihan tertentu. Intensitas (intensity) latihan sering diartikan sebagai besarnya beban yang harus ditanggung selama latihan dengan indikator
commit to user
jumlah denyutan jantung meningkat tiap menitnya atau denyut nadi latihan (heart
rate). Intensitas yang diberikan tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Apabila intensitas terlalu rendah maka pengaruh latihan sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya apabila terlalu tinggi dapat berakibat terjadinya cedera atau sakit. Jadi dalam menentukan intensitas latihan harus memperhatikan kemampuan masing-masing atlet.
Dalam menentukan dosis latihan ada tiga cara yang bisa dicapai sebagai patokan ambang rangsang, yaitu: denyut nadi, asam laktat, dan ambang rangsang anaerobik. Cara yang termudah adalah dengan pengukuran perhitungan denyut nadi.
Menurut Harre, D (1982: 116), “untuk meningkatkan daya ledak adalah dengan berat beban 30%-50% atau 60%-70%, ulangan 6-10 kali, set 4-6 kali, istirahat 2-5 menit, irama eksplosit”.
2) Lama latihan
Lama latihan atau durasi latihan adalah berapa minggu atau bulan program latihan itu dijalankan serta berapa lama latihan dilakukan setiap kali latihan (Soekarman, 1987:63), sehingga seorang atlet dapat mencapai kondisi yang diharapkan. Lama latihan ditentukan berdasarkan kegiatan latihan per minggu, per bulan atau aktivitas latihan yang dilakukan dalam jangka waktu per menit atau jam. Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Bila intensitas latihan tinggi maka durasi latihan lebih singkat, sebaliknya bila
commit to user
intensitas latihan rendah maka durasi latihan lebih panjang.
Sajoto, M (1995: 70) menyatakan bahwa “lama latihan hendaknya dilakukan 4-8 minggu”. Sedangkan Harsono (1988: 117) berpendapat bahwa “untuk tujuan olahraga prestasi, lama latihan 45-120 menit dan untuk olahraga kesehatan lama latihan 20-30 menit dan training zone”.
3) Frekuensi latihan
Yang dimaksud dengan frekuensi latihan adalah jumlah latihan intensif yang dilakukan dalam satu minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak sama dalam beradaptasi dengan program latihan. Bila frekuensi latihan terlebih dapat mengakibatkan cedera, tetapi bila frekuensi kurang maka tidak memberikan hasil karena otot sudah kembali pada kondisi semula sebelum latihan.
Jumlah frekuensi latihan bergantung pada jenis, sifat dan karakter olahraga yang dilakukan. Latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam satu minggu untuk memberi kesempatan bagi tubuh beradaptasi dengan beban latihan.
“Sajoto, M (1995: 35) mengemukakan bahwa, program latihan yang dilaksanakan 4 kali setiap minggu selama 6 minggu cukup efektif, namun para pelatih cenderung melaksanakan 3 kali setiap minggu untuk menghindari terjadinya kelelahan yang kronis, dengan lama latihan yang dilakukan selama 6 minggu atau lebih. Latihan dengan frekuensi 3 kali per minggu sangat sesuai bagi pemula dan tidak menimbulkan kelelahan yang berarti”.
commit to user
4) Prosedur Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan, dimana pelatihan dibagi menjadi 3 bagian yaitu : pemanasan, pelatihan inti dan pelatihan penutup. Hal-hal tersebut di atas sangat penting dalam menyusun program latihan suatu cabang olahraga, sehingga usaha latihan untuk meningkatkan dari maksimal ke super maskimal dapat terwujud tanpa merugikan atlet karena terjadinya cedera.
“Otot yang dilatih secara teratur dengan dosis dan waktu yang cukup, akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan secara fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan dapat memperbaiki penampilan fisik (Fox, Edward L.Bowers, Richard W and Foss, Marie L :l988)”.
Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi dalam otot skelet sebagai akibat dari latihan yang dilakukan berupa :
1) Konsentrasi karotin otot meningkat 39 %, PC 22%, ATP 18% dan Glikogen 66%.
2) Aktivitas enzim glikolitik meningkat
3) Aktivitas enzim pembentuk kembali ATP disebut dapat meningkat kecil dan tidak dapat ditentukan.
4) Aktivitas enzim daur Kreb's mengalami sedikit peningkatan.
5) Konsentrasi mitochondria tampak menurun karena akibat meningkatnya ukuran myofibril dan bertambahnya cairan otot atau sarkoplasma.
Sedangkan perubahan fisiologis sebagai akibat dari latihan adalah sebagai berikut:
commit to user 1) Perubahan biokimia dalam jaringan
2) Perubahan sistemik, yaitu perubahan sistem sirkulasi dan respirasi dan sistem pengangkutan oksigen
3) Perubahan yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol dan trigliserida, perubahan tekanan darah, perubahan oklimatisasi pada panas. Fox, Edward. L; Bowers; Richard W and Foss, Marie L (1988).
“Fox, Edward. L; Bowers; Richard W and. Foss, Marie L. (1988:27) menyatakan bahwa, prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan aktivitas dan kemudian melalui prinsip overload, disusunlah suatu program latihan yang akan mengembangkan sistem energi khusus tersebut”.
Menurut Fox (1984 : 34-36 ), sistem energi berdasarkan waktu penampilan olahraga secara umum dibedakan menjadi 4 (empat) bidang, yaitu :
1) Bidang 1, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan kurang dari 30 detik. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC, contoh olahraganya adalah lari 100 m, pukulan dalam tenis dan golf, gerakan lari pemain belakang sepakbola.
2) Bidang 2, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 30 detik sampai 1½ menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATPPC dan asam laktat, contoh olahraganya adalah lari 200 meter dan 400 meter, renang gaya bebas 100 meter.
commit to user
3) Bidang 3, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 1½ menit sampai 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah asam laktat dan Oksigen, contoh olahraganya adalah lari 800 meter dan 1500 meter, renang gaya bebas 200 dan 400 meter, nomor-nomor senam, tinju (3 menit tiap ronde) dan gulat (2 menit tiap babak).
4) Bidang 4, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih dari 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah Oksigen. Contoh olahraganya adalah lari marathon, renang gaya bebas 1500 meter dan jogging.
Berdasarkan pendapat di atas, lari 100 meter merupakan olahraga yang masuk pada bidang 1, karena lari menggunakan power otot tungkai maksimal dalam waktu yang singkat dan gerakan selanjutnya juga sangat cepat, sehingga sistem energi utama untuk adalah ATP-PC. Konsentrasi ATP-PC yang dibutuhkan untuk lari 100 meter adalah 100%.
Sedangkan karakteristik umum dari sistem energi tersebut, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
commit to user
Tabel 1. Karakteristik Umum Sistem Energi
Sistem ATP-PC Sistem Lactid Acid Sistem Oksigen
Anaerobik (tanpa oksigen)
Anaerobik Aerobik
Sangat cepat Cepat Lambat
Bahan bakar kimia: PC Bahan bakar makanan: Glikogen
Bahan bakar makanan: glikogen dan protein Produksi ATP sangat
Terbatas
Produksi ATP terbatas Produksi ATP tidak terbatas
Penyimpanan / penimbunan di otot terbatas
Dengan memproduksi Lactid Acid menyebabkan kelelahan otot
Dengan
memproduksi, tidak melelahkan
Menggunakan aktivitas lari cepat atau berbagai power yang tinggi, waktu aktivitasnya
Menggunakan aktivitas dengan lama antara 1- 3 menit
Menggunakan daya tahan atau aktivitas dengan durasi panjang
(Dikutip dari Fox. Edward, L, 1984:22)
b. Jenis-Jenis Latihan Fisik
Latihan fisik mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam gerakan, agar gerakan-gerakan yang semula sulit dilakukan menjadi semakin mudah dan terjadi otomatisasi gerakan sehingga dalam penggunaan energi dapat dihemat.
Tujuan latihan fisik yang lain menurut Bompa (1990:3-5) adalah bahwa dalam rangka mencapai tujuan utama latihan yaitu puncak penampilan prestasi yang lebih baik. Untuk mencapai puncak penampilan yang lebih baik, perlu kiranya memperhatikan tujuan-tujuan latihan sebagai berikut :
commit to user
1) Mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh. 2) Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu
kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek olahraga.
3) Menanamkan kualitas kemampuan melalui latihan yang mencukupi serta disiplin untuk tingkah laku, ketekunan dan keinginan untuk menanggulangi kerasnya latihan dan menjamin persiapan psikologis yang cukup.
4) Mempertahankan keadaan kesehatan.
5) Mencegah cedera melalui penanganan terhadap penyebabnya dan juga meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan gerakan.
6) Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi.
Disamping itu latihan fisik juga bertujuan untuk : 1) Meningkatkan perkembangan fisik secara umum.
2) Mengembangkan fisik secara khusus sesuai dengan tujuan olahraga tertentu.
3) Menyempurnakan teknik olahraga tertentu (Bompa.1990:45)
commit to user
Latihan fisik dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : 1) Latihan aerobik
2) Latihan anaerobik
3) Latihan beban (weight training)
Perbedaan dari ketiga jenis latihan tersebut adalah pada jenis latihan dan sistem energinya. Latihan aerobik biasanya untuk latihan ketahanan atau daya tahan. Latihan ini masuk pada kategori latihan dengan sistem energi bidang 4, yaitu semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih dari 3 menit dan sistem energi utama yang terlibat adalah Oksigen. Latihan aerobik digunakan untuk melatih olahraga seperti lari marathon, renang gaya bebas 1500 meter dan jogging.
Latihan anaerobik masuk pada bidang 1, yaitu semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan kurang dari 30 detik. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC. Latihan anaerobik biasanya untuk melatih power, kecepatan dan kelincahan. Salah satu jenis latihan anaerobik adalah Latihan lari cepat (sprint).
Latihan beban (weight training) merupakan latihan fisik dengan bantuan alat berupa besi yang merupakan beban, yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot guna membantu kemajuan penampilan seseorang. Latihan beban sistem energinya tergantung pada jenis latihan beban yang akan dilakukan, misalnya untuk melatih kekuatan maksimal, latihan beban dilakukan dengan intensitas maksimal, sedikit pengulangan gerakan namun bebannya maksimal, sistem energi latihan ini adalah ATP-PC dan asam laktat.
commit to user
Berdasarkan jenis-jenis latihan fisik di atas, penelitian ini menggunakan metode latihan (lari cepat hollow dan repetisi) karena bermanfaat untuk meningkatkan kecepatan yang sangat diperlukan dalam lari 100 meter.