• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Upaya Penanggulangan Pelarian Warga Binaan

V. PENUTUP

Bab ini menguraikan dua hal, yaitu kesimpulan dari hasil penelitian ini dan saran terhadap sistem pemasyarakatan dan upaya penanggulangan dalam mencegah pelarian warga binaan pemasyarakatan dari LP.

18

II.TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum Kriminologi

1. Pengertian Kriminologi

Secara etomologis Kriminologi berasal dari kata crime yang berarti kejahatan, dan

logos yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan, sehingga kriminologi

adalah ilmu/pengetahuan tentang kejahatan. Istilah kriminologi untuk pertama kali pada tahun 1879 digunakan oleh P. Topinard, ahli antropologi Prancis, sementara sebelum kata kriminologi ini di kenal orang banyak istilah yang digunakan adalah

antropologi criminal.25

Menurut E.H. Sutherland dalam buku I.S. Susanto, Kriminologi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial, termasuk di dalamnya proses pembuatan Undang-Undang, pelanggaran Undang- Undang, dan reaksi terhadap pelanggaran terhadap Undang-Undang. Kriminologi dibagi mejadi 3 yaitu:

1. Sosiologi Hukum

Kejahatan itu merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam dengan suatu sanksi. Yang menentukan bahwa suatu perbuatan itu adalah kejahatan dan kejahatan itu adalah hukum. menyelidiki sebab-sebab harus pula menyelidiki

25

19 faktor-faktor apa yang merupakan penyebab perkembangan hukum (khususnya hukum pidana).

2. Etiologi Kejahatan

Kejahatan merupakan cabang dari ilmu kriminologi yang mencari sebab musabab ari kejahatan, dalam kriminologi etiologi kejahatan merupakan kajian yang utama.

3. Penology

Pada dasarnya merupakan ilmu tentang hukuman akan tetapi setherland memasukkan hak- hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian kejahatan baik secara represif maupun preventif.

Objek kajian kriminologi melingkupi: a) Perbuatan yang disebut kejahatan b) Pelaku kejahatan

c) Reaksi masyarakat yang ditujukan baik terhadap perbuatan maupun terhadap pelakunya.

Menurut Mudigdo Moeliono, Kriminologi adalah bahwa pelaku kejahatan mempunyai andil atas terjadinya suatu kejahatan, karena terjadinya kejahatan bukan semata-mata perbuatan yang ditentang oleh masyarakat, tetapi adanya dorongan pelaku untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan masyarakat.26

26

20

B. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Binaan

1. Pengertian Warga Binaan Pemasyarakatan

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menentukan bahwa warga binaan pemasyarakatan adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. warga binaan pemasyarakatan adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau sanksi sanksi lainnya, menurut perundang-undangan.

Pengertian warga binaan pemasyarakatan menurut kamus bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman) karena tindak pidana. Dengan demikian pengertian warga binaan pemasyarakatan adalah seseorang yang melakukan tindak kejahatan, hukuman pidana serta ditempatkan dalam suatu bangunan yang disebut penjara. warga binaan pemasyarakatan secara umum adalah orang yang kurang mendapat perhatian, baik dari masyarakat maupun dari keluaganya. Sebab itu ia memerlukan perhatian yang cukup dari petugas lembaga pemasyarakatan/Rutan, untuk dapat memulihkan rasa percaya diri. 27

2. Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

Harus diketahui, warga binaan pemasyarakatan sewaktu menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan dalam beberapa hal kurang mendapat perhatian, khususnya perlindungan hak-hak asasinya sebagai manusia. Dengan pidana yang dijalani warga binaan pemasyarakatan itu, bukan berarti hak-haknya dicabut. Pemidanaan pada hakekatnya mengasingkan dari lingkungan masyarakat serta

27

https://id.wikipedia.org/wiki/warga binaan pemasyarakatan diakses pada 16 Januari 2016, ( 08.00 Wib).

21 sebagai pembebasan rasa bersalah. Penghukuman bukan bertujuan mencabut hak- hak asasi yang melekat pada dirinya sebagaimanusia. Untuk itu, sistem pemasyarakatan secara tegas menyatakan, warga binaan pemasyarakatan mempunyai hak-hak seperti hak untuk surat menyurat, hak untuk dikunjungi dan mengunjungi, remisi, cuti, asimilasi serta bebas bersyarat, melakukan ibadah sesuai dengan agamanya,menyampaikan keluhan, mendapat pelayanan kesehatan, mendapat upah atas pekerjaan, memperoleh bebas bersyarat.

Sebagai negara hukum hak-hak warga binaan pemasyarakatan itu dilindungi dan diakui oleh penegak hukum, khususnya para staf di Lembaga Pemasyarakatan. warga binaan pemasyarakatan juga harus harus diayomi hak-haknya walaupun telah melanggar hukum. Disamping itu juga ada ketidakadilan perilaku bagi warga binaan pemasyarakatan, misalnya penyiksaan, tidak mendapat fasilitas yang wajar dan tidak adanya kesempatan untuk mendapat remisi. Untuk itu dalam Undang- Undang No. 12 Tahun 1995 Pasal 14 secara tegas menyatakan warga binaan pemasyarakatan berhak:

1) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya 2) Mendapat perawatan baik rohani maupun jasmani

3) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

4) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makan yang layak 5) Menyampaikan keluhan

6) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang

22 8) Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya 9) Mendapatkan pengurangan masa pidana

10)Mendapatkan kesempatan berasimilasi ternasuk cuti mengunjungi keluarga 11)Mendapatkan pembebasan bersyarat

12)Mendapatkan cuti menjelang bebas.28

Pada dasarnya hak antara narapidana perempuan dan narapidana pria adalah sama, hanya dalam hal ini karena narapidananya adalah wanita maka ada beberapa hak yang mendapat perlakuan khusus dari narapidana pria yang berbeda dalam beberapa hal, diantaranya karena wanita mempunyai kodrat yang tidak dipunyai oleh narapidana pria yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui maka dalam hal ini hak-hak narapidana wanita perlu mendapat perhatian yang khusus baik menurut Undang-Undang maupun oleh petugas lembaga pemasyarakatan diseluruh wilayah Indonesia.

Khusus untuk Remisi, asimilasi, cuti menjelang bebas dan pembebasan bersyarat merupakan hak seorang Narapidana, baik dewasa maupun anak, sebagai warga binaan pemasyarakatan. Pelaksanaan perolehan Remisi, asimilasi, cuti menjelang bebas dan pembebasan bersyarat tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2006 jo. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan.29

28

Diah Gustiani.,Rini Fathonah & Dona Raisa, Hukum Penitensia Dan Sistem Pemasyarakatan Di Indonesia, Bandar Lampung, Pusat Kajian Konstitusi Dan PeraturanPerundang – Undangan Fakultas hukum Universitas Lampung, 2013, hlm. 61.

29

23

C. Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat tersebut disebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kalau dilihat dari namanya Lembaga Pemasyarakatan mempunyai fungsi memasyarakatkan para narapidana supaya dapat diterima di kalangan masyarakat.30

Menurut Pasal 3 UUD No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, fungsi Lembaga Pemasyarakatan adalah menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Untuk membina para narapidana agar bisa bergaul kembali denganmasyarakat secara normal, maka petugas dari lembaga pemasyarakatan harus berupaya menyelenggarakan kegiatan yang bisa membuat para napi sadarkan perbuatannya dan mereka tidak mengulangi perbuatannya sehingga apabila mereka keluar dari lembaga pemasyarakatan, mereka bisa diterima oleh masyarakat. Pegawai negeri sipil yang menangani pembinaan narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan disebut petugas pemasyarakatan, atau dahulu lebih dikenal dengan istilah sipir penjara.31

30

Aliffianiko, Alqhaderi, Lembaga Pemasyarakatan, https://id.wikipedia.org/wiki/diakses pada 16 Januari 2016, (12.40 Wib).

31

24 Menteri Kehakiman Sahardjo, Ia menyatakan bahwa tugas jabatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman, melainkan juga tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. Resosialisasi pada dasarnya merupakan upaya untuk memasyarakatkan kembali para narapidana sehinga menjadi warga Negara yang baik dan berguna bagi masyarakat, sedangkan redukasi berintikan pada tindakan – tindakan nyata untuk membekali narapidana dengan pendidikan, keterampilan – keterampilan teknis dengan harapan dapat digunakan sebagai mata pencaharian kelas setelah mereka keluar dari lembaga pemasyarakatan.32

Hakekat pembinaan narapidana dibawah prinsip resosialisasi dan redukasi adalah proses upaya tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh petugas lembaga pemasyarakatan secara berdayaguna dan berhasil agar diperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena sasaran pembinaan adalah “pribadi-pribadi” narapidana, maka pembinaan dapat pula dipahami sebagai upaya spesifik yang dimaksudkan untuk melakukan modefikasi karateristik psikologi social dari narapidana yang menjadi sasaran pembinaan, atau dengan pendekatan lain pembinaan merupakan bagian dari kegiatan eksplisit yang direncanakan untuk merubah narapidana dari kondisi yang mempengaruhinya melakukan tindak pidana. Sitem pemasyarakatan mempunyai hakikat bahwa, sejauh mungkin ingin menuju apa yang dinamakan

Twintrack System. Kata lain Twintrack System ini adalah suatu system dua jalur

32

Muladi, Hak Asasi Manusia,Politik, dan Sistem Peradilan Pidana, Pembinaan Narapidana di Lembaga PemasyarakatanNusa Kambangan,Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008, hlm. 223.

25 dalam pelaksanaan pidana di lembaga pemasyarakatan yang dilakukan terhadap narapidana dengan cara pemberian pidana dan tindakan sekaligus.33

1. Proses Pemasyarakat

Secara formal, proses pemasyarakatan sebagai metode pembinaan narapidana dalam sistem pemasyarakatan, diberlakukan pada tahun 1965. tujuan utama daripada penetapan metode tersebut adalah sebagai petunjuk dan sekaligus sebagai landasan bekerja para petugas lembaga pemasyarakatan didalam kegiatannya melaksanakan sistem pemasyarakatan sebagai metode pembinaan ini meliputi empat tahap sebagai berikut :

Tahap pertama :setiap narapidana yang masuk didalam pemasyarakatan dilakukan penetian untuk mengetahui segala hal ikwal perihal dirinya termasuk sebab- sebabnya ia melakukan pelangggaran dan segala keterangan mengenai dirinya dapat diperoleh dari keluarga, bekas majikan, atau atasannya, teman sekerja, sikorban dari perbuatannya, serta dari petugas instansi lain yang telah menangani perkaranya.

Tahap kedua : jika proses pembinaan terhadap narapidana yang bersangkutan telah berlangsung selama-lamanya sepertiga (1/3) dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut Dewan Pengamat Pemasyarakatan sudah dicapai cukup kemajuan, antara lain menunjukan keinsyafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada peraturan tata tertip yang berlaku dilembaga-lembaga, maka kepada narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan ditempatkan di lembaga pemasyarakatan (mediun security).

33Ibid

26

Tahap ketiga : jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani setengah (1/2) dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut Dewan Pengamat Pemasyarakatan telah dicapai cukup kemajuan-kemajuan, baik secara fisik ataupun mental dan juga segi keterampilannya, wadah proses pembinaannya diperluas dengan diperbolehkannya mengadakan asimilasi dengan masyarakat luar, berolahraga bersama dengan masyarakat luar, mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah umum, bekerja diluar, akan tetapi dalam pelaksaannya tetap masih berada dibawah pengawasan dan bimbingan petugas lembaga.

Tahap keempat : jika proses pembinaannya telah dijalani dua pertiga (2/3) dari masa pidana yang sebenarnya atau sekurang-kurangnya Sembilan (9) bulan, maka kepada narapidana yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat dan pengusulan lepas bersyarat ini, ditetapkan oleh Dewan Pengamatan Pemasyarakatan.34

2. Tujuan

a) Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

b) Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan Negara dalam rangka

34

Achmad S Soema Dipradja & Romli Atmasasmita, Sistem Pemasyarakatan di Indonesia, Bandung, Bina Cipta, 2009, hlm. 24.

27 memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

c) Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan / para pihak berperkara serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita untuk keperluan barang bukti pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan serta benda-benda yang dinyatakan dirampas untuk negara berdasarkan putusan pengadilan.

3. Fungsi

Menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.

4. Sasaran

Sasaran pembinaan dan pembimbingan agar warga binaan pemasyarakatan adalah meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan yang pada awalnya sebagian atau seluruhnya dalam kondisi kurang, yaitu ;

a) Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. b) Kualitas intelektual.

c) Kualitas sikap dan perilaku.

d) Kualitas profesionalisme / ketrampilan. e) Kualitas kesehatan jasmani dan rohani.

Sasaran pelaksanaan sistem pemasyarakatan pada dasarnya terwujudnya tujuan pemasyarakatan yang merupakan bagian dan upaya meningkatkan ketahanan sosial dan ketahanan nasional, serta merupakan indikator-indikator yang

28 digunakan untuk mengukur hasil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan sebagai berikut :

1) Isi Lembaga Pemasyarakatan lebih rendah daripada kapasitas.

2) Menurunnya secara bertahap dari tahun ke tahun angka pelarian dan gangguan kamib.

3) Meningkatnya secara bertahap jumlah Narapidana yang bebas sebelum waktunya melalui proses asimilasi dan integrasi.

4) Semakin menurunya dari tahun ketahun angka residivis.

5) Semakin banyaknya jenis-jenis institusi sesuai dengan kebutuhan berbagai jenis / golongan Narapidana.

6) Secara bertahap perbandingan banyaknya narapidana yang bekerja dibidang industri dan pemeliharaan adalah 70:30.

7) Biaya perawatan sama dengan kebutuhan minimal manusia Indonesia pada umumnya.

8) Lembaga Pemasyarakatan dalam kondisi bersih dan terpelihara.35

D. Sistem Pembinaan Pemasyarakatan Tugas dan Kewajiban Petugas Pemasyarakatan

1. Sistem Pembinaan Pemasyarakatan

Sistem Pembinaan Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima

35

https://lpkedungpane.wordpress.com/profil/tujuan-sasaran/ diakses pada 16 Januari 2016, (20.18 Wib).

29 kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Sesungguhnya arti penting penting pembinaan narapidana adalah agar narapidana menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana yang pernah diperbuat. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, khususnya pasal 14 mengenai hak-hak narapidana, narapidana harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam satu sistem pembinaan yang terpadu. Pembinaan dan pembimbingan narapidana meliputi program pembinaan dan bimbingan yang berupa kegiatan pembinaan kepribadian dan kegiatan pembinaan kemandirian. Terpidana adalah seorang yang telah melakukan suatu perbuatan,yang oleh hukum pidana perbuatan tersebut dilarang dan terhadapnya telah dikenakan sanksi berupa pidana berdasarkan suatu putusan hakim yang berkekuatan tetap.36

Sistem Pemasyarakatan merupakan satu rangkaian kesatuan penegakan hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaanya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. Narapidana bukan saja objek melainkan juga subjek yang tidak berbeda dari manusia lainya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehinga tidak harus diberantas, yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat dikenakan pidana. Pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan narapidana atau anak pidana agar menyesali perbuataanya, dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral,

36

30 social dan keagamaan, sehingga tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan damai.

Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksaan asas pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut di atas melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi. Sejalan dengan peran lembaga pemasyarakatan tersebut, maka tepatlah apabila petugas pemasyarakatan yang melaksanakan tugas pembinaan dan pengaman warga binaan pemasyarakatan dalam undang-undang ini ditetapkan sebagai pejabat funsional penegak hukum.37

Tujuan diselengarakannya Sistem Pemasyarakatan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertangung jawab. Fungsi system pemasyarakatan menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehinga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertangung jawab.38

Landasan program pembinaan narapidana, tentang dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang menentukan bahwa sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan atas asas :

a) Pengayoman.

b) Persamaan perlakuan dan pelayanan.

37

Dwidja Priyatno, Op Cit, hlm. 102.

38Ibid,

31 c) Pendidikan dan pembimbingan.

d) Penghormatan harkat dan martabat manusia.

e) Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan.

f) Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu.39

Berdasarkan uraian tersebut, menyatakan prinsip pelaksanaan pemasyarakatan di Indonesia berdasarkan Pasal 5 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yaitu :

a) Pengayoman adalah perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat.

b)Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada warga binaan pemasyarakatan tanpa membeda- bedakan orang.

c) Pendidikan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan Pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.

d)Penghormatan harkat dan martabat manusia adalah bahwa sebagai orang yang tersesat warga binaan pemasyarakatan harus tetap diperlakukan sabagai manusia.

39Ibid,

32 e) Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan adalah warga binaan pemasyarakatan harus berada dalam lembaga pemasyarakatan (Lapas) untuk jangka waktu tertentu, sehingga mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya. Selama di lapas warga binaan pemasyarakatan tetap memperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya manusia, dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak memperoleh perawatan kesehatan,makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan, keterampilan, olahraga, atau rekreasi.40

f) Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu adalah bahwa walaupun warga binaan pemasyarakatan berada di lapas, tetapi harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan ke dalam lapas dari anggota masyarakat yang bebas, dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga. 41

2. Tugas dan Kewajiban Petugas Pemasyarakatan

Sebagai catatan pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan dilaksanakan oleh petugas pemasyarakatan (petugas pemasyarakatan adalah pegawai pemasyarakatan yang melaksanakan tugas pembinaan, pengamanan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan. Petugas pemasyarakatan merupakan pejabat multi fungsional diangkat dan diberhentikan oleh menteri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemasyarakatan yang

40Ibid,

hlm.107

41

33 merupakan bagian akhir dari system pemidanaan dalam tata peradilan pidana adalah bagian integral dari tata peradilan terpadu. Dengan demikian, pemasyarakatan baik ditinjau dari system, kelembagaan, cara pembinaan dan petugas pemasyarakatan, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari satu rangkaian proses penegak hukum.42

Pada saat menjalankan tugasnya, petugas lapas diperlengkapi dengan senjata api dan sarana keamanan yang lain. Pegawai pemasyarakatan diperlengkapi dengan sarana dan prasarana lain sesuai dengan kebutuhan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Petugas pemasyarakatan dalam memberikan tindakan disiplin atau menjatuhkan hukuman disiplin wajib:

a) Memperlakukan warga binaan pemasyarakatan secara adil dan tidak bertindak sewenang-wenang.

b) Mendasarkan tindakanya pada peraturan tata tertib lapas.43

Balai Pertimbangan Pemasyarakatan bertugas member saran dan atau pertimbangan kepada menteri.Balai pertimbangan pemasyarakatan terdiri dari para ahli di bidang pemasyarakatan yang merupakan wakil instansi pemerintah terkait, badan non pemerintah dan peroranganlainya. Tim pengamat pemasyarakatan yang terdiri dari pejabat-pejabat lapas, bapas atau pejabat terkait lainya bertugas :

a) Member saran mengenai bentuk dan program pembinaan dan pembimbingan dalam melaksanakan system pemasyarakatn.

b) Menerima keluhan dan pengaduan dari warga binaan pemasyarakatan.

42Ibid,

hlm. 109.

43Ibid,

34

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Dan pendekatan ini juga mengguanakan pendekatan prilaku dan pendekatan kognitif. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai kaidah yang dianggap sesuai dengan penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara melihat, menelaahhukum serta hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas- asas hukum, sejarah hukum, perbandingan hukum, taraf sinkronisasi yang berkenaan dengan masalah yang akan dibahas.44

Secara operasional pendekatan ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi literatur dan mengkali beberapa pendapat dari orang yang dianggap kompeten terhadap masalah hak-hak tersangka. Sedangkan pendekatam yuridis empiris dilakukan dengan menelaah hukum dalam kenyataan atau berdasarkan fakta yang didapat secara objektif dilapangan baik berupa data, informasi, dan pendapat yang didsarkan pada identifikasi hukum dan efektifitas hukum, yang didapat melalui wawancara dengan akademis yang berkompeten terkait dengan masalah yang penlis angkat dalam penelitian ini.

44

35

B. Sumber dan Jenis data

Sumber adalah subyek penelitian dimana data menempel. Sumber data dapat berupa benda ,gerak, manusia, tempat dan sebagainya. Dan jenis data merupakan kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan, dapat berupa angka, lambang dan sifat. Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer ( field research) adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama. Dengan demikian data primer yang diperoleh langsung dari obyek penelitian di lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penelitian

Dokumen terkait