• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.2.1. Letak dan Luas IUPHHK B

IUPHHK B terletak di Kalimantan dan mulai melakukan kegiatan pemanfaatan hutan sejak tahun 1972. IUPHHK B berada pada ketinggian tempat 30 sampai 200 meter di atas permukaan laut (dpl). Pada awalnya seluruh areal telah ditata batas, namun karena adanya pelepasan areal (hasil telaah BAPLAN), maka sebagian areal menjadi belum ditata batas. Berdasarkan hasil verifikasi Badan Planologi Kehutanan melalui Surat Nomor 1103/VIII-KP/2000 tanggal 18 Desember 2000 luas areal kerja IUPHHK B seluas 92.475 ha. Berdasarkan Surat Menteri Kehutanan Nomor 856/Menhut-IV/1994 tanggal 8 Juni 1994, IUPHHK B telah mendapat Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam. Tahun 2005 diperoleh izin perpanjangan melalui SK Menhut Nomor SK. 393/Menhut-II/2005 tentang Perpanjangan IUPHHK B atas areal hutan produksi seluas 92.475 ha.

4.2.2. Tanah dan Geologi

Formasi geologi di areal kerja IUPHHK B berdasarkan Peta Geologi skala 1 : 250.000 disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 13 Rincian formasi geologi IUPHHK B

Simbol Formasi Bersusunan Luas

Ha %

Tpl Buntok Batu liat dan batu pasir 23.272 25,17

Tmpl Teweh Batu pasir dan kuarsa 69.203 74,82

Jumlah 92.475 100,00

Sumber: RKUPHHK pada Hutan Alam tahun 1992 – 2037

Tanah di IUPHHK B mempunyai kelas kedalaman bervariasi dari dangkal (< 50 cm) sampai sangat dalam (> 150 cm). Kedalaman tanah IUPHHK B didominasi oleh kelas dalam (100 – 150 cm) dan kelas dangkal dijumpai pada tanah yang terbentuk dari bahan granit dengan lereng terjal.

Tabel 14 Tanah-tanah di areal kerja IUPHHK B

Ordo Grup Subgrup

Inceptisols Dystrudepts Aquic Dystrudepts Typic Dystrudepts Oxic Dystrudepts Fluventic Dystrudepts Ultisols Kandiudults Typic Kandiudults

4.2.3. Topografi

Topografi IUPHHK B bervariasi mulai dari datar hingga berbukit. Topografi yang paling dominan pada IUPHHK B adalah agak curam dengan lereng 15-25%. Rincian luas masing-masing kelerengan IUPHHK B disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 15 Kondisi topografi IUPHHK B Topografi Bentuk Wilayah Kelas Lereng

(%)

Luas

ha %

Datar Datar – Berombak 0 – 8 17.931 19,39

Landai Bergelombang 8 – 15 12.253 13,25

Agak Curam Agak berbukit 15 – 25 32.831 35,50

Curam Berbukit 25 – 40 29,460 31,86

Sangat Curam Bergunung > 40 0 0

Jumlah 92,475 100,00

Sumber: RKUPHHK pada Hutan Alam tahun 1992 – 2037 4.2.4. Iklim dan Curah Hujan

Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap rencana kegiatan usaha, baik dalam produksi kayu bulat maupun dalam usaha pemeliharaan kondisi fisik lingkungan. Iklim sangat ditentukan oleh pengaruh curah hujan, hari hujan, suhu udara, radiasi matahari, kecepatan angin, dan arah angin serta evaporasi potensial.

Curah hujan rata-rata tahunan IUPHHK B sebesar 2.457,4 mm/tahun dan jumlah hari hujan per tahunnya sebesar 97 hari/tahun. Intensitas hujan rata-rata tahunan sebesar 25,33 mm/hari. Tipe iklim di sekitar areal kerja IUPHHK B adalah tipe A. Hal ini terutama disebabkan hampir tidak pernah terjadi bulan kering yang < 60 mm/bulan (Schmidt and Fergusson, 1951). Suhu udara rata-rata di sekitar areal kerja IUPHHK ini adalah 26,4º C dengan kisaran antara 26,1 – 26,8º C. Kelembaban udara rata-rata tahunan 84,1% dengan kisaran antara 82,6 – 85,4%. Kelembaban yang rendah pada bulan terkering yaitu bulan September dan kelembaban yang tinggi pada bulan terlembab yaitu bulan Mei.

4.2.5. Keadaan Hutan

Fungsi hutan di areal IUPHHK B dibagi atas hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Secara rinci kondisi penutupan lahan di areal kerja IUPHHK B disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 16 Kondisi Penutupan Lahan di Areal Kerja IUPHHK B

No Penutupan Lahan Luas (ha)

HPT HP HPK Jumlah % 1. Hutan Primer 5.987 2.761 - 8.748 9,5 2. Bekas Tebangan 46.458 19.312 339 65.809 71,2 3. Non Hutan 3.230 700 4.451 14.382 15,6 4. Tertutup Awan 1.921 1.616 - 3.536 3,7 Jumlah 57.296 30.695 4.484 92.475 100,0 Sumber: RKT 2011

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap citra landsat tahun sebelumnya dan pengamatan lapangan, areal tertutup awan tersebut sebagian besar merupakan areal hutan bekas tebangan (3.286 ha) dan sebagian kecil (250 ha) merupakan areal non hutan. Target dan realisasi produksi untuk tebangan RKT Kumulatif IUPHHK A tahun 1972 sampai dengan tahun 2009 disajikan pada Lampiran 3.

Hutan di areal IUPHHK B termasuk tipe hutan hujan tropika basah dataran tinggi yang dicirikan oleh dominasi famili Dipterocarpaceae (kelompok Meranti). Jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae yang mendominasi antara lain adalah Keruing, Meranti, Bangkirai dan Sarangan Batu. Jenis vegetasi dikelompokkan menjadi (1) Kelompok Kayu Meranti, (2) Kelompok Kayu Rimba Campuran, (3) Kelompok Kayu Indah (4) Kelompok Kayu Dilindungi.

4.2.6. Sistem Silvikultur

IUPHHK B melakukan pengelolaan hutan dengan sistem TPTI. Siklus tebang pada IUPHHK B adalah 35 tahun dan melakukan penebangan pada diameter 50 cm ke atas untuk hutan produksi dan 60 cm ke atas untuk hutan produksi terbatas. Penggunaan sistem TPTI berlangsung mulai awal usaha pemanfaatan hutan tahun 1972 sampai sekarang.

4.2.7. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Sebagian besar mata pencaharian penduduk sekitar adalah bertani dengan menerapkan cara-cara tradisional dan apa adanya seperti yang telah disediakan oleh alam, meskipun ada sebagian kecil yang telah menerapkan pertanian terpadu. Mata pencaharian lainnya adalah pedagang, PNS, TNI, jasa angkutan dan lain-lain.

Mereka yang bertani berladang menggarap ladang atau lahan mereka di pinggiran hutan atau di areal dekat tebangan atau di sepanjang sungai. Hasil yang mereka peroleh lebih banyak digunakan untuk kebutuhan keluarga.

Sebagian dari hasil tanaman tahunan mereka dijual ke kota misalnya durian dan rambutan. Mata pencaharian sebagai petani ladang adalah usaha tani yang telah diwarisi secara turun-temurun. Usaha tani ladang merupakan usaha dengan tanaman semusim (padi) dan tanaman tahunan (buah-buahan) yang sebagian besar diusahakan secara tradisional dan pemeliharaan yang minimimal tanpa menggunakan input usaha tani seperti pupuk dan obat-obatan. Sistem pembukaan lahan yang dilakukan adalah tebas, tebang, dan bakar.

Sejak lama masyarakat setempat telah memanfaatkan kayu dari hutan untuk berbagai keperluan. Selain itu dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya hutan adalah kegiatan pengumpulan hasil hutan bukan kayu seperti rotan, getah damar, dan madu. Peluang kerja yang paling banyak menyerap tenaga kerja masyarakat desa sekitar adalah sektor pertanian dan kehutanan. Berdasarkan data monografi Kecamatan tahun 2005, jumlah penduduk sebanyak 21.804 jiwa yang terdiri atas 10.747 jiwa laki-laki dan 11.057 jiwa perempuan. Adapun luas wilayah kecamatan sebesar 2.913 km2. Dengan demikian tingkat kepadatannya sebesar 7,5 jiwa/km2

Mayoritas penduduk sekitar IUPHHK B memeluk agama Islam, dan sebagian kecil beragama Katholik dan Hindu Kaharingan. Kondisi ini menunjukkan bahwa penduduk di desa tersebut umumnya merupakan pendatang.

.

Kebiasaan masyarakat dalam usaha tani adalah budaya usaha tani ladang yang dibuka secara umum tebas bakar yang hingga saat ini masih dianut. Hal ini karena pertimbangan kepraktisan pelaksanaan dan keyakinan adanya abu sisa pembakaran yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Usaha tani yang diterapkan adalah ladang secara tradisional dengan tanaman semusim seperti padi, singkong, jagung, sayuran, dan lain-lain serta tanaman tahunan seperti buah-buahan. Selain usaha tani sebagian penduduk memilih kebiasaan menebang kayu atau bekerja sebagai buruh di perusahaan-perusahaan kayu terdekat. Kegiatan lain yang dilakukan adalah berburu hewan sebagai kegiatan tambahan saja, antara lain: babi hutan, pelanduk, payau, dan lain-lain.

Tingkat pendidikan masyarakat sekitar sangat dipengaruhi oleh lokasi pemukiman mereka. Untuk masyarakat yang bermukim di dalam hutan, pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal ini terlihat dari masih banyaknya (85%) penduduk yang masih buta huruf latin. Sedangkan untuk masyarakat yang bermukim di tepi sungai pada umumnya lebih memiliki tingkat

pendidikan yang maju. Kondisi ini disebabkan oleh adanya transportasi air yang menjadi sarana utama menuju sekolah. Sarana prasarana pendidikan yang cukup lengkap terdapat di Ibukota Kecamatan, sedangkan di desa-desa sekitar areal IUPHHK B hanya ada 3 bangunan Sekolah Dasar (SD).