• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lima Kesalahan yang Sering Dilakukan Konselor

Dalam dokumen publikasi e-konsel (Halaman 193-200)

dapat menyebabkan konseling tidak berjalan lancar. Lima kesalahan yang perlu dihindari oleh konselor selama proses konseling berlangsung antara lain:

1. Dalam menetapkan tujuan hubungan pembimbingan janganlah terlalu bersikap dominan. Demi membangkitkan motivasi, rasa memiliki, dan fokus yang tepat, ajaklah orang yang Anda bimbing untuk bersama- sama menetapkan sasaran pembimbingan.

2. Jangan terlalu cepat memberikan tugas-tugas yang banyak. Biarkan orang yang dibimbing mengatur langkahnya.

3. Hati-hatilah terhadap kemunduran di tengah jalan. Hubungan pembimbingan cenderung kehilangan semangat mula-mulanya di tengah perjalanan. Pastikan bahwa orang yang dibimbing membuat kemajuan, dan seringlah adakan kontak. 4. Adakan penilaian dan seleksilah secara hati-hati orang yang akan Anda bimbing.

Periksa motivasinya, sikap cepat tanggapnya dan apakah waktunya tepat. 5. Hati-hatilah terhadap "penyelesaian yang lemah" dan pertanggungjawaban yang

buruk. Hendaknya Anda penuh perhatian kepada orang yang Anda bimbing selama pembimbingan itu dan akhirilah hubungan dengan baik.

Sumber:

Judul Buku: Mentor (Anda Perlu Mentor dan Bersedia Menjadi Mentor) Artikel : Belajar dari Kesalahan-kesalahan

Penulis : Paul D. Stanley - J. Robert Clinton

Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1996 Halaman : 193 - 194

Serba Info: Ceramah Umum Konseling

Pusat Pendidikan Konseling Kristen (PPKK) Bandung mengundang Anda, terutama yang tertarik dalam bidang konseling, untuk mengikuti ceramah umum dalam bidang konseling.

Ceramah ini secara rutin diadakan pada: Hari : Kamis

Pukul : 18.00 WIB

Tempat : Aula Hotel Sukajadi

Jl. Sukajadi no. 176 (depan Pompa Bensin), Bandung Kontribusi : GRATIS dan tanpa diperlukan pendaftaran.

Acara ini telah rutin diadakan selama lebih dari 6 bulan dan akan terus diadakan

194

pembicara yang profesional dalam bidang konseling sesuai dengan materi yang disajikan. Salah satu diantaranya adalah Pdt. Yopie Buyung, M.A. (Direktur dari PPKK Bandung dan konselor utama di Bandung Counseling Service).

Jika Anda berminat, silakan datang langsung (tepat waktu) ke tempat acara berlangsung dan jangan lupa untuk mengajak teman Anda!

Sumber:

Surat dari Anda

Dari: <robi@>

>Tolong kalau bisa keluarkan edisi yang ada hubungannya dengan >hati bapa atau hal-hal yang menyangkut kebapaan, baik bapa >dalam arti yang sebenarnya (ayah) atau bapa dalam arti

>vertikal (yang di surga). Dan kalau bisa lengkap dengan semua >contoh dan pengajarannya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima >kasih dan Tuhan Yesus memberkati!!!

Redaksi: Terima kasih atas usulannya. Redaksi e-Konsel pernah menampilkan edisi yang mengulas tentang "Peran Seorang Ayah" (edisi 042/2003), terutama dalam peranan ayah dalam mendidik anak dan apa rahasianya untuk menjadi seorang ayah yang efektif. Anda bisa mendapatkan Publikasi e-Konsel Edisi 42 ini dengan

mengakses:

Situs Arsip Publikasi e-Konsel

o http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/042/ atau

Situs C3I (Christian Counseling Center Indonesia) o http:/www.sabda.org/c3i/

Kami berharap e-Konsel edisi 042 tersebut sesuai dengan yang Anda inginkan.

Sedangkan usulan topik mengenai hati Bapa dalam arti hubungan vertikal dengan Allah Bapa, akan menjadi bahan pertimbangan untuk usulan topik tahun depan. Thank you.

195

Bimbingan Alkitabiah: Lima Langkah Bimbingan Yang

Alkitabiah

Dr. Gary R. Collins dalam bukunya yang berjudul "How To Be a People Helper" menuliskan lima langkah bimbingan yang Alkitabiah yang harus dilakukan konselor dalam proses konseling, yaitu:

a. Membangun hubungan antara konselor dan konsele (Yohanes 6:63; Yohanes 16:7-13; 1Yohanes 4:6).

b. Menggali masalah, memperjelas masalah dan menentukan apa saja yang telah dilakukan di masa lalu yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah (Roma 8:26).

c. Mengambil keputusan dalam suatu rangkaian tindakan. Ada beberapa alternatif yang dapat dicoba dalam suatu waktu (Yohanes 14:26; 1Korintus 2:13).

d. Menstimulasi tindakan yang akan dievaluasi oleh konselor maupun konsele secara bersama-sama. Jika ada rencana yang tidak berjalan dengan baik, dapat dicoba lagi (Kisah para Rasul 10:19-20; 16:6; Yohanes 16:13).

e. Mengakhiri hubungan konseling dan mendorong konsele untuk menerapkan secara pribadi apa yang telah ia pelajari dalam konseling (Roma 8:14).

Sumber:

Judul Buku: How To Be a People Helper Penulis : Dr. Gary R. Collins

Penerbit : Regal Book, Ventura, California, U.S.A, 1976 Halaman : 52

Stop Press: Pengiriman Publikasi ICW -- Edisi Konseling

Melalui Stop Press ini kami mengumumkan bahwa hari Selasa (tanggal 19 Agustus 2003), kami akan mengirimkan kepada semua anggota milis e-Konsel, Publikasi ICW (Indonesian Christian WebWatch) edisi 1005/2003, yang kebetulan menyajikan ulasan khusus tentang situs- situs konseling. Di antara situs-situs tersebut, secara khusus akan dibahas Situs C3I (Christian Counseling Center Indonesia). Situs C3I yang baru saja diluncurkan bulan Agustus ini, merupakan situs terlengkap yang bukan saja menyimpan semua arsip terbitan e-Konsel, tetapi juga menyajikan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan konseling.

Secara organisasi C3I adalah yayasan virtual yang menaungi pelayanan publikasi e-Konsel. Nah, jika ingin mengetahui lebih banyak tentang C3I, Anda bisa menengok lagi terbitan perdana e-Konsel (edisi 001/2001), karena di sana telah diulas tentang visi, misi dan tujuan C3I. Silakan arahkan browser Anda ke alamat berikut ini:

http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/001/ atau silakan berkunjung langsung ke Situs C3I di alamat:

http://www.sabda.org/c3i/about.php?bawah=4&idt=9&tanda=4 Untuk berlangganan ICW: < subscribe-i-kan-icw@xc.org >

197

e-Konsel 047/September/2003: Kepribadian

Pengantar dari Redaksi

"Saya tidak suka kamu bersikap mau menang sendiri seperti itu! Kamu egois, suka mengatur, tidak mau tahu perasaan orang lain! Seharusnya kamu sadar, kamu tidak bisa seperti itu!" Kalimat seperti ini sering muncul ketika seseorang kesal dan marah karena perlakuan orang lain yang tidak bisa diterimanya. Bandingkan dengan kalimat berikut ini: "Dia itu orang yang ramah, mudah bergaul dengan orang lain. Selain itu dia juga mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dia bisa membuat suasana menjadi gembira, riang dan menyenangkan!" Kalimat ini berisi sanjungan kepada orang yang dianggap memiliki tingkah laku yang menyenangkan kita.

Contoh di atas menyadarkan kita bahwa manusia pada dasarnya hidup di dalam kondisi dimana tidak mungkin lepas dari penilaian orang lain. Positif atau negatifnya penilaian orang terhadap kita sering kali didasarkan atas bagaimana kebiasaan kita dalam meresponi situasi- situasi yang terjadi. Atau dengan kata lain, cara kita meresponi situasi merupakan pancaran dari sifat-sifat yang sudah terbentuk di dalam kita. Sifat-sifat yang sudah terbentuk di dalam diri manusia inilah yang pada umumnya disebut sebagai kepribadian.

Nah, apakah Anda ingin tahu lebih banyak tentang kepribadian? e-Konsel edisi kali ini, akan menyajikan sebuah artikel yang akan menolong Anda mengetahui bagaimana kita dapat memiliki kepribadian yang utuh. Lalu sajian tanya jawab TELAGA juga akan memberi sajian ringkas tentang macam-macam tipe kepribadian yang kita kenal pada umumnya. Lalu Bimbingan Alkitab akan memberikan pedoman yang patut kita terapkan dalam hidup kita, yaitu meniru kepribadian Kristus. Simak dan jangan Anda lewatkan edisi kali ini!

198

Cakrawala: Retrospeksi

Oleh: Dr. Yakub B. Susabda "Keutuhan pribadi" (integrated personality) merupakan tujuan utama dari setiap pendidikan, baik itu formal maupun informal. Dengan

kehidupan yang utuh (integrated life) manusia dapat menghadapi kondisi hidup sesulit apapun. Paulus di tengah aniaya penjara, tetap dapat merasakan 'self-content' (tidak merasa kekurangan apapun juga) dan bahkan merasakan sukacita surgawi (Filipi 4:4-13) karena kehidupannya yang utuh. Ia tidak lagi terjebak dalam jerat konflik batin yang berlarut-larut (Roma 7:13-25) antara apa yang ia percayai dan apa yang ia rasakan atau alami, karena ia berhasil membangun keutuhan hidupnya. Meskipun demikian tidak berarti Paulus terbebas sama sekali dari pergumulan hidup. Pengalaman dengan stres oleh karena kehidupan yang memang 'stressful' tetap ada, tetapi ia bukan lagi seorang pribadi yang tidak berdaya. Ia, bersama dengan hamba- hamba Tuhan yang lain (Habakuk 3:16-19, Ibrani 11) adalah pemenang- pemenang yang pantas menerima mahkota kebenaran (2Timotius 4:8). Bagaimana dengan kita? Mungkin beberapa pokok pikiran di bawah ini dapat membekali mereka yang merindukan kehidupan yang utuh.

1. Jangan menyangkali (denying) realita (yang mungkin 'stressful' dan conflicting), tetapi hadapi dan selesaikan dengan baik. Paul Tournier, seorang dokter dan psikolog, pernah mengatakan bahwa,

"There is no life without repression. We can not boldly commit ourselves without repressing our fears ... in the adults life, there is no laughter that does not hide secret tears, either unadmitted or unconscious, nor are there any tears behind which is not some repressed enjoyment."

[Tak pernah ada kehidupan tanpa tekanan. Tak mungkin secara utuh kita dapat membuat suatu komitmen pada apapun juga tanpa ada kekuatiran di

belakangnya ... Dalam kehidupan orang dewasa, tak pernah ada gelak-tawa tanpa menyembunyikan air mata, meskipun mungkin ini tak diakuinya. Begitu juga, tak mungkin ada cucuran air mata yang semata-mata bernilai dukacita. Pasti ada unsur-unsur "suka-cita" yang ditekan dan sengaja dilupakan. ("Reflections", Phil: Westminster Press, 1976).]

Hidup ini memang selalu menyediakan dua sisi, yang saling berlawanan, untuk diresponi. Pemenangnya adalah mereka yang tahu memberi respons tepat yang justru dapat mengintegrasikan kedua unsur yang berlawanan tersebut dalam batinnya. Makin dewasa seseorang, ia makin mampu menerima tanpa

menyangkali realita yang sesungguhnya. Bahkan kasih dan kebencian pun dapat diintegrasikan dalam jiwa orang yang dewasa. Seperti yang Tournier, dalam buku yang sama, mengatakan bahwa,

"Hatred and love are two emotions very, very close to one another ... He who can not hate intensely cannot love deeply."

(Kebencian dan kasih merupakan dua macam emosi yang sangat dekat satu dengan lainnya ... Orang yang tak pernah dapat membenci sesama dengan

199

sungguh, tak mungkin dapat mencintai sesama dengan sungguh-sungguh pula.)

Dalam kehidupan yang utuh, dinamika jiwa dengan intensitas yang tinggi, tidak lagi monopoli dosa dan kebencian, karena dapat disalurkan untuk kasih dan kebaikan.

2. Bedakan antara hak yang semu (pseudo right) dengan hak yang sejati (genuine right) yang telah dianugerahkan Allah pada orang-orang percaya. Sumber konflik batin dalam jiwa yang tidak utuh (unintegrated life) selalu berorientasi pada hak. Semakin rendah level kematangan pribadi seorang, semakin tidak integrative jiwanya, dan semakin besar kebutuhannya untuk menuntut pemenuhan haknya. Memang setiap orang "berhak" untuk mendapatkan kebutuhan- kebutuhan primernya. Tetapi dalam Kristus, 'pseudo right' ini (karena hanya untuk

memenuhi kebutuhan sementara) diganti dengan 'genuine right', yaitu hak yang sejati yang dianugerahkan Allah. Hak ini tidak lagi 'self-centered', karena hak ini adalah hak untuk mengikut teladan Kristus yang menyangkali diri-Nya. Untuk mematikan kuasa dosa, hanya ada satu jalan yaitu penyangkalan diri. Dengan prinsip yang sama Paulus berkata,

"... apakah upahku? Upahku ialah ... melayani tanpa upah." (1Korintus 9:18)

Dengan hak yang sejati inilah kita menjadi pemenang-pemenang di tengah kehidupan yang 'stressful' pada jaman ini.

Sumber:

Judul Buletin: Parakaleo, Volume V/1, Januari - Maret 1995 Penulis : Dr. Yakub B. Susabda

Penerbit : Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia, Jakarta Halaman : 2 - 3

200

TELAGA: Kepribadian

Bagaimana kepribadian seseorang itu terbentuk? Bagaimana kita tahu apakah

kepribadian kita? Kami yakin, pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering muncul dalam benak banyak orang. Berikut ini ikutilah cuplikan diskusi yang membahas tentang

seputar kepribadian, bersama narasumber Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. Selamat mengikuti! T : Apa sebenarnya kepribadian itu?

J : Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat- sifat khas diri kita yang bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan kita sejak lahir. Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.

T : Jadi setiap orang yang diciptakan oleh Tuhan itu, sudah dilengkapi dengan kepribadian?

J : Tepat sekali, jadi kepribadian itu sebetulnya adalah pemberian Tuhan yang

sebetulnya sangat berkaitan dengan komposisi fisik kita ditambah dengan pengaruh lingkungan yang kita terima atau kita alami pada masa pertumbuhan kita. Misalnya, ada orang yang mudah cemas, kita tidak bisa langsung berkata orang ini beriman lemah, tapi memang sejak lahir jantungnya peka, mudah sekali merasakan getaran-getaran yang bersumber dari luar dirinya. Akibatnya dia lebih mudah dikejutkan, merasa tegang, dan lebih rawan terhadap kecemasan.

T : Apakah ada jalan yang sederhana supaya kita bisa tahu bagaimana kira-kira berkepribadian saya?

J : Saya jelaskan dulu empat penggolongan kepribadian yang pada umumnya dipakai agar kita bisa mencocokkan diri, kita termasuk dalam kategori yang mana.

TIPE SANGUIN. Tipe ini mempunyai banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah hidup, bisa membuat lingkungannya gembira, senang. Tapi kelemahannya adalah cenderung impulsive, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Jadi orang dengan kepribadian sanguin mudah sekali dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Dia kurang bisa menguasai diri atau penguasaan dirinya lemah. Dalam bukunya Tim LaHaye, orang-orang sanguin cenderung mudah jatuh ke dalam pencobaan, karena godaan dari luar bisa begitu memikatnya, dan dia bisa masuk terperosok ke dalamnya.

TIPE FLEGMATIK. Tipe flegmatik adalah orang yang cenderung tenang dan dari luar cenderung tidak beremosi. Dia tidak menampakkan emosi, misalnya, sedih atau senang. Jadi naik turun emosinya tidak nampak dengan jelas. Orang ini cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik dan introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Jadi dia adalah seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam dan juga seorang pengkritik yang berbobot. Kelemahannya adalah cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah. Kelemahannya ini membuat dia jadi orang yang kurang mau berkorban bagi yang lain. Maka salah satu buah Roh Kudus yang perlu

Dalam dokumen publikasi e-konsel (Halaman 193-200)

Dokumen terkait