• Tidak ada hasil yang ditemukan

Limit switch (saklar pembatas) adalah saklar atau perangkat elektromekanis yang mempunyai tuas aktuator sebagai pengubah posisi kontak terminal (dari Normally Open ke Normally Close atau sebaliknya dari Normally Close ke Normally Open). Posisi 10 kontak akan berubah ketika tuas aktuator tersebut terdorong atau tertekan oleh suatu objek.

Sama halnya dengan saklar pada umumnya, limit switch juga hanya mempunyai dua kondisi, yaitu menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik. Dengan kata lain hanya mempunyai kondisi ON atau Off.

Gambar 2.16 Limit Switch

Namun sistem kerja limit switch berbeda dengan saklar pada umumnya, jika pada saklar umumnya sistem kerjanya akan diatur/ dikontrol secara manual oleh manusia (baik diputar atau ditekan). Sedangkan limit switch dibuat dengan sistem kerja yang berbeda, limit switch dibuat dengan sistem kerja yang dikontrol oleh dorongan atau tekanan (kontak fisik) dari gerakan suatu objek pada aktuator, sistem kerja ini bertujuan untuk membatasi gerakan ataupun mengendalikan suatu objek/mesin tersebut, dengan cara memutuskan atau menghubungkan aliran listrik yang melalui terminal kontaknya.

18 2.7.6 Kapasitor MKP

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.

Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negative terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju keujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non- konduktif.

Gambar 2.17 Kapasitor MKP

Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan. Kapasitor atau kondensator adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan energi listrik (muatan listrik) untuk sementara waktu tanpa melalui reaksi. Kapasitor elektrolit tersebut dari dahan dielektik oksida aluminium yang mempunyai kutup positif dan kutub negetif. Oleh karena itu pemasangan tidak boleh terbalik

2.7.7 Optocoupler PC817

Optocoupler juga dikenal dengan sebutan Opto-isolator, Photocoupler atau Optical Isolator. Optocoupler adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai penghubung berdasarkan cahaya optik. Pada dasarnya Optocoupler terdiri dari 2 bagian

19

utama yaitu Transmitter yang berfungsi sebagai pengirim cahaya optik dan Receiver yang berfungsi sebagai pendeteksi sumber cahaya. Masing-masing bagian Optocoupler (Transmitter dan Receiver) tidak memiliki hubungan konduktif rangkaian secara langsung tetapi dibuat sedemikian rupa dalam satu kemasan komponen.

Sumber : https://www.componentsinfo.com/pc817-optocoupler-pinout-datasheet/

Gambar 2.18 Optocouple PC817

Menurut YA Nugroho (2011:7), Sensor ini banyak dipakai untuk mendeteksi jarak ataupun pergerakan suatu benda dengan cara memberikan kisi-kisi ataupun baling baling sehingga akan terdapat celah dan penghalang. Cara kerja dari sensor optocoupler adalah bila terhalang maka output akan open, dan bila tidak terhalang output akan short. Dengan cara kerja tersebut, sinar inframerah akan putus-putus dan menimbulkan pulsa-pulsa listrik. Pulsa-pulsa itu kemudian dapat diolah dan ditangkap oleh mikrokontroler.

2.7.8 Transistor NPN 2N3904

Transistor merupakan komponen dengan fungsi bermacam-macam. Komponen ini dapat berfungsi seperti layaknya keran air. Arus yang dialirkan bisa diatur secara elektronis berdasarkan kategori, ada transistor yang tergolong sebagai PNP dan ada pula yang termasuk sebagai NPN. N dan P menyatakan semikonduktor, pada PNP dua lapis semikonduktor tipe p dan satu lapis semikonduktor tipe n. Sedangkan pada NPN, dua lapis semikonduktor tipe n dan mengapit satu lapis semikonduktor tipe p.

20

Sumber : https://www.componentsinfo.com/2n3904-pinout-equivalent/

Gambar 2.19 Transistor NPN 2N3904 http://eprints.polsri.ac.id/2962/3/file%20III.pdf

2.7.9 Resistor

Resistor adalah komponen elektronika yang selalu digunakan dalam setiap rangkaian elektronika karena dia berfungsi sebagai pembatas aliran arus listrik. Resistor disingkat dengan huruf "R" (huruf R besar). Satuan Resistor adalah Ohm (Ω), yang menemukan adalah George Simon Ohm (1787-1854), seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman. res listrik Nilai tahanan resistor dilambangkan dengan rangkaian warna yang terdapat pada badan resistor. Bentuk dan simbol resistor dapat dilihat pada gambar 2.19 dan kode warna resistor dapat dilihat pada table 2. 1.

Gambar 2.20 Bentuk Resistor

21

Sumber : www.electroschematics.com

Tabel 2.1 Gelang Warna Resistor 2.7.10 Dioda

Dioda atau diode adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai penyearah. Bahan tipe-p akan menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n akan menjadi katode. Bergantung pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya, diode bisa berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anode mendapatkan tegangan positif sedangkan katodenya mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku sebagi saklar terbuka (apabila bagian anode mendapatkan tegangan negatif sedangkan katode mendapatkan tegangan positif). Kondisi tersebut terjadi hanya pada diode ideal-konseptual.

Sumber : https://www.componentsinfo.com/1n4007-diode-pinout-datasheet/

Gambar 2.21 Dioda

22

Pada diode faktual (riil), perlu tegangan lebih besar dari 0,7V (untuk diode yang terbuat dari bahan silikon) pada anode terhadap katode agar diode dapat menghantarkan arus listrik. Tegangan sebesar 0,7V ini disebut sebagai tegangan halang (barrier voltage).

Diode yang terbuat dari bahan Germanium memiliki tegangan halang kira-kira 0,3V 2.7.11 LED

LED (Light Emitting Dioda) merupakan salah satu jenis dioda, sehingga hanya akan mengalirkan arus listrik satu arah saja. LED akan memancarkan cahaya apabil diberikan tegangan listrik dengan konfigurasi forward bias. Berbeda dengan dioda pada umumnya, kemampuan mengalirkan arus pada LED (Light Emitting Dioda) cukup rendah yaitu maksimal 20 mA. Apabila LED (Light Emitting Dioda) dialiri arus lebih besar dari 20 mA maka LED akan rusak, sehingga pada rangkaian LED dipasang sebuah resistor sebgai pembatas arus. Simbol dan bentuk fisik dari LED (Light Emitting Dioda) dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber : https://www.belajaronline.net/

Gambar 2.22 Bentuk dan Simbol LED

LED terbuat dari berbagai material setengah penghantar campuran seperti gallium arsenida fosfida (GaAsP), gallium fosfida (GaP), dan gallium aluminium arsenida (GaAsP). Karakteristiknya yaitu jika diberi panjaran maju, pertemuannya mengeluarkan cahaya dan warna cahaya bergantung pada jenis dan kadar material pertemuan. Ketandasan cahaya berbanding lurus dengan arus

23

maju yang mengalirinya. Dalam kondisi menghantar, tegangan maju pada LED merah adalah 1,6 sampai 2,2 volt, LED kuning 2,4 volt, LED hijau 2,7 volt.

Sedangkan tegangan terbaik maksimum yang dibolehkan pada LED merah adalah 3 volt, LED kuning 5 volt, dan LED hijau 5 volt.

.

24 BAB III PERANCANGAN 3.1 Deskripsi Sistem

Mammografi ini dibuat dengan tujuan sebagai alat bantu pembelajaran dalam memahami pesawat sederhana Sinar X. Sistem ini menggunakan relay sebagai driver untuk mengontrol pnumatik, solenoid, dan Sinar X. Seluruh sistem rangkaian di jalankan menggunakan Arduino yang dikontrol oleh perangkat lunak labVIEW.

Pada dasarnya pesawat sinar X ini memerlukan beberapa pergerakan secara mekanik yakni pergerakan naik turun untuk mengatur tinggi mammografi sesuai dengan pasien, dan pergerakan rotasi 30o ke kanan dan kekiri untuk keperluan pengambilan citra agar mempermudah dalam mendiagnosa pasien.

Sesuai dengan kebutuan pergerakan mekanik tersebut, alat ini menggunakan beberapa komponen mekanik sebagai aktuator. Pada sistem naik turun menggunakan pneumatic sebagai komponen utama, pneumatic dipasang dan dapat diatur tinggi rendahnya. Sebagai pembatas agar tidak melebihi jarak yang ditentukan, digunakan sensor limit switch pada batas atas dan batas bawah yang terletak di rangka alat. Pneumatik ini dikontrol dengan perangkat lunak yang dibuat menggunakan LabVIEW.

Pada bagian C, rotasi bisa di putar 30 derajat ke kanan dan 30 derajat ke kiri secara manual dengan menggunakan rangkaian solenoid tipe door lock sebagai pengunci rotasi yang bisa dikontrol oleh tombol. Selanjutnya, untuk proses ekspose dikontrol dengan menggunakan rangkaian driver yang dikontrol pada sistem perangkat lunak (LabVIEW).

Sistem perangkat lunak (LabVIEW) tersebut telah terhubung pada rangkaian relay sebagai driver. Output yang dihasilkan akan tampil pada display dan kemudian diolah oleh perangkat lunak (LabVIEW) tersebut.

Cara kerja alat ini adalah setelah alat dinyalakan, maka user dapat mengatur ketinggian alat sesuai dengan tinggi badan pasien. Ketika ketinggian alat sudah sesuai maka objek (phantom) akan diletakkan diatas bidang fluorosens dan diberi penekan agar posisi objek tepat. Setelah semuanya siap maka dilakukan penyinaran sinar X yang pertama pada posisi 0 derajat. Jika sudah selesai, selanjutnya dilakukan penyinaran sinar x yang kedua dengan mengubah posisi sinar x pada posisi 30 derajat kekanan atau

25

sebaliknya menggunakan tombol yang terletak pada alat untuk membuka kunci terlebih dahulu. Saat posisi sudah sesuai, tekan tombol penggunci lalu kemudian dilakukan penyinaran. Untuk penyinaran yang terakhir menggunakan cara yang sama dengan penyinaran kedua. Setelah selesai digunakan, kembalikan bagian C ke posisi semula yaitu pada 0 derajat lalu matikan alat sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

3.2 Diagram Blok Sistem

Gambar 3.1 Blok Diagram Mammografi

Alat mendapatkan sumber daya listrik 220 VAC dari PLN. Dari sumber tersebut digunakan untuk menyalakan mini PC, pesawat sinar-X, dan adaptor 12VDC. Mini PC adalah komputer yang dirancang dalam ukuran kecil fungsinya melakukan pemrosesan.

Pemrosesan yang dimaksud yaitu kontrol mainboard melalui software dan pengolah data agar memperoleh Image output yang sesuai. Sedangkan adaptor 12VDC berfungsi sebagai sumber tegangan DC untuk main board yang berisi rangkaian driver kontrol pesawat sinar-X, kontrol pneumatik, dan kontrol solenoid.

Rangkaian driver kontrol pneumatik berfungsi untuk menggerakan pneumatik inputnya berupa tombol yang terdapat pada software. Rangkaian driver kontrol pesawat sinar-X berfungsi sebagai saklar ON/OFF serta expose sinar-X yang juga inputnya berupa tombol pada software. Ketika proses expose sinar x ditembakan pada obyek maka

26

detektor akan menangkap gambarnya dan kemudian menampilkan outputnya pada monitor yang selanjutnya dapat diolah oleh software.

3.3 Perancangan Perangkat Lunak

Perancangan perangkat lunak ini dibuat untuk mengendalikan sistem alat secara keseluruhan. Bagian ini terdiri dari perancangan main board control, perancangan program Arduino IDE, dan perancangan tampilan GUI.

3.3.1 Perancangan Main Board Control

Perancangan program kontrol main board ini dibuat untuk mengintegrasikan rangkaian-rangkaian driver kontrol yang terdapat pada alat, yaitu kontrol pneumatic, solenoid, dan X-Ray. Mengingat ketiga rangkaian tersebut sama-sama membutuhkan sumber tegangan DC 12 V maka dibuatlah main board yang nantinya menjadi supply utama tegangan 12 VDC yang terhubung pada setiap rangkaian. Selain itu, main board juga berfungsi untuk menyambungkan rangkaian-rangkaian driver kontrol dengan Arduino uno. Berikut ini adalah gambar perancangan main board:

Gambar 3.2 Perancangan Skematik Main Board

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pada main board ini terdapat rangakaian driver kontrol X-Ray, pneumatik, solenoid dan juga arduino uno. Ketiga rangkaian tersebut kemudian di integrasikan dengan arduino uno, yang mana rangkaian driver X-Ray terhubung pada pin digital 6 dan 8. Kemudian rangkaian driver kontrol pneumatik terhubung pada pin digital 7 dan 12. Selanjutnya rangkaian driver kontrol solenoid

27

terhubung pada pin digital 4 dan 5. Ketiga rangkaian tersebut mendapat sumber 12 VDC dari power supply 12 VDC sebagai sumber utamanya.

Gambar 3.3 Perancangan Skematik dan Ares Main Board

28 3.3.2 Perancangan Program

Perancangan program kontrol ini dibuat untuk mengendalikan main board yang didalamnya terdapat rangkaian driver kontrol pneumatik, X- ray dan solenoid.

Program kontrol dibuat menggunakan Arduino IDE yang kemudian dikomunikasikan dengan LabVIEW sebagai tampilannya. Untuk bagian awal program terdapat proses inisialisasi pin input yang akan digunakan dalam sistem, selanjutnya sistem akan membaca input lalu kemudian diproses dan output-nya ditampilkan pada serial monitor yang kemudian di komunikasikan dengan software LabVIEW.

Sehingga nanti output yang sebelumnya ditampilkan pada serial monitor kemudian ditampilkan pada LabVIEW.

29

30

Gambar 3.4 Diagram Alir Program 3.3.3 Perancangan Tampilan GUI (Graphical User Interface)

Perancangan tampilan GUI pada alat mammografi ini menggunakan LabVIEW yang mana LabVIEW sebagai sistem pengontrol pneumatik dan ON/OFF serta expose X-Ray. Selain itu, pada LabVIEW ini user dapat melihat dan mengoreksi hasil citra.

31

Gambar 3.5 Diagram Alir Tampilan GUI pada software Labview

Gambar diatas merupakan diagram alir proses perancangan GUI yang mana ketika software dinyalakan degan posisi alat juga ON maka akan muncul tampilan utama untuk memilih port kamera, port kontrol serta tempat penyimpanan hasil expose. Kemudian setelah sudah memilih port kamera, kontrol dan tempat penyimpanan selanjutnya tekan tombol live view untuk mengaktifkan kamera. Lalu user akan mengatur posisi alat sesuai dengan tinggi badan pasien (posisi duduk) dengan menekan tombol UP ON agar pneumatik bergerak ke atas dan UP OFF untuk menghentikan pergerakan pneumatik apabila sudah mencapai ketinggian yang diharapkan begitu pun sebaliknya untuk menurunkan pneumatik dapat menggunakan tombol DOWN ON dan DOWN OFF.

32

Gambar 3.6 Diagram Alir Tampilan GUI pada software LabVIEW

Kemudian, setelah posisi alat sudah sesuai dengan tinggi badan pasien maka selanjutnya akan dilakukan proses penyinaran sinar x. ketika pasien sudah siap maka user akan menekan tombol ON untuk mengaktifkan X-Ray lalu kemudian menekan tombol expose yang mana pada saat expose tersebut sinar x akan diarahkan pada obyek. Proses expose tersebut terjadi dalam waktu sekitar 0.6 sekon dan pada saat tersebut juga detektor akan menangkap hasil citra yang didapatkan. Setelah proses expose sudah terpenuhi maka user perlu mengambil gain dan dark untuk kebutuhan pengolahan citra. Untuk mengambil gain posisi alat dalam keadaan ON tanpa obyek maka ketika tombol gain ditekan akan terjadi proses expose dan hasilnya ditangkap oleh kamera detektor.

33

Kemudian untuk mengambil dark alat dalam keadaan ON tanpa obyek dan ketika tombol dark ditekan makan kamera detektor akan mengambil gambar tetapi pada proses ini tidak terjadi eksposi atau penyinaran sinar x seperti pada gain. Setelah sudah selesai melakukan proses expose kemudian gain dan dark, maka tekan tombol OFF untuk menonaktifkan X-Ray.

Proses selanjutnya ada corretion, pada bagian ini user akan memilih gambar/citra yang sudah ditangkap oleh detektor. Gambar/citra yang perlu dimasukan, yaitu hasil expose, gain, dan dark. Setelah sudah dipilih, tekan tombol corretion untuk memulai proses corretion. Lalu untuk mengoreksi hasil citra tersebut atur parameter corretion level sesuai dengan kebutuhan. Jika sudah mendapat hasil yang terbaik, maka tekan tombol save image untuk menyimpan gambar/citra.

Proses expose dan corretion tersebut dilakukan sebanyak 3 kali dengan 3 posisi berbeda, yaitu 0 derajat kemudian 30 derajat ke kanan dan 30 derajat ke kiri.

3.4 Perancangan Elektronika

Perancangan elektronika ini dibuat untuk menggerakan mekanik alat. Rangkaian elektronik yang digunakan pada alat ini terdiri dari tiga rangkaian, yaitu rangkaian driver kontrol pneumatik. rangkaian driver kontrol X-Ray dan rangkaian driver kontrol solenoid.

3.4.1 Rangkain Driver Kontrol Pneumatik

Rangkaian ini berfungsi untuk menggerakkan pneumatik yang mana pada ini tersusun oleh beberapa komponen yaitu, optocouple sebagai isolator antara arduino dan relay 12 VDC, led sebagai indikator, resistor, transistor dan relay. Berikut ini gambar rangkaian pneumatic ini adalah sebagai berikut :

34

Gambar 3.7 Skematik dan Ares Rangkaian Driver Kontrol Pneumatik 3.4.2 Rangkain Driver Kontrol Solenoid

Rangkaian ini berfungsi untuk menggerakkan solenoid dengan menggunakan tombol yang terdapat pada bagian mekanik alat. Pada prinsipnya rangkaian ini sama dengan rangkaian pneumatik hanya saja beban yang dikontrol berbeda. Berikut gambar rangkaian solenoid adalah sebagai berikut :

35

Gambar 3.8 Skematik dan Ares Rangkaian Driver Kontrol Solenoid 3.4.3 Rangkaian Driver Kontrol X-Ray

Rangkaian ini berfungsi untuk ON/OFF X-Ray dan expose sinar x yang rangkaian ini tersusun oleh beberapa komponen yaitu, optocoupler sebagai isolator antara arduino dan relay 12 VDC, led sebagai indikator, resistor, transistor dan relay. Pada prinsipnya sama seperti rangkaian sebelumnya hanya saja beban yang dikontrol berbeda. Berikut ini gambar rangkaian driver kontrol X-Ray adalah sebagai berikut :

36

Gambar 3.9 Skematik dan Ares Rangkaian Driver Kontrol X-Ray

Terkait penjelasan lebih detail dapat dilihat pada laporan Sistem Kontrol Solenoid, Pneumatik dan Expose X-Ray pada Mammografi.

3.5 Perancangan Mekanik

Perancangan mekanik ini dibuat sebagai bentuk fisik alat yang kemudian akan digerakkan dengan menggunakan rangkaian driver kontrol yang telah dirancang. Bagian mekanik ini akan di kontrol dengan menggunakan software yang juga sudah dirancang.

Sistem mekanik yang dirancang yaitu sistem linear dan sistem rotasi. Perancangan

37

mekanik ini berkaitan dengan desain dan ukuran yang dibuat sesuai kebutuhan serta memperhitungkan faktor ergonomis. Faktor ergonomis yang dimaksud, yaitu alat ini di desain dengan memperhatikan keserasian antara pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja.

Maka faktor ergonomi ini menjadi bagian penting yang perlu diperhatikan, sehingga alat yang dibuat dapat efektif dan efisien pada penggunaannya baik terhadap lingkungan, user maupun pasien. Berikut ini adalah gambar desain mekanik :

Gambar 3.10 Desain Rangka Mekanik

Gambar 3.10 diatas merupakan desain mekanik yang dibuat dengan menggunakan software AutoDesk. Terdapat dua desain, desain awal yang dirancang kemudian diubah dengan mempertimbangkan kebutuhan perusahaan dan sesuai dengan bahan serta material yang terdapat di perusahaan. Sebelum di desain pada AutoDesk perlu dibuat sketsa beserta ukurannya dan juga disesuikan dengan faktor ergonomi. Berikut ini gambar sketsa desain mekanik :

38

Gambar 3.11 Sketsa Desain Mekanik Keterangan Ukuran :

Tinggi Rangka 1300 mm

Lebar 400 mm

Tinggi C 760 mm

Lebar C 350 mm

Tinggi Box 100 mm

Tinggi Rel Bearing 300 mm Tabel 3.1 Ukuran Rangka

39

Ukuran yang telah ditentukan sudah sesuai dengan perhitungan kebutuhan serta faktor ergonomis untuk penjelasan lebih detail dapat dilihat pada laporan Rancang Bangun Sistem Linear dan Rotasi pada Mammografi.

40 BAB IV

IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV ini membahas tentang kelanjutan dari bab perancangan. Setelah perancangan mekanik, elektronik dan perangkat lunak sudah selesai dikerjakan proses selanjutnya yaitu mengimplementasikan perancangan yang telah dibuat. Pada proses ini akan dipaparkan hasil implementasi perancangan dan juga hasil uji coba serta troubleshooting yang dihadapi saat proses pengerjaan.

4.1 Implementasi Perangkat Lunak

Setelah selesai dilakukan perancangan perangkat lunak pada bab III selanjutnya hasil perancangan tersebut di implementasikan dalam bentuk tampilan GUI.

4.1.1 Implementasi Tampilan GUI

Tampilan GUI (Graphical User Interface) yang telah dirangcang pada bab III kemudian di implementasikan dalam bentuk aplikasi. Aplikasi tersebut dapat digunakan untuk menggontrol main board yang kemudian menggerakan bagian-bagian mekanik alat.

41

Gambar 4.1 Tampilan GUI

Berikut ini adalah penjelasan bagian-bagian dari tampilan GUI yang telah dibuat : 1. System Setup

Pada bagian ini berisi beberapa menu untuk memilih port kamera, port Arduino (controller), tempat penyimpanan, dan tombol live view yang berfungsi untuk mengaktifkan kamera detektor.

42

Gambar 4.2 Tab System Setup 2. System Control

Tab selanjutnya adalah system control. Pada bagian ini terdapat beberapa menu kontrol yang berfungsi untuk mengontrol bagian-bagian mekanik yang ada pada rangka alat. Gambar tampilannya dapat dilihat pada gambar sebagai:

Gambar 4.3 Tab System Control

Seperti pada gambar diatas dapat dilihat terdapat beberapa tombol kontrol dengan fungsi yang berbeda-beda. Tombol ON dan OFF berfungsi sebagai saklar X-Ray sedangkan tombol Capture berfungsi untuk proses expose sinar x sekaligus untuk mengaktifkan detektor yang akan menangkap citra. Kemudian

43

terdapat tombol gain dan dark yang berfungsi untuk proses pengolahan citra.

Selanjutnya tombol UP ON/OFF yang berfungsi sebagai saklar untuk menggerakan pneumatik ke atas begitupun sebaliknya dengan tombol DOWN ON/OFF.

3. Corretion

Tab corretion merupakan bagian dimana hasil citra diolah. Pada bagian ini terdapat beberapa menu yang dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4.4 Tab Correction

Pada gambar diatas terdapat menu untuk pemilihan hasil citra dari expose sinar x, kemudian gain dan dark. Gain dan dark berfungsi dalam proses Setelah sudah memasukkan hasil citra dari expose sinar x, gain dan dark kemudian tekan tombol corretion yang berfungsi untuk memulai proses koreksi. Selanjutnya

44

untuk mengoreksi gambar dapat dilakukan dengan mengatur parameter corretion level yang terdapat pada tab tersebut.

4.2 Implementasi Elektronik

Rancangan rangkaian-rangkaian driver kontrol yang sudah dirancang pada bab III kemudian diimplementasikan dalam bentuk perangkat keras. Berikut ini proses implementasi rangkaian-rangkaian driver kontrol dan main board:

✓ Mengetak hasil perancangan yang telah disimpan dalam bentuk file pdf sebagai berikut:

Gambar 4.5 Layout Main Board

45

Gambar 4.6 Layout Pneumatik

Gambar 4.7 Layout Solenoid

Gambar 4.8 Layout X ray

46

Selanjutnya, melakukan pembuatan jalur pada PCB (Printed Circuit Board) dengan menggunakan setrika yang diletakkan pada kertas hasil cetak sebelumnya yang mana di bawah kertas tersebut terdapat papan PCB sebagai sirkuit boardnya.

Gambar 4.9 Pelarutan PCB

Setelah PCB sudah berhasil larut dan dibersihkan dengan menggunakan amplas. Proses berikutnya adalah melakukan bor pada bagian-bagian yang akan diletakan komponen yang dalam hal ini konsil-konsil serta beberapa tblock I/O.

Setelah PCB sudah berhasil larut dan dibersihkan dengan menggunakan amplas. Proses berikutnya adalah melakukan bor pada bagian-bagian yang akan diletakan komponen yang dalam hal ini konsil-konsil serta beberapa tblock I/O.

Dokumen terkait