B. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Agroindustri Berbahan Baku Akar Wangi di Kabupaten Garut
2) Lingkungan Eksternal a) Pemasok bahan baku
Bahan baku utama agroindustri minyak akar wangi adalah tanaman akar wangi, yang dipasok dari Kecamatan Samarang, Leles, Bayongbong dan Cilawu. Keempat kecamatan tersebut adalah daerah yang diijinkan untuk budidaya akar wangi. Biasanya pengrajin sudah memiliki pemasok khusus, tetapi apabila kekurangan bahan baku maka pengrajin membeli sendiri.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksi, ketersediaan akar wangi bagi agroindustri minyak akar wangi sudah mencukupi. Hal ini dikarenakan kriteria akar wangi untuk agroindustri minyak akar wangi tidak ditentukan. Akar wangi yang baik untuk disuling adalah akar wangi yang sudah cukup umur, yaitu antara 8 – 12 bulan. Tetapi terkadang apabila pengrajin kekurangan bahan baku maka tanaman akar wangi yang seharusnya belum waktunya untuk di panen terpaksa di jual, sehingga menyebabkan rendemen akar wangi kurang bagus. Kerjasama antara pengrajin dengan pemasok bahan baku berlangsung sudah sangat lama, oleh karena itu terjalin hubungan kerjasama yang sangat baik antara kedua belah pihak.
b) Teknologi
Perkembangan teknologi berpengaruh terhadap proses produksi. Penggunaan ketel besi dirasakan sangat mempengaruhi hasil minyak yang diolah. Selain kadar minyak yang diperoleh tidak terlalu baik, waktu pemrosesannyapun
menjadi lebih lama. Akibatnya adalah adanya penambahan biaya produksi dengan hasil jual yang lebih rendah. Sebagai alternatif perbaikan beberapa pengrajin berharap adanya bantuan untuk penggantian ketel menjadi ketel stainless, dengan penunjuk panas dan tekanan. Saat ini tidak ada standarisasi yang jelas mengenai mekanisme pemasakan akar wangi yang benar, proses yang berlangsung selama ini lebih didasarkan pada pengalaman dari masing-masing pengrajin. Walaupun demikian seringkali terjadi hasil pasakan minyak bervariasi.
Pada saat ini telah ditemukan teknologi baru yaitu dengan sistem boiler. Sistem ini menggunakan listrik tetapi tetap menggunakan bahan bakar solar atau minyak tanah. Minyak hasil sulingan dengan sistem boiler ini kualitasnya lebih bagus daripada menggunakan ketel besi karena tingkat kegosongannya berkurang. Tetapi sistem ini belum banyak digunakan oleh pengrajin minyak akar wangi karena harganya masih sangat mahal. Selain itu juga belum ada standart kualitas untuk minyak akar wangi. Berapapun tingkat kegosongan minyak dijual dengan harga yang sama sehingga pengrajin enggan untuk menggunakan boiler. Saat ini sudah ada laboratorium uji mutu untuk menentukan tingkat kegosongan minyak sehingga ada standart kualitas minyak tetapi belum berfungsi.
c) Persaingan
Tanaman akar wangi (Vertiveria Zizaninoides satpt) termasuk tanaman langka di dunia dimana hanya tiga negara yang mampu memproduksi tanaman ini dengan baik, adapun negara tersebut adalah Bourbone, Haiti dan Indonesia. Di Indonesia sendiri daerah penghasil akar wangi tersebut adalah
di Kabupaten Garut, dimana keadaan iklim dan cuacanya sangat cocok karena berada di daerah pegunungan sehingga baik untuk tumbuh kembangnya tanaman akar wangi.
Ada beberapa daerah di Indonesia yang pernah di uji cobakan untuk budidaya tanaman ini salah satu contohnya di daerah Majalengka dan Jawa Timur, adapun hasil yang diperoleh dari uji coba tersebut bahwa tanaman akar wangi itu bisa tumbuh dengan baik di daerah-daerah tersebut akan tetapi hanya sedikit menghasilkan minyak akar wangi atau kualitas rendeman vetiverol (senyawa kimia akar wangi) yang dimiliki sangat kecil. Oleh karena itu minyak akar wangi yang diproduksi di Kabupaten Garut belum ada saingannya.
d) Kondisi sosial budaya dan demografi
Kebutuhan akan minyak akar wangi yang menjadi bahan pembuatan parfum dan kosmetik meningkat menyebabkan permintaan minyak akar wangi meningkat pula. Parfum dan kosmetik sudah menjadi barang yang biasa dimasyarakat. Masyarakat sekarang terutama wanita suka berdandan, sehingga permintaan kosmetik meningkat.
Kabupaten Garut yang dikelilingi oleh gunung berapi dan memiliki tanah vulkanik yang cocok untuk dibudidayakannya tanaman akar wangi merupakan salah satu peluang dalam agroindustri kerajinan akar wangi. Selain itu juga akar wangi yang dibudidayakan di Garut memiliki keunggulan yaitu baunya wangi.
Terbatasnya areal yang diijinkan oleh pemerintah daerah untuk penanaman akar wangi mengakibatkan adanya usaha sebagian kecil petani untuk melakukan penanaman akar wangi secara sembunyi-sembunyi. Selain itu, adanya konversi minyak ke gas menyebabkan pengrajin kebingungan untuk memperoleh bahan bakar. Sampai saat ini belum ditemukan alat penyuling yang berbahan bakar gas.
Penyuluhan dan pelatihan ketrampilan penyulingan akar wangi yang benar sering diberikan kepada pengrajin oleh pemerintah daerah. Selain itu, pelatihan ekspor impor juga sering diberikan oleh Disperindag Kabupaten Garut dengan tujuan agar alur pemasaran minyak akar wangi bisa dipangkas, yaitu pengrajin bisa melakukan ekspor langsung. Namun hal ini belum dapat dilakukan oleh seluruh pengrajin. Hanya pengrajin tertentu saja, yaitu pengrajin yang memiliki modal besar yang dapat melakukan ekspor langsung.
b. Kerajinan Akar Wangi 1) Lingkungan Internal
a) Sumber Daya Manusia
Tingkat pendidikan pengrajin agroindustri kerajinan akar wangi sudah cukup tinggi yaitu setingkat SMA. Biasanya pengrajin sebelum mendirikan usahanya adalah bekerja sebagai karyawan pada industri sejenis. Sehingga pengrajin sudah mendapatkan ketrampilan dan pengalaman. Pendidikan formal juga sangat berpengaruh dalam pemasaran maupun dalam mengatur keuangan. Rata-rata lama usaha agroindustri kerajinan akar wangi adalah 8 tahun sehingga lama usaha atau pengalaman berusaha merupakan kekuatan dari usaha ini.
Tingkat pendidikan tenaga kerja yang bekerja pada agroindustri kerajinan akar wangi, rata-rata berpendidikan setingkat SD. Tenaga kerja yang bekerja pada usaha agroindustri kerajinan akar wangi seluruhnya adalah perempuan dan merupakan tenaga kerja luar. Tenaga kerja biasanya berasal dari tetangga sendiri yang tidak memiliki pekerjaan atau para gadis yang putus sekolah kemudian dibina dan dibimbing untuk diberi pelatihan yang selanjutnya direkrut menjadi tenaga kerja. Terbatasnya tenaga yang terampil menjadi kelemahan dalam usaha ini.
b) Produksi
Kerajinan akar wangi yang unik dan berbeda dengan kerajinan lain yaitu karena baunya wangi menjadi kekuatan dalam usaha ini. Produksi sudah dapat kontinu. Satu minggu hasil tenunan akar wangi dapat dikirim dua kali kepada pengrajin yang lebih besar untuk dimodifikasi dengan kerajinan lainnya.
c) Keuangan
Pengrajin terbatas dalam modalnya sehingga hal tersebut menjadi kelemahan dalam usaha ini. Tidak ada bantuan modal dari pemerintah, biasanya pengrajin meminjam modal dari swasta atau perorangan. Dalam pengelolaan keuangan, usaha ini masih sangat kurang yaitu tidak ada pembukuan tentang keuangan usahanya sehingga hal tersebut menjadi kelemahan dalam usaha kerajinan akar wangi.
Pemerintah membantu dalam pemasaran kerajinan akar wangi, diantaranya adalah pengikutsertakan para pengrajin dalam acara pameran ataupun workshop baik ditingkat lokal, maupun nasional. Pemerintah juga melakukan kontak dagang dengan beberapa daerah yaitu dengan memiliki daerah pemasar khusus sehingga pengrajin sangat terbantu.
Di Kabupaten Garut baru ada dua toko (outlet) yang mengkhususkan pada pengolahan dan penjualan hasil kerajinan akar wangi. Para pengrajin biasanya melakukan proses awal pengolahan akar menjadi bentuk tenunan, selanjutnya hasilnya ditampung pada outlet yang melakukan pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai macam kerajinan. Kerajinan yang banyak dihasilkan biasanya berupa kain sarung bantal, taplak meja, lampu hias, lampu meja, kain gordin dan lain-lain. Dengan sentuhan artistic tertentu, tampilan yang mewah dan khas mengakibatkan harga jual produk kerajinan akar wangi dari Garut memiliki pangsa pasar tersendiri, khususnya pasar dari negara luar yaitu Jepang, Australia dan India.
2) Lingkungan Eksternal a) Pemasok bahan baku
Pengrajin biasanya sudah memiliki pemasok bahan baku khusus karena akar wangi yang dibutuhkan untuk agroindustri kerajinan memiliki kriteria khusus yaitu akar yang lurus, tidak banyak akar-akar kecil dan panjangnya kurang lebih satu meter agar dalam proses penenunan lebih mudah. Petani banyak yang menjual akar wanginya ke daerah lain sehingga pengrajin bersaing dalam memperoleh bahan baku.
Keputusan Bupati tentang luas penanaman akar wangi juga berpengaruh dalam mendapatkan bahan baku. Berbeda
dengan agroindustri minyak akar wangi, dimana semua akar bisa disuling tetapi untuk kerajinan akar wangi tidak semua akar wangi bisa digunakan sehingga ketersediaan bahan baku terbatas.
b) Teknologi
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan akar wangi sangat sederhana yaitu dengan mesin tenun, yang dibantu dengan alat-alat penunjang seperti gunting, jarum, dan benang. Tidak ada teknologi tertentu yang dibutuhkan dalam pembuatan kerajinan akar wangi. Begitu pula dengan peralatan yang digunakan tidak begitu berpengaruh tetapi ketrampilan dan kreatifitas yang sangat dibutuhkan.
c) Persaingan
Pengrajin di Kabupaten Garut bersaing dalam mendapatkan bahan baku. Banyak petani akar wangi yang menjual akar wanginya untuk kerajinan ke luar daerah Garut diantaranya adalah Kabupaten Pekalongan dan Yogyakarta. Hasil kerajinan tersebut dikirim kembali ke Kabupaten Garut, sehingga pengrajin juga bersaing dalam pemasarannya. Harga yang sangat kompetitif mendorong pengrajin akar wangi di Kabupaten Garut harus lebih inovatif lagi untuk menghadapi persaingan karena harga kerajinan yang berasal dari Pekalongan maupun Yogyakarta lebih murah.
d) Kondisi sosial budaya dan demografi
Kabupaten Garut memiliki banyak tempat wisata sehingga banyak wisatawan yang datang baik domestik maupun asing. Kerajinan akar wangi menjadi salah satu pilihan untuk oleh-oleh selain dodol garut. Parcel kerajinan akar wangi
juga menjadi salah satu pilihan masyarakat pada waktu lebaran. Sehingga omset pada saat menjelang lebaran meningkat tajam.
e) Kebijakan pemerintah
Adanya Keputusan Bupati tentang luas areal penanaman akar wangi merupakan ancaman bagi usaha ini, karena secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap penyediaan bahan baku. Apalagi akar wangi yang digunakan untuk kerajinan memiliki kriteria khusus sehingga tidak semua akar wangi bisa dibuat kerajinan.
Perhatian pemerintah yang besar terhadap agroindustri kerajinan akar wangi menjadi peluang dalam usaha ini. Hampir dua minggu sekali pemerintah daerah, khususnya Disperindag memberikan penyuluhan dan pelatihan ketrampilan terhadap pengrajin akar wangi. Pelatihan ekspor impor juga diberikan kepada pengrajin, supaya pengrajin dapat memasarkan langsung hasil kerajinannya sehingga dapat memperpendek alur pemasarannya.
Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri berbahan baku akar wangi di Kabupaten Garut. Adapun faktor-faktor strategis internal agroindustri berbahan baku akar wangi di Kabupaten Garut dapat dilihat pada gambar 4, sedangkan faktor-faktor eksternalnya dapat dilihat pada gambar 5.
65 X.
Z. Produksi - Kontinuitas produksi AA.
- Produk yang unik dan menarik
BB. Keuangan CC. DD.
Y. Kekuatan
EE. Pemasaran - Permintaan ekspor meningkat - Promosi melalui pameran dan workshop
- Adanya outlet tertentu untuk menjual kerajinan akar wangi
GG. SDM - Kemampuan pengrajin terbatas HH.
II. Produksi - Peralatan sederhana
- Kuantitas dan kualitas minyak rendah
- Kurangnya tenaga terampil JJ. Keuangan - Keterbatasan modal
- Tidak ada pembukuan
- Keterbatasan modal
- Sistem pengelolaan keuangan yang kurang baik
FF. Kelemahan
KK. Pemasaran - Alur pemasaran yang panjang
- Pemasaran yang masih dikuasai oleh brooker
- Alur pemasaran yang panjang Gambar 4. Identifikasi Faktor-Faktor Strategis Internal Agroindustri Berbahan Baku Akar Wangi di Kabupaten Garut
66
QQ. Teknologi RR. - Tidak ada teknologi khusus
- Peralatan yang digunakan sederhana
TT. Persaingan - Belum ada saingan UU.
VV. Kondisi sosial budaya & demografi
- Gaya hidup masyarakat yang semakin memperhatikan penampilan
- Parsel lebaran dan salah satu pilihan oleh-oleh bagi wisatawan lokal maupun asing
SS. Peluang
WW. Kebijakan pemerintah
- Adanya penyuluhan dan pelatihan ketrampilan yang sering diselenggarakan Disperindag.
- Adanya penyuluhan dan pelatihan ketrampilan yang sering diselenggarakan Disperindag. ZZ. Pemasok bahan
baku
- Belum waktu panen sudah dipanen - Petani menjual akar wangi ke daerah lain AAA. Teknologi - Belum ada teknologi yang efisien BBB.
CCC. Persaingan - Persaingan harga - Adanya kerajinan dari daerah lain yang harganya lebih murah
DDD. Kondisi sosial budaya & demografi
EEE. FFF.
XX.
YY. Ancaman
GGG. Kebijakan pemerintah
- Adanya Keputusan Bupati tentang luas areal penanaman akar wangi - Konversi minyak ke gas
- Adanya Keputusan Bupati tentang luas areal penanaman akar wangi
- Harga minyak berfluktuasi
1
dan kelemahan diperoleh dari analisis lingkungan internal, sedangkan faktor-faktor peluang dan ancaman diperoleh dari analisis lingkungan eksternal. Faktok-faktor ini kemudian dirangkum kedalam matriks IFE (faktor internal) dan matriks EFE (faktor eksternal) untuk mengetahui faktor mana yang mempunyai pengaruh besar atau kecil terhadap keberlangsungan agroindustri berbahan baku akar wangi di Kabupaten Garut. Matriks IFE dan EFE agrondustri berbahan baku akar wangi di Kabupaten Garut adalah sebagai berikut :
a. Minyak akar wangi
III.Kekuatan agroindustri minyak akar wangi di Kabupaten Garut adalah pengalaman/lama mengusahakan, adanya tenaga kerja terampil, kontinuitas produksi, dan permintaan ekspor besar.
Sedangkan kelemahan agroindustri minyak akar wangi diantaranya adalah kemampuan pengrajin terbatas, peralatan sederhana, kualitas dan kuantitas minyak rendah, modal terbatas, alur pemasaran yang panjang dan pemasaran yang masih dikuasi brooker /calo.
Berdasarkan faktor-faktor strategi internal tersebut kemudian dirangkum dalam matriks IFE agroindustri minyak akar wangi dengan memberikan rating dan perhitungan bobot kemudian
mengalikannya sehingga diperoleh nilai terbobot seperti terlihat pada tabel 18. JJJ. KKK. LLL. MMM. NNN.
Kabupaten Garut
No Faktor Internal Bobot Ratin
g
Nilai terboboti Kekuatan
1 Pengalaman/lama mengusahakan 0,166 4 0,664
2 Tenaga kerja terampil 0,130 3 0,390
3 Kontinuitas produksi 0,051 3 0,153
4 Permintaan eksport besar 0,150 4 0,600 Kelemahan
1 Kemampuan pengrajin terbatas 0,077 1 0,077
2 Peralatan sederhana 0,083 1 0,083
3 Kualitas dan kuantitas minyak rendah
0,089 2 0,178
4 Modal terbatas 0,111 1 0,111
5 Alur pemasaran yang panjang 0,079 1 0,079 6 Pemasaran masih dikuasai broker
(calo)
0,064 2 0,128
Total 1,000 22 2,463
PPP. Sumber : Diolah dan diadopsi dari lampiran 8.1
QQQ. Berdasarkan matriks IFE agroindustri akar wangi diatas dapat diketahui bahwa posisi internal agroindustri akar wangi di Kabupaten Garut dibawah rata-rata atau lemah yang ditunjukkan dengan nilai terbobot 2,463. Nilai ini menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki agroindustri minyak akar wangi belum mampu
mengatasi kelemahan. Kekuatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan agroindustri minyak akar wangi adalah pengalaman/lama mengusahakan yaitu dengan nilai terbobot 0,664 sedangkan kuantitas dan kualitas minyak yang rendah merupakan kelemahan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan agroindustri minyak akar wangi dengan nilai terbobot 0,178.
RRR. Peluang agroindustri minyak akar wangi
diantaranya adalah adanya pemasok bahan baku khusus, belum ada saingan, gaya hidup masyarakat yang semakin mmperhatikan penampilan, adanya penyuluhan dan pelatihan dari Disperindag dan adanya laboratorium uji mutu. Sedangkan ancaman pada
waktu panen sudah dipanen, belum ada teknologi yang efisien, persaingan harga, belum ada standart mutu, adanya konversi minyak ke gas dan fluktuasi harga. Berdasarkan faktor-faktor strategi
eksternal tersebut kemudian dirangkum dalam matriks EFE agroindustri minyak akar wangi dengan memberikan rating dan perhitungan bobot kemudian mengalikannya sehingga diperoleh nilai terbobot seperti terlihat pada tabel 19.
SSS. Tabel 19. Matriks EFE Agroindustri Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut
No Faktor Eksternal Bobot
Rating
Nilai terboboti
Peluang
1 Pemasok bahan baku khusus 0,065 2 0,130
2 Belum ada saingan 0,131 4 0,524
3
Gaya hidup masyarakat yang makin memperhatikan
penampilan 0,104 2 0,208
4
Adanya penyuluhan dan
pelatihan dari Disperindag 0,100 3 0,300 5 Adanya laboratorium uji mutu 0,100 3 0,300
Ancaman
1
Belum waktu panen sudah
dipanen 0,059 1 0,059
2
Belum ada teknologi yang
efisien 0,128 3 0,384
3 Persaingan harga 0,061 3 0,183
4 Belum ada standart mutu 0,062 2 0,124
5 Adanya konversi minyak ke gas 0,105 4 0,420
6 Fluktuasi harga 0,085 2 0,170
Total 1,000 29 2,802
TTT.Sumber : Diolah dan diadopsi dari lampiran 9.1
UUU. Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa agroindustri minyak akar wangi di Kabupaten Garut sudah merespon peluang dan dapat mengatasi ancaman dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai terbobotnya diatas rata-rata yaitu 2,802. Peluang terbesar agroindustri ini adalah belum ada saingan yaitu sebesar 0,524
sebesar 0,420.
b. Kerajinan akar wangi
VVV. Kekuatan pada agroindustri kerajinan akar wangi diantaranya adalah pengalaman/lama usaha, produk yang unik dan menarik, adanya promosi melalui pameran dan workshop dan terdapatnya outlet tertentu untuk menjual kerajinan akar wangi. Sedangkan kelemahan pada usaha ini adalah kurangnya tenaga terampil, terbatasnya modal, system pengelolaan keuangan yang kurang baik serta alur pemasaran yang panjang. Kekuatan dan kelemahan agroindustri kerajinan akar wangi serta bobot, rating dan nilai terboboti dapat dilihat pada tabel 20.
WWW. Tabel 20. Matriks IFE Agroindustri Kerajinan Akar Wangi Di Kabupaten Garut
No Faktor Internal Bobot Ratin
g
Nilai terboboti Kekuatan
1 Pengalaman/lama mengusahakan 0,074 3 0,222 2 Produk unik & menarik 0,175 4 0,700 3 Promosi melalui pameran &
workshop
0,093 3 0,279
4 Terdapat outlet khusus kerajinan akar wangi
0,159 3 0,477
Kelemahan
1 Kurang tenaga terampil 0,184 2 0,368
2 Terbatasnya modal 0,133 1 0,133
3 Tidak ada pembukuan 0,024 2 0,048
4 Alur pemasaran yang panjang 0,158 1 0,158
Total 1,000 19 2,385
XXX. Sumber : Diolah dan diadopsi dari lampiran 8.2
YYY. Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa posisi internal agroindustri kerajinan akar wangi dibawah rata-rata atau lemah yang ditunjukkan dengan nilai terbobot 2,385 Nilai ini menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki agroindustri kerajinan akar wangi belum mampu mengatasi kelemahan. Kekuatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan agroindustri ini adalah
sedangkan kurangnya tenaga terampil merupakan kelemahan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan agroindustri kerajinan akar wangi dengan nilai terbobot 0,368.
ZZZ. Untuk peluang agroindustri kerajinan akar wangi diantaranya adalah adanya pemasok bahan baku khusus, tidak ada teknologi khusus, peralatan yang digunakan sederhana, parsel lebaran dan salah satu oleh-oleh bagi wisatawan lokal maupun asing selain dodol garut dan adanya perhatian pemerintah yang besar. Sedangkan ancaman pada agroindustri kerajinan akar wangi adalah persaingan bahan baku dengan daerah lain, adanya kerajinan akar wangi dari luar daerah yang harganya lebih murah dan adanya Perda tentang luas areal penanaman akar wangi. Peluang dan ancaman agroindustri kerajinan akar wangi serta bobot, rating dan nilai terboboti dapat dilihat pada tabel 21.
AAAA. Tabel 21. Matriks EFE Agroindustri Kerajinan Akar Wangi Di Kabupaten Garut
N0 Faktor Eksternal Bobot Rating Nilai
terboboti Peluang
1 Pemasok bahan baku khusus 0,070 1 0,070 2 Tidak ada teknologi khusus 0,095 3 0,285
3 Peralatan sederhana 0,120 3 0,360
4 Parsel lebaran dan salah satu oleh-oleh
0,110 4 0,440
5 Perhatian pemerintah besar 0,105 2 0,210 Ancaman
1 Persaingan bahan baku dengan daerah lain
0,250 3 0,750
2 Adanya kerajinan dari daerah lain yang harganya lebih murah
0,200 3 0,600
3 Adanya Keputusan Bupati tentang luas areal penanaman akar wangi
0,050 2 0,100
Total 1,000 21 2,815
kerajinan akar wangi sudah mampu memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai terbobot diatas rata-rata yaitu sebesar 2,815. Peluang terbesar
agroindustri ini adalah parsel lebaran dan salah satu oleh-oleh yaitu sebesar 0,440 sedangkan ancaman terbesar adalah persaingan bahan baku dengan daerah lain yaitu sebesar 0,750.
DDDD. EEEE. 3. Matriks IE
Berdasarkan total nilai terbobot pada matrik IFE dan EFE ada tiap agroindustri, didapat nilai seperti tabel 22.
Tabel 22. Total Nilai Terbobot Matriks IFE dan Matriks EFE Agroindustri Berbahan Baku Akar Wangi Di Kabupaten Garut
No Agroindustri Total nilai terbobot matriks IFE
Total nilai terbobot matriks EFE
1. Minyak akar wangi 2,463 2,802
2. Kerajinan akar wangi 2,385 2,815
Total Rata-rata 4,848 2,424 5,517 2,808 Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan total skor pembobotan di atas, dapat dibuat matriks IE dari agroindustri berbahan baku akar wangi di Kabupaten Garut, sebagai berikut :
Total Nilai IFE yang Diberi Bobot Kuat 3,00-4,00 Rata-rata 2,00-2,99 Lemah 1,00-1,99 Tinggi 3,00-4,00 I Tumbuh dan bina II Tumbuh dan bina III Pertahankan dan pelihara Total Nilai EFE yang Diberi Bobot Sedang 2,00-2,99 IV Tumbuh dan bina V Pertahankan dan pelihara VI Panen atau divestasi
1,00-1,99 Pertahankan dan pelihara Panen atau divestasi Panen atau divestasi Gambar 6. Matriks Internal-Eksternal (IE) Agroindustri Berbahan Baku
Akar Wangi Di Kabupaten Garut
FFFF. Matriks IE memperlihatkan posisi agroindustri berbahan