• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KEADAAN UMUM

2. Lingkungan pertanian

Tabel 12. Kesesuaian Lingkungan Pertanian PT. Saung Mirwan dengan GAP

Sumber : Pengamatan

Tabel 12 menunjukkan bahwa kegiatan pemenuhan standar GAP yang berhubungan dengan lingkungan pertanian ada sebanyak 8 kegiatan. Dari 8 kegiatan tersebut terdapat satu kegiatan (12.5%) yang telah sesuai dengan GAP yaitu identifikasi sumber air. Kegiatan yang telah dilakukan namun belum sesuai standar GAP ada sebanyak 3 kegiatan (37.5%) sementara kegiatan yang benar- benar tidak dilakukan jumlahnya paling tinggi yaitu 50% ataupun 4 kegiatan.

Penilaian terhadap dampak lingkungan tidak pernah dilakukan, bahkan limbah dari bagian pengemasan dibuang ke air pembuangan yang mengalir ke sumur masyarakat desa Sukamanah. Pembuangan tanaman yang berpenyakit juga tidak jauh dari area penanaman di belakang rumah kaca bahkan ada beberapa tanaman yang berpenyakit yang tidak dibuang dan terus dibiarkan berkembang walaupun menghasilkan buah yang lebih kecil (Gambar 26).

No Komponen pengamatan Kesesuaian dengan GAP

Sesuai Belum Sesuai Tidak dilakukan

1 Pengelolaan limbah

pertanian √

2 Tanah tidak terkontaminasi logam berat √ 3 Analisis tanah 3 tahun

sekali √

4 Penggunaan tanah bersih √

5 Identifikasi sumber air √

6 Analisis topografi landskap √

7 Kebersihan kolam √

Gambar 24. Perbedaan tanaman yang berasal dari stek pucuk (berpenyakit) dan benih

Tanah merupakan media tanam yang secara umum kita kenal. Tanah merupakan sumber bahan organik yang dapat membantu pertumbuhan tanaman pada umumnya. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari sebuah usaha pertanian pasti sangat terkait dengan keadaan tanahnya. Teknologi yang semakin maju selalu akan berusaha menciptakan suatu teknik baru untuk mempermudah dan meringankan pekerjaan manusia. Salah satu teknologi yang berkaitan dengan media tanaman adalah teknologi hidroponik yang sudah banyak dikembangkan oleh negara-negara pertanian di seluruh dunia. Banyak jenis media yang dapat digunakan antara lain air, pasir dan arang sekam. PT. Saung Mirwan mengembangkan teknologi hidroponik dengan menggunakan media arang sekam yang diperoleh melalui pembakaran sekam mentah. Media ini cukup baik digunakan untuk tanaman sayuran seperti tomat, paprika, dan selada.

Dalam penerapan program GAP, dikemukakan bahwa analisis terhadap tanah pertanian harus dilakukan setiap 2 tahun sekali. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penyebaran hama dan penyakit serta adanya kontaminasi tanah dengan penyakit yang terbawa tanah. Perusahaan pertanian yang telah menerapkan sistem hidroponik biasanya tidak melakukan analisis tanah ini karena media yang digunakan bukan tanah. Demikian halnya dengan PT.Saung Mirwan, kegiatan ini juga tidak dillaksanakan karena penanaman tomat cherry dilakukan pada media sekam. Hal yang dilakukan hanyalah sterilisasi lahan tanam dan menjaga kebersihan media arang sekam yang digunakan. Arang sekam ini hanya digunakan dalam sekali musim tanam setelah itu akan dibuang dan tidak digunakan lagi. Perlakuan ini diharapkan dapat membantu peningkatan pertumbuhan tanaman karena media sekam merupakan media ringan yang dapat

menyerap air dan hara dengan cepat. Menurut Conover (1980), media ini merupakan media yang paling baik dalam menyerap air jika dibandingkan dengan media tanam hidroponik lainnya. (Tabel 13)

Tabel 13. Perbandingan beberapa media hidroponik

Jenis media Aerasi

Kapasitas penyerapan air Kapasitas pertukaran kation Berat Kompos pinus H M M M Pasir M L L H Serutan H M M L Sekam padi H H H L Ampas tebu M L M L Sumber : Conover (1980) Keterangan : H : tinggi (high)

M : cukup (medium) L : rendah (low)

Komponen dalam GAP menyatakan bahwa air yang diberikan kepada tanaman haruslah air yang telah teridentifikasi secara baik. Di PT.Saung Mirwan, kondisi air dapat dikatakan dalam keadaan baik karena air yang digunakan untuk tanaman merupakan air yang berasal dari sumur bor yang terdapat di lokasi pertanaman. Untuk kebun yang ada di Gadog, terdapat 2 sumber air yang berasal dari sumur bor (Gambar 27). Air ini digunakan untuk seluruh kegiatan di Saung Mirwan, baik untuk tanaman, toilet maupun untuk diminum. Pada kebun yang terdapat di Lemah Neundet, air yang digunakan berasal dari air pegunungan yang ditampung dalam sebuah kolam dengan kedalaman 4 meter. Air ini dialirkan langsung dari pegunungan sejauh 3 km. Sumber air ini juga digunakan untuk kebutuhan tanaman yang terdapat di lokasi tersebut. Kolam yang terdapat di lokasi tersebut dilapisi dengan terpal berwarna biru sehingga air yang terdapat di dalamnya tetap berada dalam kondisi yang bersih.

Lokasi yang ada di Sukamanah juga memiliki kolam ikan yang diatasnya digunakan untuk koleksi anggrek dan bunga-bunga lainnya. Di dalam kolam tersebut dipelihara ikan mujair dan beberapa ikan-ikan kecil lainnya. Kolam ini

juga digunakan untuk mengairi sebagian kecil lahan luar yang berada dekat dengan kolam.

Gambar 25. Sumber air di lokasi kebun Sukamanah

Faktor lain yang juga mendukung pemenuhan program GAP ini adalah sistem irigasi. Irigasi merupakan suatu faktor yang juga banyak berpengaruh dalam penentuan kualitas produk. Terlebih lagi, sebagian besar produk yang dikembangkan oleh PT.Saung Mirwan merupakan produk dengan penanaman secara hidroponik dimana air dan hara diberikan secara bersamaan melalui saluran irigasi dengan menggunakan sistem drip irrigation (Gambar 28.a). Penggunaan sistem irigasi ini telah dikembangkan beberapa tahun yang lalu untuk mempermudah pemberian hara pada tanaman terutama tanaman yang ditanam bukan dengan media tanah dan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah yang besar seperti tomat.

Sistem irigasi yang baik dan modern tentu membutuhkan dana dan pemeliharaan yang lebih intensif. Pada awalnya, pemeliharaan sistem irigasi ini dilakukan secara rutin yaitu adanya pembersihan semua selang dan drip irigasi setiap bulan dengan menggunakan asam nitrat, namun karena adanya keterbatasan dana maka saat ini kegiatan pembersihan sudah sangat jarang dilakukan. Hal ini mengakibatkan banyaknya drip dan selang yang sumbat sehingga mengakibatkan lokasi lahan menjadi banjir dan becek (Gambar 28.c). Kondisi ini juga menyulitkan karyawan untuk melakukan pemanenan dan pemeliharaan tanaman.

(a) (b) (c)

Gambar 26. (a) Emiter, (b) Springkler irrigation, (c) Lahan pertanaman yang becek akibat sumbatnya saluran irigasi dan atap yang rusak  

Dokumen terkait