• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini hanya mencakup pada penyusunan prioritas strategi bauran pemasaran agrowisata Little Farmers yang terdiri dari 7P yaitu meliputi : Product, Price, Promotion, Place, Process dan Physical Evidence. Dalam penelitian ini penulis hanya mengidentifikasi dan menganalisis elemen-elemen internal perusahaan yang berhubungan dengan bauran pemasaran kemudian menyusunnya ke dalam sebuah hierarki keputusan, kemudian memberikan nilai-nilai prioritas pada elemen- elemen tersebut untuk selanjutnya dapat dijadikan acuan pengambilan keputusan dalam menetapkan prioritas strategi pemasaran.

Saat ini penulis hanya melakukan penelitian sampai tahapan penyusunan prioritas strategi bauran pemasaran sebagai masukan bagi manajemen Little Farmers, sedangkan implementasi strategi dan evaluasi strategi tidak dibahas. Impelementasi strategi tidak dilakukan karena merupakan kebijakan perusahaan, penulis tidak memiliki wewenang untuk mengimplementasikan strategi yang dihasilkan dari penelitian.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

2.1.1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata dalam arti luas adalah suatu kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan dari pekerjaaan rutin atau mencari suasana yang lain. Sebagai suatu aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian terpenting dari kebutuhan dasar masyarakat negara maju dan sebagian kecil masyarakat berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan dengan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan politik (Damanik dan Weber, 2006).

Pariwisata merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena kegiatannya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional misalnya meningkatkan devisa negara melalui wisatawan asing, menggugah industri-industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata, menambah permintaan akan hasil-hasil pertanian karena bertambahnya pemakaian, memperluas barang-barang lokal, menyerap tenaga kerja, dan membantu permbangunan daerah terpencil yang memiliki daya tarik wisata (Wahab, 1992)

2.1.2. Pemasaran Pariwisata

Menurut Kotler dalam buku Marketing Plus mengatakan bahwa pemasaran pariwisata (tourism marketing) dibagi menjadi dua kategori yaitu service marketing danplace marketing.Service marketing berpegang pada tiga P, yaitu presentation, people, dan process. Presentation etat hubungannya dengan “tampak luar” dari karekteristik fisik si pembuat jasa misalnya tata letak ruang, bangunan hotel, dan lain-lain. People dalam industri jasa adalah orang yang memegang peranan kunci, sebab proses konsumsi terjadi bersamaan dengan proses produksi. Sedangkan process artinya proses harus diperhatikan ketika konsumen menikmati sesuatu jasa. Definisi Place Marketing menurut Kotler merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran. Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan jasa kepada

menyampaikan jasa kepada pelanggan dan dimana hal tersebut akan dilakukan. Ini harus dipertimbangkan karena dalam bidang jasa sering kali tidak dapat ditentukan tempat dimana akan diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Saluran distribusi dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi yang saling bergantungan satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk/pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen dan lokasi untuk menjangkau populasi yang tersebar luas.

Seperti halnya produk, pariwisata yang merupakan kategori usaha jasa juga memerlukan kegiatan pemasaran. Peranan kegiatan pemasaran bagi pariwisata sangat penting, yaitu : (Hamid dalam Harahap, 2006)

1. Objek dan produk wisata yang dikembangkan sedapat mungkin dimanfaatkan secara terus menerus oleh konsumen atau wisatawan dari berbagai pasar. Oleh karenanya informasi mengenai paket dan fasilitasas wisata yang telah dikembangkan perlu disebarluaskan ke konsumen yang belum mengetahui dan memelihara atau mempertahankan konsumen yang telah menikmati.

2. Agar fasilitas dan jasa-jasa yang ada dapat disesuaikan dengan citra rasa, keinginan, dan harapan wisatawan. Dalam hal ini penelitian dan monitoring sebagai salah satu bagian dari kegiatan pemasaran perlu terus dilaksanakan agar produk-produk yang akan dikembangkan dapat disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pasar (wisatawan) yang senantiasa berkembang dan berubah terus.

3. Dengan semakin meningkatnya standar hidup, pendapatan, ilmu pengetahuan, dan teknologi, telah meningkatkan jumlah penduduk yang berkeinginan melakukan perjalanan wisata. Mereka menghendaki informasi yang cukup mengenai objek wisata yang dapat dikunjungi.

2.2. Agrowisata

2.2.1. Pengertian Agrowisata

Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggrisagrotourism. Dilihat dari asal katanya, Agro berarti pertanian dan tourism berarti

pariwisata/kepariwisataan. Agrowisata atau agrotourism adalah berwisata ke daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan (Septriani dalam Masang, 2006).

Sajian yang diberikan agrowisata kepada para wisatawan tidak hanya pemandangan kawasan pertanian yang panoramik dan kenyamanan di dalam pertanian, tetapi juga aktifitas petani beserta teknologi khas yang digunakan dan dilakukan dalam lahan pertanian. Wisatawan dapat mengikuti aktifitas ini, menikmati produk segar pertanian yang tersedia, mempelajari nilai historis lokasi, arsitektur, atau budaya pertanian yang khas dan kombinasi dari berbagai cirri tersebut.

Pada prinsipnya agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan.

2.2.2 Potensi dan Ruang Lingkup Agrowisata

Ruang lingkup dan potensi agrowista oleh team menteri rakornas wisata agro pada tahun 1992 Betrianis dalam Masang (2006) dijelaskan sebagai berikut. 1. Tanaman pangan

Daya tarik tanaman pangan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut:

(a) Bunga-bungaan. Bunga-bungaan yang mempunyai kekhasan sebagai bunga Indonesia, cara pemeliharaan yang masih tradisional, bunga yang dikaitkan dengan segi keindahan antara lain seni merangkai bunga, pameran bunga, taman bunga dan sebagainya, serta budidaya bunga. (b) Buah-buahan. Kebun buah-buahan pada umumnya di desa atau di

pegunungan dan mempunyai pemandangan alam sekitarnya yang indah, memperkenalkan kota-kota di Indonesia berdasarkan daerah asal buah

tersebut cara-cara tradisional pemetikan buah, tingkat pengelolaan buah di pabrik, budidaya buah-buahan seperti apel, anggur, jeruk, dan lain-lain. (c) Sayuran. Kebun sayuran pada umumnya di desa atau pegunungan dan

mempunyai pemandangan alam sekitar yang indah, cara-cara tradisional pemeliharaan dan pemetikan sayuran, teknik pengelolaan, budidaya sayuran dan lain-lain. (d) jamu-jamuan. Pemeliharaan dan pengadaan bahan, pengolahan bahan (tradisional dan modern), berbagai khasiat jamu- jamuan, dan jamu sebagai kosmetik tradisional dan moden.

Sedangkan ruang lingkup kegiatan subsektor tanaman pangan adalah sebagai berikut : (1) lingkup komoditas yang ditangani meliputi komoditas tanaman padi, palawija dan komoditas tanaman hortikultura, dan (2) lingkup kegiatan yang ditangani meluputi kegiatan usaha tani tanaman pangan (padi, palawija, hortikultura) yang terdiri dari berbagai proses kegiatan pra panen, pasca panen/pengelolaan hasil sampai pemasarannya.

2. Perkebunan

Daya tarik perkebunan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut: (1) Daya tarik historis bagi wisata alam, (2) lokasi perkebunan, pada umumnya terletak di daerah pegunungan dan mempunyai pemandangan alam dan berhawa segar, (3) cara-cara tradisional dalam pola bertanam, pemeliharaan, pengelolaan dan prosesnya, dan (4) tingkat teknik pengelolaan yang ada dan sebagainya.

3. Peternakan

Ruang lingkup obyek wisata peternakan meliputi :

(1) Pra Produksi : pembibitan ternak, pabrik pakan ternak, pabrik obat-obatan dan lain-lain, (2) kegiatan produksi : usaha peternakan unggas, ternak perah, ternak potong dan aneka ternak, dengan pola PIR, pola bapak angkat, perusahaan swasta, koperasi, BUMN dan usaha perseorangan, (3) pasca produksi : pasca panen susu, daging telur, kulit dan lain-lain, dan (4) kegiatan lain: penggemukan ternak, karapan sapi, adu domba, pacu itik, balap kuda dan lain-lain.

4. Perikanan

(1) Adanya pola perikanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, (2) cara- cara tradisional dalam perikanan, (3) tingkat teknik pengelolaan dan sebagainya, dan (4) budidaya perikanan.

2.2.3. Tujuan dan Manfaat Agrowisata

Tujuan dari agrowisata adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, dapat meningkatkan pendapatan petani serta melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Departemen Pertanian, 2007)

Tirtawinata dan fachruddin dalam masang (1999) mengungkapkan beberapa manfaat dari agrowisata, antara lain :

1. Meningkatkan konservasi lingkungan

2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam 3. Memberikan nilai rekreasi

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan 5. Mendapatkan keuntungan ekonomi

2.2.4. Arah Pengembangan Agrowisata

Kegiatan pengembangan agrowisata menurut Deasi dalam Masang (2006) diarahkan pada terciptanya penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu produk pariwisata Indonesia, agrowisata dapat dilestarikan dan dikembangkan dalam upaya diversifikasi pertanian dan pariwisata. Arah pengembangan ini disesuaikan dengan potensi dan prioritas pembangunan pertanian suatu daerah.

Dalam era otonomi daerah agrowisata dapat dikembangkan di masing- maing daerah tanpa perlu ada persaingan antar daerah, mengingat kondisi wilayah dan budaya masyarakat indonesia sangat beragam. Masing-masing daerah bisa menyajikan paket agrowisata yang lain daripada yang lain.

2.2.5. Fasilitas Agrowisata

Sebagai objek wisata, agrowisata selayaknya memberikan kemudahan wisatawan dengan cara memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan salah satunya melalui fasilitas yang diberikan. Fasilitas pada agrowisata dibagi menjadi tiga kategori yaitu : (Tirtawinata dan Fachrudin dalam Masang 2006).

1. Fasilitas Objek, baik yang bersifat alami, buatan, atau perpaduan antara alami dengan buatan manusia. Fasilitas objek yang terkait dengan agrowisata diantaranya lahan, produk pertanian, dan kegiatan petani mulai dari budidaya sampai pasca panen.

2. Fasilitas Pelayanan, meliputi pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, papan penunjuk jalan, jalan dalam kawasan agrowisata, toilet, tempat ibadah, tempat sampah, took cinderamata, restoran, tempat istirahat, dan pramuwisata (guide).

3. Fasilitas Pendukung, meliputi jalan menuju lokasi, komunikasi dan promosi, keamanan, sistem perbankan, dan pelayanan kesehatan.

2.2.6. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan Agrowisata Berdasarkan arah pengembangan agrowisata, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan agrowista secara efektif dan efisien sehingga upaya yang akan dilakukan dapat terintegrasi dan berjalan dengan baik. Departemen Pertanian (2008) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan agrowisata diantaranya adalah :

1. Sumberdaya Manusia

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sumberdaya manusia meliputi kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan pengelola agrowisata dalam menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wissata yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke agrowisata tersebut. Keberhasilan dari pengembangan agrowisata sangat tergantung kompetensi dari sumberdaya manusia yang terlibat dalam agrowisata tersebut, sehingga diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai agrowisata.

2. Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Agrowisata sebagai bagian dari usaha pertanian, membutuhkan keharmonisan semua aspek, salah satunya adalah sumberdaya alam dan lingkungan. Seumberdaya alam dan lingkungan mencakup objek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk mempertahankan kelestarian dan keasrian sumberdaya alam yang dijual sangat menentukan keberlanjutan agrowisata. Kondisi lingkungan masyarakat sekitar menentukan minat wisatawan untuk berkunjung. Meskipun paket wisata yang ditawarkan sudah sangat baik namun jika berada di masyarakat yang tidak menerimanya, maka akan menyulitkan dalam pemasaran agrowisata.

3. Promosi

Promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan agrowisata. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, media massa (dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik.

4. Sarana dan Prasarana

Kedatangan wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-kemudahan yang diciptakan, mulai dari bentuk pelayanan yang baik, kemudahan akomodasi, transportasi, dan kesadaran masyarakat sekitarnya. Selain itu, dukungan berupa kebijakan pemerintah juga merupakan kerangka dasar yang diperlukan untuk mendorong perkembangan agrowisata.

5. Kelembagaan

Agrowisata dalam hal pengembangannya memerlukan dukungan dari semua pihak, diantaranya pemerintah, swasta, lembaga terkait seperti biro perjalanan wisata, perguruan tinggi atau institusi pendidikan lainnya, serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya agrowisata.

2.2.7. Permasalahan dalam Pengembangan Agrowisata

Beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan pengelolaan sebuah agrowisata antara lain adalah : (Tirtawinata dalam Masang,

1. Potensi agrowista yang belum dikembangkan sepenuhnya.

Indonesia memiliki potensi agrowisata yang sangat beragam, meliputi pemandangan alam yang berlatar belakang pertanian, teknologi budidaya komoditas pertanian yang khas, paket budaya pertanian setempat, dan sebagainya. Keunggulan-keunggulan tersebut saat ini belum sepenuhnya dikembangkan.

2. Promosi dan pemasaran agrowisata yang masih terbatas sehingga banyak konsumen yang tidak mengetahui keberadaan agrowisata tersebut. Kegiatan promosi dan pemasaran agrowisata masih terbatas pada promosi individu, sehingga banyak konsumen yang tidak mengetahui keberadaan agrowisata tersebut. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal itu, diperlukan adanya kerjasama antara biro perjalanan, perhotelan, dan jasa angkutan, agar kegiatan dan pemasaran yang dilakukan dapat lebih baik.

3. Kurangnya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan.

Kesadaran pengunjung terhadap lingkungan terutama di kawasan agrowisata sangat penting, karena tanpa adanya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan, kelestarian sebuah agrowisata akan menjadi rusak.

4. Koordinasi antar sektor dan instansi terkait yang belum berkembang.

Dalam pengembangan agrowisata diperlukan sebuah koordinasi yang baik dari semua sektor dan instansi terkait, yang meliputi pemerintah sebagai pembuat aturan, rakyat atau petani sebagai subjek, dan dunia usaha pariwisata sebagai penggerak perekonomian rakyat.

5. Terbatasnya kemampuan manajerial di bidang pariwisata

Kemampuan manajerial di bidang pariwisata mutlak diperlukan, karena tanpa adanya kemampuan manajerial yang baik maka pengembangan sebuah agrowisata juga tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai manajemen agrowisata.

6. Belum adanya peraturan yang lengkap tentang agrowisata

Pemerintah belum mengeluarkan peraturan dan pengembangan yang lengkap mengenai pengembangan agrowisata ke depan.

Dokumen terkait