• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literature Review

Menurut IAI (2007), dikemukakan bahwa kinerja keuangan adalah

kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang

dimilikinya. Arifani (2013) mengungkapkan bahwa kinerja perusahaan merupakan

suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan

alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya

keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam

periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal

dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan

salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi

kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor

yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai

tujuannya.

Kinerja keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam pengukuran

yang bertujuan untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan apakah mengalami

perkembangan atau justru mengalami kemunduran (Arifani, 2013). Pengukuran

kinerja keuangan dilakukan untuk memperoleh informasi yang diperlukan baik oleh

pihak internal perusahaan, yaitu manajemen, dan pihak eksternal perusahaan,

diperoleh indikator yang diperlukan pihak manajemen untuk pengambilan

keputusan atas apa yang perlu dilakukan terhadap perusahaan di masa yang akan

datang sebagai bentuk perbaikan. Di lain pihak, investor menggunakan informasi

yang dihasilkan sebagai bahan pertimbangannya melakukan investasi kepada

perusahaan terkait.

Dalam hubungannya dengan kinerja keuangan, beberapa penelitian dari

dalam negeri dilakukan untuk mengetahui berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja keuangan, antara lain penelitian dari Arifani (2013),

Fitriyani, Prasetyo, Mirdah, & Putra (2015), Natalia & Tarigan (2014) dan Yaparto,

Frisko, & Eriandani (2013). Dari penelitian-penelitian tersebut, didapatkan

berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan antara lain corporate

governance, manajemen laba, sustainability report dan corporate social responsibility. Adapun penelitian dari luar negeri yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan, antara lain penelitian

oleh Bhuiyan, Mahbubur Rahman, & Osman Gani (2015), Bubic & Susak (2015),

Deep & Narwal (2014), Jaisawal & Srivastava (2013), Jang, Lee, & Choi (2013),

dan Oruç Erdoğana, Erdoğan, & Ömürbek (2015). Beberapa faktor yang teridentifikasi dapat mempengaruhi kinerja keuangan antara lain Human Resource

Information System (HRIS) applications, intangible assets, intellectual capital, struktur modal, corporate social responsibility performance, dan rasio keuangan.

Didefinisikan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia,

corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eskternal

lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain

suatu sistem yang mengendalikan perusahaan (Arifani, 2013). Menurut Keputusan

Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002, corporate governance adalah

suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan

keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang

saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder

lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Dari kedua

definisi di atas, dapat dikatakan bahwa corporate governance adalah sistem yang

mengatur hubungan antara pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) demi

tercapainya tujuan organisasi dan dibuat untuk mencegah terjadinya kesalahan

antara hubungan tersebut. Penerapan good corporate governance bukan lagi

sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan untuk

memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan, menjadikan perusahaan

berumur panjang dan bisa dipercaya.

Hasil penelitan oleh Arifani (2013) membuktikan bahwa corporate

governance dengan proksi komite audit, kepemilikan institusional, dan komisaris independen mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. Sebaliknya,

kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan.

Kepemilikan manajerial yang minoritas tidak dapat mempengaruhi peningkatan

kinerja keuangan karena pengambilan keputusan manajemen dalam rangka untuk

meningkatkan kinerja keuangan masih dipengaruhi oleh pemegang saham yang

Manajemen laba, variabel selanjutnya yang dapat mempengaruhi kinerja

keuangan suatu perusahaan, merupakan suatu cara penyajian laba yang bertujuan

untuk memaksimalkan utilitas manajemen dan atau meningkatkan nilai pasar

melalui pemilihan set kebijakan prosedur akuntansi oleh manajemen (Fitriyani et

al., 2015). Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan

tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang

mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk menyesatkan para stakeholder

tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi

penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan.

Fitriyani et al. (2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa manajemen laba

riil tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan sedangkan manajemen laba

akrual berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Adapun menurut World Business Council for Sustainable Development,

sustainability report bisa didefinisikan sebagai laporan publik dimana perusahaan memberikan gambaran posisi dan aktivitas perusahaan pada aspek ekonomi,

lingkungan dan sosial kepada stakeholder internal dan eksternal. Sebuah penelitian

oleh National Geographic dan perusahaan polling internasional, GlobeScan,

baru-baru ini mengenai pola konsumsi berkelanjutan di 14 negara menyatakan bahwa

dengan adanya kesadaran masyarakat jaman sekarang akan produk yang tidak

merusak lingkungan dan peduli sosial maka muncul peluang bagi perusahaan,

dengan mengungkapkan sustainability report dengan aspek ekonomi, perusahaan

terdorong untuk memproduksi produk-produk yang peduli lingkungan dan sosial.

image perusahaan lewat nilai perusahaan yang akan juga semakin meningkat diikuti juga dengan meningkatnya profitabilitas. Pengungkapan sustainability reporting

dapat meningkatkan kinerja keuangan pada sisi profitabilitas dan likuiditas

perusahaan. Maka dari itu diperlukan sustainability reporting yang memuat

informasi kinerja keuangan dan informasi non keuangan yang terdiri dari aktivitas

sosial dan lingkungan yang lebih menekankan pada prinsip dan standar

pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara

menyeluruh sehingga memungkinkan perusahaan bisa tumbuh secara

berkesinambungan.

Hasil penelitian Natalia & Tarigan (2014) menunjukkan bahwa adanya

pengaruh negatif signifikan untuk pengungkapan kinerja ekonomi dan hubungan

positif tidak signifikan untuk kinerja lingkungan serta pengaruh positif signifikan

untuk kinerja sosial terhadap kinerja keuangan dari sisi profitability ratio. Hal

tersebut sejalan dengan hasil penelitian Lesmana & Taringan (2014) yang

mengungkapkan bahwa aspek ekonomi berpengaruh negatif signifikan dan aspek

sosial berpengaruh positif signifikan. Namun berkebalikan atas aspek lingkungan

yang berpengaruh negatif signifikan terhadap peningkatan rasio manajemen aset.

Selanjutnya corporate social responsible (CSR) dinyatakan oleh World

Business Council for Sustainable Development sebagai suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi

kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas,

bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya.

masyarakat. Lebih penting lagi, strategi CSR dapat mempengaruhi profitabilitas

perusahaan, biaya modal, dan nilai pasar perusahaan (Jang et al., 2013). Hasil

penelitian menyatakan bahwa variabel CSR dalam penelitian Yaparto et al. (2013)

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return on assets (ROA), return on

equity (ROE), dan earning per share (EPS). Hasil tersebut tidak konsisten dengan penelitian dari luar negeri oleh Mwangi & Oyenje (2013) yang menunjukkan

adanya hubungan antara CSR dengan ROA serta praktik CSR dengan kinerja

keuangan dan penelitian oleh Jang et al. (2013) yang mengungkapkan bahwa CSR

berpengaruh positif dengan kinerja keuangan berproksi ROA, nilai perusahaan

berproksi Tobin’s-Q, serta dengan biaya modal.

Variabel berikutnya, yakni HRIS, merupakan gabungan dari human

resource (HR) dengan penggunaan information system (IS) secara modern sebagai bentuk peningkatan efektivitas human resource management (HRM). HRIS

merupakan teknologi baru dalam HRM yang berkontribusi terhadap kinerja

perusahaan dengan meningkatkan efisiensi proses HR, membantu dalam keputusan

manajemen SDM, meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi turnover, dan

meningkatkan efektivitas pelatihan dan manajemen karir bersama dengan

otomatisasi proses administrasi SDM. HRIS memungkinkan manajer HR untuk

mengambil bagian dalam pembuatan keputusan strategis yang diinformasikan

dengan informasi relevan real time tentang SDM potensial perusahaan. Studi yang

dilakukan Bhuiyan et al. (2015) menemukan hubungan langsung dan positif dari

Kemudian intangible assets yang diungkapkan PSAK 19 (Revisi 2009)

adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Keberadaan

dan intensitas dampak intangible asstes terhadap kinerja keuangan perusahaan

adalah hasil dari pengendalian sumber daya oleh manajemen dan konsekuensi

keberadaan manfaat ekonomi masa depan dan kinerja keuangan. Pengelolaan

sumber daya yang mengarah pada manfaat ekonomi masa depan yang berarti

berpotensi untuk berkontribusi langsung atau tidak langsung dari aliran kas masuk

atau setara. Manfaat ekonomi masa depan melalui pengelolaan sumber daya yang

efisien dapat dipantau dan dianalisis melalui rasio kinerja seperti ROA, ROE, NPM,

dan gross profit margin. Hasil pengujian yang dilakukan Bubic & Susak (2015)

menunjukkan bahwa diantara rasio keuangan yang dianalisis, hanya EBIT dan

EBITDA yang berpengaruh signifikan dengan rasio IA/TA, sementara terhadap

rasio BPM, NPM, ROE, ROA, ROCE tidak berpengaruh.

Variabel selanjutnya, intellectual capital, didefinisikan sebagai

pengetahuan yang selanjutnya dikonversikan menjadi sebuah nilai, selayaknya

intangible assets yang dikenal sebagai sumber daya yang menonjol (Deep & Narwal, 2014). Secara tradisional tangible assets dianggap sebagai penentu utama

dari kinerja ekonomi. Namun dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern,

intangible assets diakui sebagai sumber yang layak pakai. Perusahaan dengan investasi berproporsi besar pada intangible assets namun menggunakan teknik

pengukuran kinerja tradisional, dapat membuat investor dan pemangku kepentingan

mengambil keputusan yang tidak tepat. Intellectual capital menyediakan model

Studi dari Deep & Narwal (2014) mengungkapkan bahwa intellectual capital

berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan sebagai proksi

kinerja keuangan. Hal tersebut konsisten dengan studi oleh Fathi et al. (2013) dan

Dadashinasab & Sofian (2014).

Berikutnya, dalam keuangan, struktur modal mengacu pada cara di mana

perusahaan dibiayai dengan kombinasi dari modal jangka panjang (saham biasa,

saham preferen, obligasi, pinjaman bank, saham utang konversi dan sebagainya)

dan kewajiban jangka pendek seperti bank overdraft dan perdagangan kreditur. Bisa

dikatakan bahwa struktur modal sebuah perusahaan merupakan komposisi atau

struktur dari kewajibannya (A & B, 2013). Di beberapa penelitian ditemukan

ketidakkonsistenan antara penelitian Jaisawal & Srivastava (2013) yang

mengemukakan bahwa berbagai proksi menunjukkan tingkat negatif dan rendahnya

hubungan antara struktur modal perusahaan dan kinerja keuangan yang berarti

bahwa selain dari proporsi utang dan ekuitas dalam struktur modal perusahaan ada

banyak faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dengan hasil

penelitian A & B (2013) yang menyatakan adanya hubungan positif antara struktur

modal dan kinerja keuangan dan juga struktur modal berdampak signifikan pada

kinerja keuangan perusahaan.

Penggunaan rasio keuangan menjadi salah satu variabel yang juga dapat

berpengaruh terhadap pencapaian kinerja keuangan yang optimal. Perusahaan perlu

membuat berbagai keputusan keuangan untuk mencapai tujuan utama mereka. Ada

hubungan langsung antara keputusan yang harus dibuat oleh perusahaan dan kinerja

menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan dari kegiatan mereka (Oruç

Erdoğana et al., 2015). Penelitian yang dilakukan Oruç Erdoğana et al. (2015) mengungkapkan adanya pengaruh positif antara current ratio dengan kinerja

keuangan, sebaliknya leverage ratio berpengaruh secara negatif terhadap kinerja

keuangan. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian Rozari,

Sudarma, Indiastuti, & Febrian (2015).

Kemudian ukuran perusahaan merupakan besar perusahaan dengan melihat

keseluruhan aktiva yang dimiliki (Oktaria, Effendi, & W, 2014). Semakin besar

suatu perusahaan maka akan semakin mudah bagi perusahaan tersebut untuk masuk

ke pasar modal dan semakin mudah pihak eksternal mencari informasi perusahaan.

Dengan dikenalnya perusahaan maka besar kemungkinan untuk mendapat investasi

yang membantu perusahaan meningkatkan kegiatan operasionalnya untuk

meningkatkan kinerja keuangannya sebagai bentuk feedback pada investornya.

Hasil dari penelitian Ghafoorifard, Sheykh, Shakibaee, & Joshaghan (2014)

mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan. Lain halnya dengan hasil penelitian oleh Parimana & Wisadha (2015)

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja keuangan.

Dari uraian paragraf-paragraf di atas, didapatkan beberapa variabel yang

dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dinyatakan konsisten

dengan penelitian lainnya, antara lain hasil dari penelitian Natalia & Tarigan (2014)

konsisten dengan hasil penelitian Lesmana & Taringan (2014) bahwa sebagai

sedangkan aspek sosial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Kedua aspek tersebut tergolong ke dalam faktor eksternal.

Kemudian ada pula faktor internal yang dinyatakan berpengaruh terhadap

kinerja keuangan perusahaan seperti corporate governance dengan proksi komite

audit, kepemilikan institusional, dan komisaris independen sebagai hasil penelitian

Arifani (2013), manajemen laba akrual sebagai hasil penelitian Fitriyani et al.

(2015), dan HRIS applications sebagai hasil penelitian Bhuiyan et al. (2015).

Selanjutnya penelitian oleh Deep & Narwal (2014) yang konsisten dengan hasil

penelitian Dadashinasab & Sofian (2014) dan Fathi et al. (2013) menyatakan bahwa

intellectual capital berpengaruh positif signifikan dengan kinerja keuangan perusahaan. Faktor internal berikutnya, yakni current ratio dan ukuran perusahaan

dinyatakan berpengaruh positif sedangkan leverage ratio berpengaruh secara

negatif. Ketiganya merupakan proksi dari rasio keuangan dan berupa hasil dari

penelitian Oruç Erdoğana et al. (2015) yang konsisten dengan hasil penelitian

Rozari et al. (2015).

Di lain sisi diperoleh variabel yang tidak konsisten seperti dikatakan bahwa

ada tingkat negatif dan hubungan yang rendah antara struktur modal dengan kinerja

keuangan perusahaan pada hasil penelitian Jaisawal & Srivastava (2013) tidak

sejalan dengan hasil penelitian A & B (2013) yang menyatakan struktur modal

berhubungan positif dan berdampak signifikan pada kinerja keuangan perusahaan.

Kemudian juga terdapat variabel yang tidak berpengaruh signifikan dengan kinerja

keuangan, antara lain corporate governance dengan proksi kepemilikan manajerial

Fitriyani et al. (2015), intangible assets sebagai hasil penelitian Bubic & Susak

(2015), dan ukuran perusahaan sebagai hasil penelitian Ghafoorifard et al. (2014).

Kelima variabel yang dijelaskan sebelumnya tergolong ke dalam variabel internal.

Adapun variabel yang bisa digolongkan baik ke dalam faktor internal

maupun eksternal dikarenakan ragamnya sifat dari proksi yang digunakan dalam

variabel tersebut. Dalam penelitian Yaparto et al. (2013) yang dikatakan bahwa

corporate social responsibility tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan tidak sejalan dengan hasil penelitian Jang et al. (2013) dan Mwangi &

Oyenje (2013) yang menyatakan adanya pengaruh yang positif. Lalu ada aspek

lingkungan sebagai proksi dari sustainability reporting dikatakan berhubungan

positif tidak signifikan dengan kinerja keuangan pada penelitian Natalia & Tarigan

(2014) namun berkebalikan dengan hasil penelitian Lesmana & Taringan (2014)

yang menyebutkan hubungan tersebut berpengaruh negatif signifikan.

Arifani (2013) menyarankan bagi penelitian selanjutnya agar menambahkan

variabel independen lain seperti variabel ukuran perusahaan, aktivitas rapat dewan

komisaris, dan ukuran dewan, serta menambahkan proksi untuk indikator kinerja

keuangan selain ROE. Keterbatasan penelitian Fitriyani et al. (2015) dinyatakan

bahwa hasil dari variabel manajemen laba tidak dapat digeneralisasi pada yang

bukan perusahaan manufaktur sehingga peneliti selanjutnya disarankan untuk

memperluas cakupan industri dan menggunakan urutan waktu berbeda. Pada

penelitian Natalia & Tarigan (2014), dikatakan bahwa periode pengamatan selama

penelitian relatif pendek sehingga peneliti selanjutnya disarankan untuk

report dengan laporan keuangan. Yaparto et al. (2013) menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar menggunaan proksi kinerja keuangan selain ROA, ROE,

dan EPS.

Adapun beberapa penelitian luar negeri yang memiliki keterbatasan dalam

penelitiannya, seperti Bhuiyan et al. (2015) yang hanya berdasarkan tanggapan dari

satu responden dari masing-masing bank dalam pengembangan indeks HRIS

applications, Deep & Narwal (2014) yang keterbatasan utamanya ada pada penggunaan model pengukuran intellectual model karena mengukur kontribusi

sesuatu yang tidak fisik dan tidak dapat dengan mudah diukur. Peneliti Jang et al.

(2013) menyarankan untuk peneliti selanjutnya supaya mengembangkan ukuran

CSR komprehensif atau perbandingan tindakan CSR yang ada.

Sesuai atas saran, kelemahan, dan hasil penelitian yang tidak konsisten yang

telah dijelaskan pada uraian-uraian di atas, akhirnya didapatkan variabel baru yang

akan diteliti pada penelitian ini untuk menguji faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja keuangan, yaitu corporate social responsibility, struktur

modal, dan ukuran perusahaan. Peneliti juga akan menggunakan rasio likuiditas,

rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas untuk menjawab saran yang diberikan

(Yaparto et al., 2013). Selain variabel baru, didapat pula variabel kontrol yang

didasarkan atas variabel yang telah teruji konsisten pada penelitian terdahulu, yakni

intellectual capital yang diteliti oleh Dadashinasab & Sofian (2014), Deep & Narwal (2014), dan Fathi et al. (2013).

2.2 Landasan Teori

Dokumen terkait