Disusun untuk koor dalam tangga nada C mayor, sukat ¾ dan tempo Andante. Syair lagu ini adalah :
Domine Iesu Christe, Rex gloriae,
Tuhan Yesus Kristus, Raja mulia
Libera animas omnium fidelium defunctorum
Selamatkanlah arwah kaum beriman
De poenis inferni et de profundo lacu.
Dari hukuman api neraka dan dari jurang yang dalam.
Libera eas de ore leonis, Bebaskanlah mereka dari mulut
singa
Ne absorbeat eas Tartarus Bebaskanlah dari Tartarus
Ne cadant in obsurum; Agar jangan mereka ditelan
neraka gelap
St. Mikael
Repraesentet eas in lucem sanctam,
Memimpin mereka ke dalam cahaya suci
Quam olim Abrahae promisti et semini eius.
Seperti pernah Kaujanjikan kepada Abraham dan semua keturunannya.
Terdapat intro sepanjang delapan birama. Disusun dengan gaya elegan untuk mengekspresikan kekudusan Tuhan dengan melodi pada sopranoyang sederhana. Berikut motif tersebut :
Notasi 3.69
Penggambaran Yesus yang mahakudus dengan nada G, A, B, C, D yang bergerak naik memberikan efek yang syahdu dimana pergerakan crescendo memunculkan kesan tersebut. Tidak diberikan nada 1/16 karena akan membuat kesan mahakudus menjadi terlalu heroik. Mahakudus disini diasumsikan dengan hal yang sakral, tenang, tidak heroik.
Pada birama 25 terdapat frase unisono untuk menggambarkan permohonan yang serempak memohon hal yang sama yaitu memohon
agar arwah-arwah terbebas dari hukuman api neraka dan jurang yang dalam. Berikut frasenya :
Notasi 3.70
Terdapat frase yang menggambarkan mulut singa yang menganga, dengan memberikan perlakuan harmonisasi empat suara pada koor. Melodi pada sopran bergerak melangkah naik dan melompat dari nada A menuju nada F. Bagian mulut singa yang mengaga ada pada syair de ore leonis. Berikut cuplikannya:
Notasi 3.71
Terdapat pula frase yang menggunakan unisono lagi sebagai lukisan dari syair ne absorbeat eas Tartarus (bebaskanlah dari Tartarus40). Frase ini juga menggambarkan bahwa sebuah permohonan dilakukan serempak agar terhindar dari Tartarus. Berikut frase tersebut :
40
Penjaga neraka berbentuk singa dengan sayap rajawali. Satu versi lagi mengatakan bahwa Tartarus adalah monster berkepala tiga, berbadan singa dan bersayap rajawali.
Notasi 3.72
Tekstur melodi menjadi gelap karena menggunakan nada-nada rendah untuk semua suara. Dinamika menjadi lembut, seperti mengekspresikan perasaan penuh harap dan pasrah agar terhindar dari Tartarus yang mengerikan. Diberikan akor yang sangat sederhana yaitu A minor berkgerak menuju E minor/G kemudian menuju F dan bermuara pada C/E dengan nada tangan kiri pada instrumen organ bergerak melangkah memberikan efek suspensi yang berjalan untuk kesan legato, permohonan yang tidak ada habisnya.
Pada bagian akhir, terdapat lompatan nada soprano secara oktav, dari nada G melompat naik ke G lagi. Hal ini untuk melukiskan bahwa janji Tuhan terhadap keturunan Abraham adalah nyata dan selamanya. Lompatan oktav memberikan efek jangkauan yang luas untuk masing-masing generasi keturunan Abraham. Nada panjang pada koor juga memberikan efek bahwa frase panjang mengambarkan kontinuitas janji Tuhan terhadap keturunan Abraham, lama dan abadi. Pola iringan dengan dinamika sforzato memberikan penegasan bahwa janji tersebut adalah nyata dan tegas dan tidak terbantahkan. Pada birama yang paling akhir
terdapat fermata pada iringan, hal ini memberikan kesan superlatif terhadap janji Tuhan yang berkesinambungan. Berikut frase tersebut :
Notasi 3.73
2. Hostias
Ditulis untuk solo tenor dalam tangga nada G mayor, sukat 4/4 dan
tempo Andante. Pemilihan tangga nada G mayor adalah untuk
menggambarkan suasana senang yang syahdu. Berikut adalah syairnya :
Hostias et preces tibi, Domine, Laudis offerimus;
O Tuhan, dalam pujian kami persembahkan;
tu suscipe pro animabus illis, quarum hodie memoriam facimus.
Terimalah persembahan ini demi jiwa-jiwa mereka yang kami kenangkan hari ini:
Fac eas, Domine, de morte transire ad vitam.
Ya Tuhan, pulihkankah mereka dari kematian kepada kehidupan
Quam olim Abrahae promisisti et semini eius.
Seperti pernah Kaujanjikan kepada Abraham dan semua
keturunannya.
Motif utama adalah melodi berikut yang muncul dalam intro, cantus firmus41 vokal dan interlude, yaitu :
Notasi 3.74
Pada birama 24 terdapat interlude dengan pola yang sama dengan intro. Dilanjutkan dengan bridge42 berupa melodi vokal yang bercerita tentang memohon demi jiwa-jiwa yang dikenangkan ini. Terdapat lompatan naik tujuh nada pada melodi tenor dari nada B menuju A. Hal ini untuk menggambarkan keinginan yang meluap-luap bahwa permohonan doa untuk mengenang orang yang sudah meninggal tersebut sangat sungguh-sungguh. Berikut frase yang dimaksud :
Notasi 3.75
Pada bagian berikut menggambarkan bahwa terdapat permohonan agar yang meninggal diberikan kehidupan setelah meninggal. Kehidupan disini mempunyai arti kehidupan abadi di surga. Diberi perlakuan akor Cm6/Eb untuk memberikan kesan syahdu dan haru terhadap permohonan tersebut. Melodi pada tenor bergerak melangkah naik dari nada G, A, B, C, D, E, F#, G dan bermuara di nada A. Hal ini menggambarkan bahwa
41
Melodi lagu pokok dalam sebuah komposisi.
42
permohonan tersebut terus melayang seperti asap meniti tangga-tangga hingga mencapai surga. Motif tersebut adalah :
Notasi 3.76
Pada birama 39 terdapat penutup dari melodi solo tenor yang menggambarkan bahwa Tuhan akan menjanjikan hal yang baik terhadap keturunan Abraham. Pada birama 41 tenor menahan nada D dengan panjang delapan ketuk untuk memberikan kesan waktu yang panjang dan lama. Berikut frase tersebut :
Notasi 3.77
Ekstro pada aria ini juga mengambil motif dari intro dan interlude. Tekstur keseluruhan lagu adalah ringan dan terang dengan harmonisasi yang sederhana. Diolah dengan nada-nada yang tinggi pada instrumen violin. Gaya legato dan ekspresidolcissimo juga memberikan kesan kedamaian bagi jiwa yang sudah meninggal.
3. Sanctus
Sanctus merupakan salah satu lagu ordinarium dalam misa. Dalam komposisi ini penulis menulis sanctus dengan gaya yang megah dan gegap gempita untuk mengambrakan sosok Tuhan yang kudus dan mahakuasa. Ditulis untuk koor, duet solo soprano dan solo mezzo soprano dengan iringan orkes. Tanda tempo adalah Allegro dan sukat ¾. Berikut adalah syair dari sanctus :
Latin Indonesia
Sanctus, Sanctus, Sanctus, Dominus Deus Sabaoth;
Kudus, kudus, kuduslah Tuhan;
Pleni sunt caeli et terra gloria tua.
Surga dan bumi penuh kemuliaanMu.
Hosanna in excelsis. Terpujilah Engkau disurga
Benedictus qui venit in nomine Domini.
Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan.
Hosanna in excelsis. Terpujilah Engkau disurga.
Lagu ini tanpa intro, langsung menuju bagian yang megah dan heroik. Disusun dalam tangga nada C mayor untuk melukiskan kesan yang padat dan membahana. Terdiri dari akor C, F dan C mayor dengan aksen tegas pada tiap ketukan pertama. Berikut bagian yang dimaksud :
Notasi 3.78
Terdapat sekuens polifoni pada birama sembilan, berikut cuplikannya :
Notasi 3.79
Pada frase hosana in excelsis terdapat repetisi sekuens dari nuansa G mayor menjadi A mayor, hal ini untuk menggambarkan situasi Tuhan yang dipuji di dalam surga. Surga identik dengan tempat yang tinggi,
diimplementasikan dengan nada-nada tinggi pada soprano. Berikut cuplikannya :
Notasi 3.80
Bagian tersebut diberi akor-akor yang tegas, pergerakan kadens V ke I dan VI ke II. Kesan superlatif sangat menonjol pada bagian ini dengan dominasi nada soprano yang mencuat tinggi dengan volume keras.
Bagian berikut adalah duet soprano dan mezzo soprano, ditulis dalam tempo Andante untuk memberi kontras antara gegap gempita dengan khusyuk dan tafakur. Terdapat intro untuk menghantarkan kekhusyukan tersebut, berikut intro dan melodi soprano :
Pada birama 57 terdapat perpindahan tempo dari Andante menjadi Allegro dan kemudian koor masuk dengan heroik untuk memunculkan kesan gegap gempita. Bagian koor mengulang motif yang sama pada kalimat hosana in excelsis. Berikut motif perpindahannya :
Notasi 3.82
Pada lagu sanctus, bras mendominasi untuk memperkuat kesan heroik dan memunculkan warna majestik. String menggunakan nada yang tinggi untuk memberikan gambaran surga yang penuh dengan malaikat yang memuliakan Tuhan. Pada penutup lagu, terdapat nada C tinggi dalam melodi solo soprano. Hal ini bertujuan untuk menggambarkan bahwa
pujian sampai masuk ke surga yang tinggi, dengan tanda fermata yang memberi kesan tidak akan pernah habis. Berikut motif tersebut :
Notasi 3.82
4. Agnus Dei
Merupakan salah satu lagu ordinarium misa, dilagukan saat setelah pemecahan hosti. Lagu ini ditulis dalam tangga nada C minor, dengan sukat 2/4 dan tempo Andante. Disusun untuk koor dan iringan orkes. Berikut syairnya :
Latin Indonesia Agnus Dei, qui tollis peccata
mundi, dona eis requiem.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, berilah dia istirahat.
Agnus Dei, qui tollis peccata mundi, dona eis requiem.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, berilah dia istirahat.
Agnus Dei, qui tollis peccata mundi, dona eis requiem sempiternam
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, berilah dia istirahat, yang abadi.
Dibagi menjadi tiga bagian bait dengan rincian sebagai berikut. Bagian I ditulis dalam tangga nada C minor, sukat 2/4 dan tempo Andante. Terdapat intro sepanjang lima birama, disusun dengan nada panjang yang diberi perlakuan suspensi dan nada 1/8 pada bas yang diberi perlakuan sinkopasi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana magis dalam menghadirkan misteri Allah yang menjelma menjadi manusia dan mengurbankan diriNya untuk penebusan di salib. Dinamika frase ini dimulai dengan lembut, kemudian mengeras (dalam pembawaannya) dan akhirnya melodi vokal masuk. Berikut bagian intro :
Notasi 3.83
Terdapat melodi tenor dan bas secara unisono, diolah menyerupai melodi Gregorian. Prinsip pada frase ini adalah legato dan magis. Tekstur harmoni menjadi sedikit gelap karena menggunakan nada rendah. Berikut melodi frase tersebut :
Notasi 3.84
Pada frase berikutnya disebut bagian II, melodi tenor dan bas diulang oleh soprano dan alto, berkesan seperti nuansa D minor. Terdapat harmonisasi pada melodi sopran dengan alto, kemudian variasi berupa sahutan pada tenor dan bas. Berikut frase yang dimaksud :
Notasi 3.85
Bagian berikutnya disebut bagian III, merupakan bagian klimaks. Melodi pada soprano berubah meninggi dan berapi-api, melukiskan permohonan pengampunan pada Tuhan yang dramatis. Tekstur
harmoni menjadi terang karena menggunakan nada tinggi. Terdapat cantus firmus pada soprano dan instrumen orkes (organ, trumpet, flute, dan violin 1) untuk membantu efek suara yang tajam dan klimaks. Berikut frase yang dimaksud :
Bagian coda terdapat lompatan dari klimaks pada nada tinggi yang tiba-tiba menjadi rendah dengan pemberian kadens IVm-I yang melukiskan bahwa arwah sudah bersemayam dengan tenang. Birama terakhir diberi perlakuan terci di Piccardie43 melambangkan bahwa akhir hidup akan menjadi bahagia, masuk surga.
5. Lux Aeterna
Ditulis untuk solo soprano dan koor dengan iringan orkes dalam tangga nada C mayor dengan sukat 4/4 dan tempo Andante. Berikut syairnya :
Latin Indonesia
Lux aeterna luceat eis, Domine, Semoga cahaya kekal
menyinarinya, ya Tuhan
Cum sanctis tuis in aeternum, Selamanya bersama para kudusMu
Quia pius es. Karena berbelaskasihlah Engkau.
Requiem aeternam dona eis, Domine;
Istirahat kekal anugerahkanlah kepadanya, ya Tuhan;
Et lux perpetua luceat eis; Dan semoga cahaya kekal
menyinarinya,
Cum Sanctis tuis in aeternum, Selamanya bersama para
kudusMu,
Quia pius es. Karena berbelaskasihlah Engkau.
Terdapat intro sepanjang empat birama, yaitu :
Notasi 3.87
43
Dalam akor minor, Piccardie mengubah nada jarak ketiga menjadi mayor dan istilah ini menjadi populer.
Penggambaran Domine dengan nada G tinggi untuk melukiskan bahwa Tuhan adalah maha tinggi dengan tekstur harmoni yang ringan dan akor yang sederhana. Berikut motif tersebut :
Notasi 3.88
Terdapat sekuens dari melodi soprano yang berubah menjadi minor untuk kesan kontras yang dramatis. Berikut bagian tersebut :
Notasi 3.89
Pada birama 21 terdapat transisi menuju tangga nada Bb mayor. Pada birama 22 motif lagu Requiem aeternam diawal komposisi dimunculkan kembali sebagai tema utama dalam keseluruhan komposisi ini. Ditulis dalam tangga nada Bb mayor dengan perubahan sukat ¾ dan tekstur harmoni polifoni44. Memberi kesn orang melayat yang datang dan pergi bergantian, memberikan penghormatan terakhir dan doa agar damai jiwa almarhum. Berikut motif tersebut :
44
Notasi 3.90
Pada birama 45 dan 46 terdapat transisi sebagai jembatan solo soprano. Bagian ini menggambarkan bahwa sinar kasih Tuhan tidak berhenti, diekspresikan oleh pergerakan kadens V-I pada kata eis dengan perlakuan terci di Piccardie.Solo soprano mengambil alih dengan panjatan permohonan agar arwah ditempatkan bersama dengan para kudus di surga. Pemberian nada tinggi memberikan tekstur yang ringan melayang, seperti hendak terbang ke surga dimana tempat para kudus bersemayam. Pemilihan akor yang sederhana juga memberikan kesan damai, berikut cuplikannya :
Pada birama 67 terdapat nada Bb tinggi yang dinyanyikan solis soprano sebagai gambaran bahwa arwah benar-benar sudah mencapai surga yang tinggi. Berikut frase yang dimaksud :
Notasi 3.92
6. Libera Me, Domine
Ditulis untuk koor dengan iringan orkes dalam tangga nada C mayor dengan sukat ¾ dan tempo Allegretto. Syair dari lagu ini adalah :
Latin Indonesia
Libera me, Domine, de morte aeterna, in die illa tremenda:
Lepaskanlah aku, ya Tuhan, dari kematian kekal pada hari yang menakutkan itu
Quando coeli movendi sunt et terra dum veneris iudicare saeculum per ignem.
Ketika langit dan bumi berguncang dan Engkau akan datang untuk menghakimi dunia dengan api.
Tremens factus sum ego, et timeo, dum discussio venerit, atque
Aku dibungkam oleh ketakutan dan gemetar
ventura ira. Sampai penghakiman datang dan kemurkaan tiba
Quando coeli movendi sunt et terra.
Ketika langit dan bumi berguncang.
Dies illa, dies irae, calmitatis et miseriae, die magna et amara valde.
Hari ini hari kemurkaan, bencana, dan penderitaan, hari kegetiran yang amat sangat
Dum veneris iudicare saeculum per ignem.
Ketika Engkau akan datang untuk mengadili dunia dengan api
Requiem aeternam dona eis, Domine: et lux perpetua luceat eis.
Berikanlah istirahat kekal kepadanya, ya Tuhan: dan semoga cahaya kekal menyinarinya.
Terdapat intro sepanjang empat birama dengan pengolahan arpeggio untuk memunculkan kesan pengharapan yang senang. Berikut motif tersebut :
Notasi 3. 93
Melodi suara soprano menggambarkan bahwa Tuhan berada ditempat yang tinggi dilambangkan dengan pergerakan naik nada E, F, G, A, B, C, D, dan E. Pendengar seperti dibawa meniti tangga agar sampai kedalam surga dimana Tuhan tinggal disana. Berikut motif soprano tersebut :
Notasi 3.94
Pada birama 13 terdapat frase unisono koor, dengan perlakuan melodi yang bergerak turun kebawah untuk menggambarkan syair Quando coeli movendi sunt et terra dum veneris iudicare saeculum per ignem
(Ketika langit dan bumi berguncang dan Engkau akan datang untuk menghakimi dunia dengan api). Beriku lintasan nada yang dimaksud :
Kata terra dilambangkan dengan notasi E, D, C# memberikan kesan bahwa ada tangga dari surga yang turun ke bumi. Terdapat nada tinggi pada suara alto dan bas. Dalam musik kontemporer, range suara alto dan bas kadang meluas dan dapat mencapai wilayah sopran ataupun tenor. Pun pada jaman Romantik, suara alto dan bas juga sudah mengalami perluasan range suara yang lebar, guna kebutuhan opera yang dramatis. Dapat dijumpai dalam lagu Di Quella Pira opera Il Trovatore.
Pada birama 31 terdapat kesan tonalitas berubah menjadi D minor, dengan pengulangan melodi yang sama dengan birama 13 tadi, masih dengan unisono. Berikut bagian tersebut :
Notasi 3.96
Frase tersebut untuk memunculkan efek superlatif bahwa surga sudah bergerak sampai turun ke bumi. Suara soprano dan tenor juga menyanyikan nada rendah yang tidak biasa. Produksi suara akan tidak maksimal untuk soprano dan tenor, akan tetapi dapat ditangani oleh suara alto dan bas yang empunya nada rendah dengan bagus.
Pada birama 43 sampai 47 terdapat transisi berupa frase dengan kalimat Dum veneris iudicare saeculum per ignem (Ketika Engkau akan datang untuk mengadili dunia dengan api). Motif melodi menggunakan
lompatan-lompatan jarak ½, 2, 3 untuk menggambarkan bahwa Tuhan sudah datang dengan langkah kecil untuk menghampiri dan mengadili manusia. Berikut frase tersebut :
Notasi 3.96
Pada birama 46 terdapat instrumen harpa dengan nada triol 1/8 untuk menunjukkan bahwa transisi tersebut menjadi nyata dan dilanjutkan dengan permohonan berikan istirahat yang abadi bagi jiwa orang yang sudah meninggal. Konteks sekarang berubah meluas, bukan saja kedamaian bagi jiwa yang meninggal, akan tetapi bagi jiwa kita yang masih hidup di dunia. Motif melodi masih bersifat polifoni dengan tekstur yang melayang, mengulang lagu pada awal komposisi ini. Berikut motifnya :
Notasi 3.97
Transisi ditulis dalam akor E, E7/D, C, dan G mayor. Kali ini tangga nada motif requiem aeternam tidak berada pada Bb mayor, melainkan pada C mayor. Hal ini digunakan untuk menggambarkan bahwa situasi kedamaian juga dibutuhkan oleh manusia yang masih hidup.
D. Liturgi Penutup