• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam basa serta isotoni sel. Zat ini praktis terdapat dalam semua makanan, antara lain banyak dalam sayuran, buah-buahan, kacang tanah,

kedele, badam, biji labu manis dan kopi. Plasma hanya mengandung 1% dari kadar total dalam tubuh (kt), sedangkan antara kadar plasma (kp) dan kadar total dalam tubuh tidak terdapat korelasi baik. Maka kadar plasma rendah tidak berarti bahwa kadar total dalam tubuh juga telah berkurang dan adanya defisiensi kalium.

Suplesi kalium barulah diperlukan bila kadar total dalam tubuh telah turun dengan nyata, seperti pada gagal jantung, cirrhosis hati dan diabetes dengan keto-acidosis.

Efek samping dari overdose: gangguan saluran cerna, nyeri setempat pada injeksi dan radang vena. Gejala hiperkaliemia tersebut dapat terjadi bila Kalium digunakan bersamaan dengan diuretika penghemat kalium.

Dosis profilaksis 2dd 0,6-1 gr KCl p.c, pada hipokaliemia dimulai dengan 2 gr sampai gejalanya hilang, kemudian 2 dd 1gr.

2. Natrium (Na)

Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya juga pada pembentukan perbedaan potensial (listrik) yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di saraf.

Defisiensinya bisa terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual, muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis, kemudian kejang otot lengan dan perut.

Penggunaannya selain pada defisiensi Na, juga dalam bilasan 0,9% (larutan garam fisiologis) dan dalam infus dengan elektrolit lain. Sebagai tetes mata 5% NaCl digunakan pada udema kornea.

Efek samping pada overdose berupa udema dan naiknya tekanan darah berhubung bertambahnya volume plasma akibat pengikatan air oleh Na. Efek ini juga dapat terjadi karena retensi Na pada penggunaan hormon steroida.

Dosis untuk kompensasi kehilangan Na akibat kerja berat dan terlalu banyak minum air : 5-10 gr NaCl, sebaiknya sebagai larutan 1gr per liter.

3. Kalsium (Ca)

Kalsium terdapat sebanyak 99% dalam tulang kerangka dan sisanya dalam cairan antar sel dan plasma. Dalam bahan makanan terutama terdapat dalam susu dan telur, juga gandum dan sayur-mayur, antara lain bayam.

Fungsinya selain sebagai bahan bangun bagi kerangka, juga sebagai pemeran penting pada regulasi daya rangsang dan kontraksi otot serta penerusan impuls saraf.

Defisiensi kalsium menimbulkan antara lain, melunaknya tulang (osteomalacia) serta mudah terangsangnya saraf dan otot, dengan akibat serangan kejang (tetania). Biasanya kekurangan disebabkan karena defisiensi vitamin D dan terhambatnya resorpsi Ca atau karena penyakit hipoparatirosis dan insufisiensi ginjal.

Resorpsinya dari usus berlangsung secara aktif dalam keadaan terikat pada calcium binding protein (CBP), yang sintesisnya distimulasi oleh kalsitriol. Ekskresinya tergantung pada banyak faktor, tetapi terutama melalui tinja dan hanya sedikit lewat kemih.

Penggunaannya untuk defisiensi Ca tulang yang berkaitan dengan terganggunya resorpsi, juga setelah pembedahan tiroid dengan kerusakan pada paratiroid. Pada osteoporosis dan prevensinya pada wanita setelah menopause, Ca diberikan bersamaan dengan bifosfonat, vitamin D dan estrogen.

Efek sampingnya pada penggunaan oral berupa iritasi lambung-usus dan sembelit.

Hipercalciemia jarang terjadi dan bercirikan endapan Ca di ginjal (batu) dan meningkatnya ambang rangsang saraf dan otot. Gejalanya berupa kelemahan otot, letargia, poliuria, dan perasaan haus, akhirnya timbul koma.

Dosis : pada defisiensi, oral 2-2,5 gr Ca sehari dalam 3-4 dosis d.c. Pada osteoporosis dan prevensinya 1-1,5 gr Ca malam hari, bersamaan dengan vitamin D dan bifosfonat. Pada hipocalciemia hebat, i.m atau i.v Ca-glukonat 1-2 gr (larutan 10%).

4. Fluorida (F)

Fluor khusus terdapat dalam tulang gigi (dentin) dan email (pelapis kaca), juga dalam kerangka. Sayur mayur mengandung sedikit fluor, sedangkan kadar yang tinggi terdapat dalam daun teh.

Resorpsinya dari usus baik dan cepat; garam-garam Ca, Fe, Al dan Mg membentuk kompleks dengan fluorida yang mengakibatkan hambatan penyerapannya, maka tidak boleh dimakan bersamaan waktu. Ekskresinya berlangsung lewat kemih dan dapat juga dengan keringat sewaktu transpirasi berlebihan.

Penggunaannya paling banyak untuk prevensi gigi berlubang (caries). Fluor diserap oleh plak gigi dan di situ menghambat pula menstimulir remineralisasi sehingga kerusakan bisa direparasi. Fluor juga menghambat pembentukan asam oleh kuman mulut, hingga pelepasan asam kurang kuat.

Efek sampingnya pada dosis oral tinggi yang digunakan pada osteoporosis dapat menimbulkan gangguan saluran cerna dan keluhan rematik. Juga bisa terjadi hipokalsiemia, karena Ca ditangkap dan diinaktifkan oleh fluor. Penggunaan lokal dapat menimbulkan antara lain reaksi alergi, sekresi ludah berlebihan dan udema lidah.

Dosis profilaksis dapat menyebabkan fluorosis, berupa bintik-bintik gelap pada email gigi atau garis-garis putih. Dosis: prevensi caries, oral anak-anak 6-12 bulan: 1 dd 0,25 mg F (=1 tablet NaF 0,56 mg), 1-2 tahun: 1-2 tab, 2-3 tahun: 2-3 tab, 4-6 tahun: 3-4 tab dan di atas 6 tahun: 4 tab.

5. Iodium (I)

Elemen ini terdapat dalam makanan sebagai iodida anorganis yang mudah diserap.

Kebutuhan sehari hari adalah 150-300 mcg, yang diperoleh dari makanan, seperti ikan, kepiting, kerang dan lumut laut.

Penyakit gondok endemis pada umumnya akan timbul di daerah dimana asupan per harinya hanya 70 mcg, yang mengakibatkan dilahirkannya 1,5% bayi dengan cretinisme.

6. Borium (B)

Elemen spura ini terdapat banyak dalam kol, daun sla (lettuce), kacang polong, kedele dan alfalfa, juga dalam buah-buahan (apel, prune, kismis, kurma) dan kacang-kacangan (kacang tanah, hazelnut, badam).

Elemen ini digunakan secara alternatif pada gangguan sendi (osteoarthritis) dengan efek sangat baik. Begitu pula pada osteoporosis sesudah menopause, dimana suplesi borium menurunkan dengan jelas ekskresi kalsium dan magnesium, sedangkan kadar estrogen darah dinaikkan.

4) Prosedur Pembelajaran

1 kali tatap muka dikelas dengan metode SCL.

5) Prosedur Penilaian

soal multiple choice dan take home essay 6) Referensi

Masruroh, 2013. Buku Panduan: Praktik Ketrampilan Asuhan Kebidanan Nifas

Nugroho, Taufan; NURREZKI; WARNALIZA, Desi; WILIS. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3).

Astuti, Sri dkk..2015. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Erlangg

Walyani, Elisabeth Siwi dan Purwoastuti, Endang. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru Pres

Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Editor Suyono Riyadi.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

BAB IV PENUTUP

Demikianlah modul ini dibuat agar bermanfaat bagi mahasiswa dan juga dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan perkuliahan dapat berjalan dengan lancer. Modul ini diharapkan dapat membekali mahasisiwa dalam menyonsong praktik profesi.

RANCANGAN TUGAS

Dokumen terkait