• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: METODE PENELITIAN

E. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Kantor Walikota Medan Jalan Kapten Maulana Lubis 2 Medan, 20112

ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek penelitian

1. Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan

Perkembangan Kota Medan tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi dan karakteristik Kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban fungsi yang luas dan besar (METRO), serta sebagai salah satu dari 3 (tiga) kota metropolitan terbesar di Indonesia. Realitasnya, Kota Medan kini berfungsi:

(1) Sebagai pusat Pemerintahan daerah, baik pemerintah Propinsi Sumatera Utara, maupun Kota Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat Negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan Perusahaan, Bisnis, Keuangan di Sumatera Utara.

(2) Sebagai Pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera Utara seperti: Rumah sakit, Perguruan Tinggi, Stasiun TVRI, RRI, dll, termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan Swasta, khususnya pusat-pusat Perdagangan.

(3) Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan, dan jasa secara regional maupun internasional.

(4) Sebagai pintu gerbang regional/Internasional/Kepariwisataan untuk kawasan Indonesia bagian barat.

Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup bukan hanya Propinsi Sumatera Utara tetapi juga wilayah propinsi (Sumbagut). Adanya fungsi regional yang luas tersebut, ternyata telah menjadikan Kota Medan dapat menyelenggarakan aktifitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas ekonomi yang besar tersebut ditunjukan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Medan, yang selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi daerah – daerah sekitarnya, termasuk dibandingkan dengan dicapai oleh Provinsi Sumatera Utara maupun Nasional

Walaupun Kota Medan sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif tahun 1998 (- 20%), namun selama tahun 2000 – 2004, ekonomi Kota Medan dapat tumbuh kembali rata – rata sebesar 5,19%. Ini merupakan indikasi bahwa betapapun beratnya (dalamnya), krisis ekonomi yang melanda ekonomi Indonesia dan Kota Medan khususnya, namun secara bertahap pada dasarnya Indonesia dan Kota Medan memiliki kemampuan untuk sembuh dan keluar dari krisis yang sangat berat tersebut

Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai (uang) PDRB Kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp. 24,5 triliun, dengan pendapatan perkapita Rp. 12,5 juta, sektor tertier merupakan sektor sekunder (29,06%), dan sektor primer (4,18%). Jumlah volume kegiatan ekonomi ini, sekaligus memberikan kontribusi lebih kurangnya sebesar 21% bagi pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga memperlihatkan elastisitas yang tinggi

terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara artinya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selalu menunjukan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Propinsinya. Ini menunjukan bahwa Kota Medan masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah – daerah lainnya di Sumatera Utara.

INDIKATOR UTAMA EKONOMI KOTA MEDAN

KETERANGAN TAHUN 2004 Penduduk PDRB Pertumbuhan ekonomi Income perkapita Tingkat inflasi

Jumlah tenaga kerja produktif

Tingkat Pengangguran

Total of export (FOB,000 US$)

Total of import (CIF,000 US$)

2.006.142 jiwa 24,5 trilyun 5,49 % Rp.12,500,000 6,64 % 682.826 jiwa 13,01 % 2.229.125 679.000,00 Major export :

Lemak dan minyak nabati /hewani, udang, kerang, kayu lapis, aluminium, barang kesenian, coklat, kopi, mineral mentah, dll.

Major import :

Impor barang modal (suku cadang / asesoris kendaraan bermotor, mesin / peralatan industri khusus, alat elektronik, dll) impor barang konsumsi, (makanan ternak, beras, aluminium, sayur segar, tembakau, dll)

Partners :

Malaysia, Jerman, Inggris, Singapura, RRC, Belanda, Taiwan, Hongkong, dll)

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan

penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat .

Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin

INDIKATOR SOSIAL KOTA MEDAN

KETERANGAN TAHUN 2004

Jumlah penduduk (jiwa)

APK o SD / MI (%) o SMP / MTs (%) o SMA / MA(%) APM o SD / MI (%) o SMP / MTs (%) o SMA / MA(%)

Umur harapan hidup

o Laki-laki

o Perempuan

Angka kelahiran kasar

Angka kematian kasar

TPAK (%) Pengangguran o Terbuka (%) Penduduk Miskin (%) 2.006.142jiwa 112,40 101,60 76,05 90,00 74,83 62,45 69 71 2,26 1,70 52,92 13,01 7,13

Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM)Tahun 2006-2010 Pemko Medan

Secara konstitusional Negara Indonesia di bagi dalam daerah propinsi dan daerah yang lebih kecil (Kota-Kabupaten). Masing-masing daerah pada dasarnya memiliki sifat otonom dan atministratif. Adanya daerah, menjadikan adanya pemerintahan daerah, pertimbangan situasional, historis, politis, psikologis dan tehnis pemerintahan, merupakan latar belakang pemikiran strategis perlunya pemerintahan daerah di Indonesia.

Suasana kejiwaan dan kebatinan inilah yang pada dasarnya menjadi semangat penyusunan dan diperlakukannya UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004, yang saat ini berlaku sebagai dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di daerah,

dengan prinsip demokratis, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Adanya pemerintahan daerah berkonsekuensi adanya Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur penyalenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:

(1) Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima (5) sifat, yaitu Pemberian pelayanan,

(2) Fungsi pengaturan (penetapan perda), (3) Fungsi pembangunan,

(4) Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi /Pusat), (5) Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota. Dalamkaitannya dengan

penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah,

Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan 2 (dua) bidang urusan yaitu :

(1) Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh Dinas-dinas daerah (Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum) dan

(2) Urusan pemerintahan umum, yang terdiri dari:

• Kewenangan mengatur yang diselengarakan bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagi Badan Legislatif Kota.

• Kewenangan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang

diselenggarakan oleh Wlikota/Wakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggi Badan Eksekutif Kota

Berdasarkan fungsi dan kewenagan tersebut, Walikota Medan membawahi (pimpinan Eksekutif tertinggi) seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota.

Harus diakui UU : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah menjembatani aspirasi dan semangat reformasi masyararakat lokal, yang menginginkan adanya keleluasaan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Secara filosofis, implimentasi otonomi daerah ternyata dapat mendorong daerah berkembang dengan prakarsa kreditivitas dan inisiatifnya sendiri, termasuk menumbuhkan partisipasi masyarakat, akuntabilitas, transparansi dan komitmen yang kuat untuk mendahulukan kepentingan bangsa dan negara.

Adanya keleluasan melaksanakan otonomi daerah, tercermin dari pola pembagian kewenangan antara pusat dan daerah. Semangat Undang-Undang Nomor : 32 Thn. 2004, telah menempatkan kewenangan pusat hanya pada aspek- aspek yang sangat terbatas seperti politik luar negeri, pertahanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan lain yang tidak atau belum dapat diselenggarakan oleh daerah. Untuk itu, Kota Medan dituntut untuk mampu menyelenggarakan bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, meliputi administrasi pemerintahan umum, pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian dan

perdagangan, koperasi, penanaman modal, ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang, pemukiman, pekerjaan umum, perhubungan, lingkungan hidup, kependudukan dan olahraga.

Bagi Pemerintah Kota Medan, implementasi otonomi daerah diwujudkan dalam kewajiban Pemerintah Kota untuk menjamin pelayanan umum yang sangat mendasar kepada masyarakat dan dunia usaha, berdasarkan kewenangan dan bidang – bidang wajib yang dilaksanakan Pemerintah Kota. Secara terus menerus, Pemerintah Kota Medan memperbaiki mutu pelayanan umum yang ada, mulai dari identifikasi dan standarisasi pelayanan, peningkatan kerja pelayanan Pemerintah Kota, dan monitoring pelayanan. Usaha ini diharapkan mampu menciptakan pemberian pelayanan yang adil dan merata bagi seluruh pihak, baik masyarakat maupun dunia usaha yang bersifat lokal, nasional dan asing.

Diberlakukannya Undang-Undang No : 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor : 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya perimbangan tugas, fungsi dan peran antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tersebut berkonsekuensi, masing- masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif.

Untuk mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan tanggung jawabnya. Pemerintah Kota Medan memiliki beberapa sumber pendapatan pokok, yaitu : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan, (3) Pinjaman Daerah, (4) Lain- lain penerimaan yang sah. Sebagai daerah yang perkembangan ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan tertier, sumber pendapatan asli daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak dan retribusi daerah. Bagi Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih didefinisikan sebagai cara memberikan kesejahteraan umum (redistribusi pendapatan) dari pada sekedar budgeter.

Walaupun ada kecenderungan peningkatan volume dalam PAD, namun diakui 70% sumber penerimaan Kota Medan di sektor publik masih berasal dari alokasi pusat (dana perimbangan / dana alokasi umum). Hal yang menggembirakan dalam hal pembiayaan pembangunan kota adalah, jika sebelumnya sebagian besar program pembangunan yang disediakan oleh pemerintah pusat dialokasikan dalam bentuk dana Inpres (regional) maupun dana DIP (sektoral), maka saat ini sebagian besar sudah dalam bentuk bantuan spesifik (specific blok grant), dan blok grant yang lansung diterima dan dikelola oleh daerah.

Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu, termasuk pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang dibangun benar – benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga dapat menggerakkan kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan ekonomi yang berkembang

pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota dalam pembiayaan pembangunan kota, sekaligus memperkecil ketergantungan Pemerintah Kota kepada Pemerintah Pusat.

REALISASI APBD PEMERINTAH KOTA MEDAN LIMA TAHUN TERAKHIR

TAHUN REALISASI 2000 204.336.107.826,67 2001 568.639.837.266,58 2002 722.197.831.000,00 2003 1.079.834.024.000,00 2004 1.123.865.492.000,00 2005 1.228.649.091.079,96

Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) Tahun 2006-2010 Pemko Medan Diberlakukannya UU Nomor : 32 Tahun 2004 ternyata telah membawa perubahan, baik secara filosofis maupun administratif penyelenggaraan Pemerintahan Kota. Secara filosofis, diberlakukannya Undang –Undang tersebut membawa implikasi bahwa :

Semua persoalan diselesaikan di tingkat lokal.

Semua daerah harus berkembang dengan prakarsa, kreativitas dan inovasi daerah masing- masing.

Merubah pandangan kesatuan, dari yang semula harus sama menjadi pengakuan adanya keanekaragaman, sebagai potensi bangsa/daerah.

Adanya pergeseran dari yang semula dominasi Eksekutif menjadi keseimbangan dengan Legislatif.

Perlunya partisipasi masyarakat yang dinamis dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan kota.

Secara administratif, otonomi daerah juga dimaknai adanya pergeseran kewenangan dari yang semula dominasi pusat kepada daerah, dan dari yang semula dominasi daerah kepada masyarakat. Adanya perubahan fundamental tersebut, menjadikan adanya perubahan dalam strategi pembangunan kota yang dijalankan termasuk oleh pemerintah Kota Medan. Perubahan tersebut juga harus dimaksimalkan adanya pergeseran dalam paradigma pembangunan kota. Secara skematis perubahan paradigma pembangunan tersebut adalah:

SEBELUM MENJADI PEMBANGUNAN KOTA KOTA PEMBANGUNAN Sentralisasi Desentralisasi

Dari atas ke bawah Simultan Keseragaman Keberagaman Petunjuk Kreativitas/ Inovasi Instruksi Pilihan

Ketergantungan Kemandirian Hirarki Keterkaitan Kesenjangan Keserasian

Sumber: Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) Tahun 2006-2010 Pemko Medan

Bagi Pemerintah Kota Medan, adanya perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dan pembanguanan kota tersebut diantisipasi dengan merumuskan apa yang disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Medan lima tahun kedepan, dengan menetapkan Pemerintah Kota, DPRD, swasta dan masyarakat sebagai pilar utama pembangunan kota.

2. Struktur Organisasi Pengelola Keuangan Daerah Pemerintah Kota Medan Berdasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

Penyusunan struktur organisasi dalam suatu organisasi sangat penting dilakukan gunamempermudah pelaksanaan tugas – tugas yang di bebankan . Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola – pola tata hubungan diantara fungsi – fungsi , bagian – bagian atau posisi – posisi maupun orang – orang yang menunjukkan kedudukan, tugas , wewenang dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu struktur organisasi

Struktur ini mengendung unsur – unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, dalam pembuatan keputusan dalam satuan kerja. Hubungan dan kerjasama dalam organisasi dapat diketahui secara jelas dengan melihat struktur organisasi.

Struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan merupakan bagian dari struktur organisasi Pemerintah Kota Medan secara keseluruhan. Namun dalam hal ini hanya akan disajikan struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah.

Struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan sebagai berikut:

2.1. Walikota Medan (Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan daerah) Walikota Medan selaku kepala pemerintah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan darah sebagaimana dimaksud mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan pelaksanaan APBD;

b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah; c. Menetapkan kuasa pengguna anggaran / barang ;

d. Menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;

Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

WALIKOTA MEDAN

( PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUDA)

SEKRETARI S DAERAH

( KOORDI NATOR PENGELOLAAN KEUDA)

PENGGUNA

ANGGARAN/ PENGGUNA BARANG ( KEPALA SKPD) PPKD SELAKU BUD ( KEPALA SKPKD) BENDAHARA PPTK KUASA PA PPK- SKPD KUASA BUD

Gambar : Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan daerah Pemerintah Kota Medan

e. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;

f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

g. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah ;

h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

i. Melimpahkan sebagian atas seluruh kekuasaannya kepada ;

• Sekretaris Daerah selaku Koordinator pengelolaan keuangan daerah ;

• Kepala SKPD selaku PPKD;

• Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran / Pengguna Barang.

Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud, ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan .

2.2 Sekretaris Daerah ( Koordinator pengelolaan keuangan daerah)

Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan tugas dan fungsinya dalam membantu Walikota selaku kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintah daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah. Koordinator pengelolaan

keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud kepada kepala daerah.

Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerahmempunyai tugas koordinasi di bidang:

a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;

b. Penyusunan dan pelaksanana kebijakan pengelolaan barang daerah; c. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;

d. Penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

e. Tugas – tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan daerah dan ;

f. Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

Selain tugas – tugas diatas koordinator pengelolaan keuangan daerah juaga mempunyai tugas:

a. Memimpin TAPD;

b. Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;

c. Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;

d. Memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; e. Melaksanakan tugas – tugas koordinasi pengelolaan keuangan

daerah lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

2.3 Kepala SKPD (PPKD selaku BUD)

PPKD selaku SKPKD mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah ; b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;

c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah;

d. Melaksanakan fungís Bendahara Umum daerah ;

e. Menyusun laboran keuangan daerah dalm rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

f. Melaksankan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah;

PPKD selaku BUD berwenang :

a. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD; b. Mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;

c. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

d. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah;

e. Melaksanakan pemungutan pajak daerah ;

f. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;

g. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;

h. Menyimpan uang daerah; i. Menetapkan SPD;

j. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi;

k. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekeningkas umum daerah;

l. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daeah;

m. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; n. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

o. Melakukan penagihan piutang daerah;

p. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah q. Menyajikan informasi keuangan daerah;

r. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah.

2.4 Kuasa BUD

PPKD selaku BUD dapat menunjuk pejabat di lingkungan SKPD selaku kuasa BUD. Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada BUD.

Kuasa BUD mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menyiapkan anggaran kas;

b. Menyiapkan SPD; c. Menerbitkan SP2D;

d. Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;

e. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;

f. Mengusahakan dan mengatur yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;

g. Menyimpan uang daerah;

h. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola /menatausahakan investasi daerah;

i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atau beban rekening kas umum daerah;

j. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; k. Melakukan penagihan piutang daerah.

2.5 Kepala SKPD (Pengguna Anggaran / Pengguna Barang)

Pejabat pengguna anggran / pengguna barang daerah mempunyai tugas dan wewanang:

a. Menyusun RKA- SKPD b. Menyusun DPA – SKPD

c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja

e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak

g. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan

h. Menandatangani SPM atas beban anggaran belanja SKPD yang dipimpinnya

i. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya

j. Mengelola barang milik daerah / kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya

k. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya

l. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya m. Melaksanakan tugas – tugas pengguna anggaran/barang lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah

n. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui Sekretaris daerah

2.6 Kuasa Pengguna Anggaran (Kuasa PA)

a. Pejabat pengguna anggaran / barang dalam melaksanakan tugas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggran/ barang.

b. Kuasa pengguna anggaran/barang pada SKPD minimal pejabat eselon III

c. Pelimpahan wewenang ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.

d. Penetapan kuasa pengguna anggaran / barang pada SKPD berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

e. Kuasa pengguna anggaran/barang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan anggaran / barang yang dilimpahkan

f. Atas pelaksanaan tugasnya, kuasa pengguna anggaran/barang melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada pengguna anggaran/barang.

2.7 Bendahara

a. Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD.

b. Kepala daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara pengeluaran untuk memaksakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja SKPD.

c. Kepala daerah atas usul PPKD dapat mengangkat bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk tiap unit kerja yang ada pada SKPD.

d. Pengangkatan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran pada tiap unit kerja sebagaimana dimaksud pada point 3 diberikan berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan , anggaran, kegiatan , beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

e. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada poin 1,2,3 adalah pejabat fungsional.

f. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang melakukan , baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan ,pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan / penjualan tersebut, serta menyimpan uang pada suatu bentuk dan lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.

g. Bendahara penerimaan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaan pembantu dan/atau pembantu bendahara penerimaan.

h. Bendahara pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara pengeluaran pembantu dan/atau pembantu bendahara pengeluaran.

i. Bendahara penerimaan pembantu dan pembantu bendahara penerimaan bertanggungjawab kepada bendahara penerimaan.

j. Bendahara pengeluaran pembantu dan pembantu bendahara pengeluaran bertanggung jawab kepada bendahara pengeluaran.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya lepada PPKD selaku BUD.

2.8 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD (PPTK-SKPD)

Pejabat pengguna anggaran barang dalam melaksanakan program dan kegiatan SKPD menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK atas usul kuasa pengguna anggaran/barang. Penunjukan PPTK ditetapkan oleh kepala daerah.

Pejabat Pelakasanateknis kegiatan SKPD (PPTK-SKPD) mempunyai tugas mencakup:

a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan,

b. Melaporkan perkembangan pelaksana kegiatan,

c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2.9 Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPDmenetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD.

Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) mempunyai tugas:

a. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/disetujui oleh PPTK dan/atau kuasa pengguna anggaran/barang.

b. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, SPP-GU nihil dan SPP-LS

Dokumen terkait