• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Perdagangan Efek Tanpa Warkat (Scripless

2. Pelaksanaan Perdagangan Efek Tanpa Warkat (Scripless

Pelaksanaan Scripless Trading menyebabkan pemalsuan data saham dapat dihindari, gagal serah atau gagal bayar akan sangat berkurang, semua data pemegang saham tercatat secara transparan dan registrasi otomatis dapat dilakukan pada saat saham dipindahkan dari rekening penjual kepada rekening pembeli, yang tentu saja akan sangat berpengaruh pada berkurangnya biaya, hal

75 tersebut tentu akan menyebabkan meningkatnya likuiditas pasar modal dan menambah kepercayaan masyarakat51.

Walaupun disebutkan diatas, bahwa gagal bayar dan gagal serah akan sangat berkurang dengan pelaksanaan Scripless Trading ini, tetapi gagal serah atau gagal bayar masih sangat mungkin terjadi dalam transaksi bursa. Pada proses transaksi di bursa efek terjadi penawaran jual dan penawaran beli dilaksanakan oleh dua pihak yang berbeda, yaitu Perusahaan Efek / broker (yang mewakili Pembeli) berkewajiban untuk menyerahkan dana, sedangkan Perusahaan Efek / broker lainnya (yang mewakili penjual) berkewajiban untuk menyerahkan Efek . Gagal bayar dalam terminologi bursa memiliki berbagai makna. Namun pada intinya yaitu pada saat penyelesaian transaksi(settlement) tiba, broker terkait tidak dapat menyelesaikan kewajibannya. Latar belakang gagal bayar dapat berupa keterlambatan teknis akibat kliring antar bank, atau investor (broker) tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kewajibannya pada saat settlement, serta penipuan. Artinya, bahwa gagal bayar merupakan gagal dalam penyerahan sejumlah dana yang ditransaksikan dalam suatu transaksi bursa.

51 Cyril Noerhadi, Undang-undang Pasar Modal dan Perkembangan Bursa Saham di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 2, Tahun 1997, hlm. 70.

76 Sedangkan yang dimaksud dengan gagal serah yaitu pada saat batas waktu penyelesaian transaksi (T+3) pihak broker penjual tidak dapat melaksanakan kewajibannya untuk menyerahkan sejumlah Efek yang ditransaksikan tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena pada saat terjadi transaksi (T+0) broker tersebut belum atau tidak mempunyai Efek sejumlah yang ditransaksikan tersebut sehingga pada saat penyelesaian transaksi (T+3) ia gagal serah saham (Efek).

Gagal serah ini dapat berujung pada gagal bayar pula karena apabila terjadi gagal serah saham maka pihak Broker penjual harus tetap membayar atau mengganti sejumlah uang yang telah ditentukan sebagai pengganti atas saham (Efek) yang tidak dapat diberikannya kepada broker pembeli. Dalam menghadapi hal-hal tersebut diatas, KPEI sebagai lembaga kliring dan penjaminan harus tanggap dan dapat mencegahnya, supaya proses penyelesaian transaksi Efek di bursa dapat berjalan dengan lancar.

Menurut Bapak Razif Yunus52 dari Unit Komunikasi Perusahaan PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), beliau menyatakan bahwa sampai saat peneliti melakukan wawancara belum pernah terjadi kasus gagal bayar yang diakibatkan oleh kesalahan KPEI sendiri. Selama ini KPEI selalu dapat menyelesaikan kasus-kasus

52 Wawancara dengan Bapak Razif Yunus dari Unit Komunikasi Perusahaan PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), Jakarta 25 Pebruari 2013.

77 gagal bayar yang terjadi dengan cara membayarkan terlebih dahulu kewajiban bayar perusahaan efek yang tidak dapat melaksanakan pembayaran pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan peraturan bursa. Artinya KPEI selalu dapat melaksanakan tugas-tugasnya selaku Lembaga Kliring Penjaminan.

Contoh yang terkait dengan kegagalan penyelesaian transaksi di back office (kegagalan settlement) adalah yang terjadi pada kasus gagal bayar PT. Danatama Makmur (Danatama). Hal ini diakibatkan Danatama tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran atas transaksi yang dilakukan sampai dengan jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan bursa yaitu T+3. Pada kasus tersebut KPEI selaku Lembaga Kliring Penjaminan (LKP) yang bertugas untuk memastikan kegagalan penyelesaian transaksi dapat dihindari memberikan dana talangan kepada Danatama, dan Danatama berkewajiban untuk melunasinya.53

Kewajiban Danatama bukan hanya membayar dana talangan KPEI berikut dendanya saja, tetapi juga diberi peringatan tertulis oleh BEI selaku SRO karena Danatama tidak melaksanakan verifikasi atas kecukupan dana dan Efek Nasabah sebelum pelaksanaan transaksi sebagaimana diatur dalam peraturan Bapepam dan LK

53 www.finance.detik.com/read/2008/11/14/185348/1037185/6/cerita-di-balik-kasus-gagal-bayar-danatama diakses pada tanggal 22 Maret 2013.

78 Nomor V.D.3 Tentang Pengendalian Intern dan Penyelenggaraan Pembukuan oleh Perusahaan Efek. Sanksi lainnya yaitu diwajibkan untuk membayar denda sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta Rupiah) kepada BEI, diwajibkan membentuk manajemen risiko sehingga kejadian serupa tidak terjadi lagi, dan diberlakukannya suspend sehingga Danatama tidak dapat melakukan aktifitas perdagangan selama sanksi suspend tersebut belum dicabut.

Penjatuhan sanksi suspensi oleh BEI terhadap Danatama dilatar belakangi surat dari PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) Nomor : KPEI-0722/DIR/1008 tanggal 7 Oktober 2008 perihal Laporan Kegagalan, berdasarkan surat tersebut maka BEI mengeluarkan surat pengumuman Nomor PENG-0154/BEI.ANG/10-2008 tanggal 7 Oktober 2007 yang menyatakan bahwa PT.

Danatama Makmur tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas perdagangan di bursa sampai dengan pemberitahuan lebih lanjut.

Suspensi Danatama tesebut dicabut 29 (dua puluh sembilan) hari kemudian dengan Surat Pengumuman Nomor PENG-169/BELANG/I 1-2008 tanggal 17 November 2012 sehingga Danatama dapat kembali melakukan aktivitas perdagangan di Bursa.

Kasus gagal bayar Danatama tersebut secara langsung memang tidak merugikan investor, karena untuk gagal bayar itu sendiri telah diselesaikan oleh KPEI , maka Danatama yang

79 selanjutnya harus bertanggung jawab terhadap KPEI. Tetapi akibat dari dijatuhkannya sanksi suspensi kepada Danatama tersebut telah menimbulkan kerugian bagi investor lainnya, terutama investor yang terdaftar di Perusahaan Efek PT. Danatama Makmur. Peneliti mewawancarai 4 (empat) orang investor, yaitu : Bapak Imam Sustiyono54 terdaftar selaku investor pada Perusahaan Efek PT. E- Trading Securities. Menurutnya apabila perusahaan efek tempatnya terdaftar selaku investor disuspend oleh BEI selama 29 (dua puluh sembilan) hari, maka ia akan merasa dirugikan selama masa suspensi, ia tidak akan bisa melakukan perintah pembelian ataupun penjualan Efek sebagaimana biasanya. Sehingga tidak akan mendapat keuntungan dengan cara menjual efeknya apabila ternyata efek yang dimilikinya mengalami kenaikan harga (capital gain), ataupun tidak dapat meminimalisasi kerugian dengan cara menjualnya apabila efek yang dimilikinya mengalami penurunan harga (capital loss).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Gelora Ginting55 yang terdaftar selaku Investor pada Perusahaan Efek PT. Danareksa Sekuritas. Menurutnya apabila perusahaan efek tempatnya terdaftar

54 Wawancara dengan Bapak Imam Sustiyono selaku Investor pada PT. E-Trading Securities, 23 Mei 2013.

55 Wawancara dengan Bapak Gelora Ginting selaku Investor pada PT. Danareksa Securities, 23 Mei 2012.

80 selaku investor disuspend oleh BEI selama 29 (dua puluh sembilan) hari, maka ia akan merasa dirugikan, karena tidak dapat melakukan perintah jual apabila ternyata efek yang dimilikinya mengalami kenaikan harga, artinya tidak akan mendapatkan capital gain. Tetapi apabila Efek yang dimilikinya sedang turun harganya, ia merasa tidak terlalu rugi, karena termasuk investor yang konservatif yang akan membiarkan efeknya dengan harapan suatu saat nilainya akan naik kembali.

Bapak Endra Kusuma56, yang terdaftar sebagai Investor pada 2 (dua) Perusahaan Efek yaitu PT. Bahana Securities dan PT. E-Trading Securities berpendapat apabila perusahaan efek tempatnya terdaftar selaku investor disuspend oleh BEI selama 29 (dua puluh sembilan) hari, maka ia akan merasa dirugikan, karena tidak dapat melakukan perintah jual ataupun beli selama masa suspensi. Karena berdasarkan pengalamannya selaku Investor, pergerakan harga saham (Efek) sangat dinamis sehingga sangat diperlukan keputusan cepat dan akurat dalam menentukan jual atau beli saham (Efek), artinya apabila perusahaan efek tempatnya terdaftar selaku investor disuspend oleh BEI selama 29 (dua puluh sembilan) hari, maka dirinya akan sangat dirugikan.

56 Wawancara dengan Bapak Endra Kusuma, selaku investor pada PT. Bahana Securities dan PT. E-Trading Securities, 23 Mei 2013.

81 Investor lainnya yang Peneliti wawancara adalah Bapak Firman Wahyudi yang terdaftar di Perusahaan Efek PT. E-Trading Securities dan PT. Trimegah Sekuritas, Menurutnya selama berinvestasi belum pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan dari Perusahaan Efek (PE) yang mewakilinya57. Tetapi apabila Penya di suspen dalam waktu yang cukup lama yaitu 29 (duapuluh sembilan) hari, maka ia akan merasa dirugikan karena tidak dapat melakukan perintah jual maupun beli, begitu pula dana dan efeknya akan tertahan di PE tersebut.

B. Perlindungan Hukum Bagi Investor Apabila Terjadi Kegagalan

Dokumen terkait