• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jarimah itu sebenarnya sangat banyak macam dan ragamnya, akan tetapi, secara garis besar kita dapat membaginya dengan meninjaunya dari beberapa segi. Dari segi berat ringannya hukuman jarimah dapat dibagikepada tiga bagian antara lain:

a. Jarimah Hudud,

b. Jarimah qishah dan diat c. Jarimah Ta‟zir24

a. Jarimah Hudud

Hudud merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab. Hudud adalah bentuk jamak dari “had”. Menurut bahasa ialah menahan (menghukum), sedangkan arti istilahnya adalah sanksi bagi orang yang melanggar hukum dengan dera/dipukul (jilid) atau dilempari dengan batu hingga mati (rajam).25

Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had.

Pengertian hukuman had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh Syara‟ dan yang menjadi hak Allah (hak masyarakat).

Dengan demikian ciri khas jarimah hudud itu adalah sebagai berikut:

(1) Hukumanya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukumannya telah ditentukan oleh syara‟ dan tidak ada batas minimal dan maksimal

24 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2004), h. 17

25 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam (Jakarta: PT. Rineke Cipta. 1993), h. 538-539

(2) Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada hak manusia disampinghak Allah yang lebih menonjol.

Pengertian hak Allah sebagaimana dikemukakan oleh Mahmud Syaltut adalah suatu hak yang manfaatnya kembali kepada masyarakat dan tidak tertentu bagi seseorang.26

Dalam Hubungannya dengan hukuman had maka pengertian hak Allah di sini adalah bahwa hukuman tersebut tidak bias di hapuskan oleh perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau oleh masyarakat yang diwakili oleh Negara.

Ada tujuh macam jarimah hudud antara lain sebagai berikut:

(1) Jarimah Zina (2) Jarimah qazdaf

(3) Jarimah Syurbul Khamar (4) Jarimah pencurian (5) Jarimah hirabah (6) Jarimah riddah

(7) Jarimah Al Bagyu (pemberontakan)

Dalam jarimah zina, syurbul khamar, hirabah, riddah dan pemberontakan yang dilanggar adalah hak Allah semata-mata.

Sedangkan dalam jarimah pencurian dan qazdaf (penuduhan zina)

26 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas… h. 17

yang disinggung hak Allah, juga terdapat hak manusia (individu), akan tetapi hak Allah lebih menonjol.27

b. Jarimah Qishash dan Diat

Jarimah qishash dan diat adalah jarimah yang diancam diancam dengan hukuman qishash atau diat. Baik qishash maupun diat kedua-duannya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara‟. Perbedaannya dengan hukuman had adalah bahwa hukuman had adalah hukuman had merupakan hak Allah (hak masyarakat), sedangkan qishash dan diat merupakan hak manusia (hak individu). Disamping itu, perbedaan yang laim adalah karena hukuman qishash dan diat merupakan hak manusia maka hukuman tersebutbisa dimaafkan atau digugurkan oleh korban atau keluargannya, sedangkan hukuman had tidak bias dimaafkan atau digugurkan.28

Pengertian Qishas adalah memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan persis seperti apa yang dilakukan korban.29 Hukuman qishas ini merupakan hukuman yang paling adil seperti perbuatan yang sudah dilakukan. Sebagaimana yang dijelaskan didalam Al-Qur‟an Surah al-Baqarah ayat 178-179:

27 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. x

28 Ahmad Wardi Muclish, Hukum Pidana Islam… h. xi

29 Ahmad Wardi Muclish, Hukum Pidana Islam… h. 154

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”30

Sedangkan diat adalah hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan menyerupai sengaja dan tidak sengaja (khatha‟).31 Sebagaimana yang dijelaskan didalam An Nisa‟ 92 sebagai berikut:

 (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”32

30 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan dengan Transliterasi Arab Latin, (Bandung, CV Gemah Risalah Press Bandung, 2007) h. 52-53

31 Ahmad Wardi Muclish, Pengantar dan Asas… h. 155

32 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan,,, h. 172

Dengan demikian maka ciri khas dari jarimah qishash dan diat itu adalah:

a. Hukumannya sudah tertentu dan terbatas, dalam arti sudah ditentukan oleh syara‟ dan tidak ada batas minimal dan maksimal

b. Hukuman tersebut merupakan hak perseorangan (individu), dalam arti bahwa korban atau keluarganya berhak memberikan pengampunan terhadap pelaku.

Jarimah qishash dan diat ini hanyaada dua macam, yaitu pembunuhan dan penganiayaan. Namu apabilah diperluas maka ada lima macam, yaitu:

(1) Pembunuhan Sengaja

(2) Pembunuhan Menyerupai Sengaja (3) Pembunuhan Karena Kesalahan (4) Penganiayaan Sengaja

(5) Penganiayaan tidak sengaja.33 2) Konsep Jarimah Ta’zir

a. Pengertian

Jarimah ta‟zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta‟zir.

Pengertian ta‟zir menurut bahasa ialah ta‟dib atau memberi pelajaran.

Ta‟zir. Juga diartikan Ar Rad wa Al Man’u, artinya menolak dan mencegah.34 Akan tetapi menurut istilah, sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili pengertiannya adalah sebagai berikut.

ةراّفك لا و اهيف ّدح لا ةيانج وأ ةيصعم ىلع ةعورشلما ةبوقعلا :اعْرش وه و

33 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas… h. 19

34 Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia (Yogyakarta: Teras. 2009), h. 177

Ta’zir menurut syara’ adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat atau jinayah yang tidak dikenakan hukum had dan tidak pula kafarat”35

Dari definisi yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa ta‟zir adalah suatu istilah untuk hukuman atas jarimah-jarimah yang hukumannya ditetapkan oleh syara‟. Dikalangan fuqoha, jarimah-jarimah yang hukumnya belum ditetapkan oleh syara‟ dinamakan jarimah ta‟zir.

Jadi, istilah ta‟zir bias digunakan untuk hukuman dan bisa juga jarimah (tindak pidana).36 Secara ringkas dapat dikatakan bahwa hukuman ta‟zir itu adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara‟, melainkan diserahkan kepada ulil amri, baik penentuannya maupun pelaksanaanya.37

Dari definisi tersebut, juga dapat dipahami bahwa jarimah ta‟zir terdiri atas perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had dan tidak pula kifarat.38 Dalam menentukan hukuman tersebut, penguasa hanya menetapkan hukuman secara global saja. Artinya pembuatan undang-undang tidak menetapkan hukuman untuk masing-masing jarimah ta‟zir, melainkan hanya menetapkan sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringannya sampai yang seberat-beratnya.

Dengan demikian ciri khas dari jarimah ta‟zir itu adalah sebagai berikut:

35 Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989), h. 197.

36 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam… h. 249

37 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 19

38 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 249

(1) Hukumannya tidak tertentu dan tidakterbatas. Artinya hukuman tersebut belum ditentukan oleh syara‟ da nada batas maksimal.

(2) Penentuan hukuman adalah hak penguasa.39

Berbeda dengan jarimah hudud dan qishash maka rimah ta‟zir tidak ditentukan banyaknya. Hal ini oleh karena yang termaksud jarimah ta‟zir ini adalah setiap perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had dan qishash, yang jumlahnya sangat banyak.

b. Dasar Hukum Jarimah Ta’zir

Secara jelas bahwa semua urusan hidup adalah harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt. Asas legalitas dianut oleh Islam. Pada jarimah ta‟zir al-Qur‟an dan al-Hadits tidak menerapkan secara terperinci, baik dari segi bentuk jarimah maupun hukumannya.40 Menurut Syarbini al-Khatib, bahwa ayat al-Qur‟an yang dijadikan landasan adanya jarimah ta‟zir adalah Qur‟an surat al-Fath ayat 8-9:41

Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan)8) Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang(9)”42

39 Ahmad wardi Muslich, Pengantar dan Asas… h. 19-20

40 Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia (Yogyakarta: Teras. 2009), h. 182

41 Makhrus Munajat, Hukum Pidana di Indonesia… h. 182.

42 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah,,, h. 1030-1031

c. Macam – macam Jarimah Ta’zir

Dalam uraian yang lalu telah dijelaskan bahwa dilihat dari hak yang dilanggar, jarimah ta‟zir dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu:

1. Jarimah ta‟zir yang menyinggung hak Allah 2. Jarimah ta‟zir yang menyinggung hak individu

Dari segi sifatnya, jarimah ta‟zir dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu:

a) Ta‟zir karena melakukan perbuatan maksiat

b) Ta‟zir karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan umum

c) Ta‟zir karena melakukan pelanggaran

Di samping itu, dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya), ta‟zir juga dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

1) Jarimah ta‟zir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud atau qishash, tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat, seperti pencurian yang tidak mencapai nishab, atau oleh keluarga sendiri.

2) Jarimah ta‟zir yang sejenisnya disebutkan dalam nash syara‟ tetapi hukumannya belum ditetapkan, seperti riba‟, suap, dan mengurangi takaran dan timbangan

3) Jarimah ta‟zir yang baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan oleh syara‟ .

Jenis ketiga ini sebenarnya diserahkan kepada ulil amri, seperti pelanggaran disiplin pegawai pemerintah.43

Abdul Aziz Amir membagi jarima ta‟zir secara rinci kepada beberapa bagian, yaitu:

Dokumen terkait