• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Metode Penelitian

5. Macam-Macam Jual Beli

a. Pembagian Jual Beli Ditinjau dari Objeknya Pembagian jual beli dari objeknya adalah:

1. Bai‟ Al-Mutlaq adalah tukar-menukar suatu benda dengan mata uang, misal seperti dirham, rupiahn atau dollar.

2. Bai‟ As-Salam atau salaf adalah tukar menukar atau menjual barang yang penyerahannya ditunda dengan pembayaran modal terlebih dahulu.

3. Bai‟as-sharf adalah tukar-menukar tsaman dengan tsaman lainnya. Misalnya mata uang dengan mata uang, emas dengan emas atau perak dengan perak, bentuk jual beli ini memiliki syarat diantaranya adalah:

52 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 232.

a. Saling serah terima sebelum berpisah badan antara kedua belah pihak.

b. Sama jenisnya barang yang dipertukarkan. c. Tidak terdapat khiyar syarat didalamnya. d. Penyerahan barangnya tidak ditunda.

4. Bai‟ al-muqayadhah (barter) adalah tukar menukar harta dengan harta selain emas dan perak. Jual beli ini disyaratkan haus sama dalam jumlah dan kadarnya. Missal tkar menukar kurma dan gandum.53

b. Pembagian Jual Beli Ditinjau dari Subjeknya Pembagian jual beli dari subjeknya adalah: 1. Dengan lisan

2. Dengan perantara yaitu penyampaian akad jual beli melalui wakala (utusan), perantara, tulisan, atau surat menyurat sama halnya dengan ucapan. Penjual dan pembeli tidakberhadapan dalam satu majelis akad.

3. Dengan perbuatan (saling memberikan atau mu‟athah) yaitu menganbil dan memberikan barang tanpa ijab qabul secara lisan. Contoh saat membeli di swalayan pembeli mengambil barang yang sudah dituliskan labelnya oleh penjual dan membayar di kasir. Sebagian ulama Syafi‟iyah melarang adanya jual beli ini karena tanpa ijab qabul, namun sebagian ulama Syafi‟iyah lainnya seperti

53

imam an-nawawi membolehkan jual beli ini dalam kehidupan sehari-hari.54

c. Pembagian Jual Beli Ditinjau dari Hukumnya Pembagian jual beli menurut hukumnya di antaranya:

1. Bai‟ al-Mun‟aqid lawannya bai‟ al-bathil, yaitu jual beli disyariat-kan (diperbolehdisyariat-kan oleh syara‟)

2. Bai‟ as-shahih lawannya bai‟ al-fasid, yaitu jual beli yang terpenuhi syarat sahnya.

3. Bai‟ an-nafidz lawannya bai‟ al-mauquf, yaitu jual beli shahihyang dilakukan oleh orang yang cakap melaksanakannyaseperti baligh dan berakal.

4. Bai‟ al-lazim lawannya bai‟ ghair al-lazim, yaitu jul beli shahih yang sempurna dan tidak ada hak khiyar di dalamnya. Jual beli ini disebut juga dengan bai‟ al-jaiz.55

d. Pembagian Jual Beli Ditinjau dari Penetapan Harga Pembagian jual beli dari penetapan harga, yaitu:

1. Jual beli musawamah (tawar menawar), yaitu jual beli biasa ketika penjual tidak member tahukan harga pokok dan keuntungan yang didapatnya.

2. Jual beli amanah, yaitu jual beli dimana penjual member tahukan modal jualnya, (harga perolehan barang).56 Jual beli amanah dibagi menjadi lima yaitu:

54

Ibid., h. 202.

1) Jual beli murabahah, yaitu jual beli ketika penjual menyebutkan harga pembelian barang (termasuk biaya perolehan) dan keuntungan yang diinginka, dapat berarti juga jual beli dengan harga pokok dengan tambahan keuntungan yang diketahui atau menurut istilah adalah jual beli barang harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati.

2) Jual beli muwadha‟ah (discount), yaitu jual beli dengan harga dibawah modal dengan jumlah kerugian yang diketahui, untuk penjualan barang atau aktiva yang nilai bukunya sudah sangat rendah.

3) Jual beli tauliyah, yaitu jual beli dengan harga modal tanpa keuntungan dan kerugian.

4) Jual beli dengan harga tangguh, Bai‟ bitsaman ajil, yaitu jual beli dengan penetapan hargayang akan akan dibayar kemudian. Harga tangguh ini boleh lebih tinggi dari harga tunai dan bias dicicil (contoh pada cara menetapkan harga, bukan pada cara pembayaran).

5) Jual beli muzayadah (lelang), yaitu jual beli dengan penawaran dari penjual dan para pembeli berlomba menawar, lalu penawar tertinggi terpilih sebagai pembeli. Kebalikannya, disebut jual belimunaqadhah, yaitu jual beli dengan penawaran pembeli untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu dan para

penjual berlomba menawarkan dagangannya, kemudian pembeli akan membeli akan membeli dari penjual yang menawarkan harga termurah.

e. Pembagian Jual Beli Ditinjau dari Cara Pembayaran jual beli dari cara pembayarannya dibagi tiga, yaitu:

1. Jual beli tunai dengan penyerahan barang dan pembayaran langsung.

2. Jual beli dengan pembayaran tertunda, bai‟muajjal, yaitu jual beli dengan penyerahan barang secara langsung, tetapi pembayaran dilakukan kemudian dan bias dicicil

3. Jual beli dengan penyerahan barang tertunda, meliputi:

a. Bai‟ as-salam, yaitu jual beli ketika pembeli membayar tunai dimuka atas barang yang dipesan (biasanya produk pertanian) dengan spesifikasinya yang akan diserahkan kemudian.

b. Bai‟al-istisna, yaitu jual beli dimana pembeli membayar tunai atau bertahap atas barang yang dipesan (biasanya produk manufaktur) dengan spesifikasinya yang harus diproduksi dan diserahkan kemudian. Jual beli jenis ini biasanya digunakan oleh perusahaan untuk meproduksi barang atau komoditas tertentu untuk pembeli/pemesan, kemudian harga telah disepakati dan barang harus memiliki spesifikasi yang telah disepakati bersama.57

f. Pembagian Jual Beli Dilihat dari Sifatnya

Berdasarkan sifatnya jual beli terbagi menjadi dua bagian: 1. Jual beli yang shahih

Jual beli shahih ialah apabila obyeknya tidak ada hubungannya dengan hak orang lain selain aqid maka hukumnya nafidz. Artinya, bisa dilangsungkan dengan melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu penjual dan pembeli. Apabila obyek jual belinya ada kaitan dengan hak orang lain maka hukumnya mauquf, yakni ditangguhkan menunggu persetujuan pihak terkait.

2. Jual beli ghoir shahih

Jual beli ghoir shahih adalah jual beli yang syarat dan rukunnya tidak dipenuhi sama sekali, ataupun rukunnya terpenuhi tetapi sifat atau syaratnya tidak terpenuhi. Seperti jual beli yang dilakukan oleh orang yang memiliki ahliyatul ada‟ kamilah (sempurna) tetapi barang yang dijual masih belum jelas.58

Dokumen terkait