• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam-Macam Kejadian Bencana Di Indonesia

BAB 2 KONSEP PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN DESTINASI PARIWISATA

2.5 Konsep Pengelolaan Resiko Bencana Di Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia

2.5.1 Macam-Macam Kejadian Bencana Di Indonesia

Menurut World Confederation for Physical Therapy, terdapat empat jenis bencana yaitu:

a. Bencana Alam, yang tergolong di dalamnya adalah banjir, gempa bumi, dan gunung meletus b. Keadaan Genting Lingkungan, meliputi kejadian yang berhubungan dengan aspek tekonologi

atau industri, pada umumnya melibatkan kegiatan produksi, hingga kebakaran hutan yang disebabkan oleh kelalaian manusia

c. Keaadaan Genting Kompleks, meliputi terganggunya sebuah susunan wewenang, penjarahan, dan serangan seperti pada kondisi konflik atau suatu peperangan

d. Keadaan Genting Pandemik, mencakup pada serangan suatu wabah penyakit yang tiba-tiba mempengaruhi kesehatan sehingga mengganggu proses produksi barang dan jasa yang memberikan dampak biaya secara social maupun ekonomi.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Nasional Penangulangan Bencana, maka dalam tabel 9 dapat dilihat indeks resiko bencana di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas.

Tabel 9 Skor Indeks Resiko Bencana 10 Destinasi Pariwisata Prioritas

No Destinasi Pariwisata Prioritas Kabupaten / Kota Skor Kelas Resiko

1 Danau Toba Toba Samosir 107 Sedang

2 Tanjung Kelayang Belitung 164 Tinggi

3 Kepulauan Seribu Kepulauan Seribu 65 Sedang

4 Tanjung Lesung Pandeglang 219 Tinggi

5 Borobudur Magelang 143 Sedang

6 Bromo Probolinggo 195 Tinggi

7 Mandalika Lombok Tengah 168 Tinggi

8 Labuan Bajo Manggarai Barat 168 Tinggi

9 Wakatobi Wakatobi 136 Sedang

10 Morotai Maluku Utara 166 Tinggi

Sumber: IRBI BNPB (2013)

Gambar 14 Peta Indeks Risiko Bencana Indonesia

32

2.5.1.A. Bencana Alam

Indonesia dikelilingi oleh lempeng India-Australia yang bergerak ke arah timur laut dan lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat. Lempeng tektonik India-Australia bergerak ke arah timur laut terhadap lempeng Eurasia dengan kecepatan sekitar 50-60 mm/tahun (walaupun terlihat pelan, sebenarnya sangat cepat secara umur geologi). Pergerakan ini membentuk daerah subduksi di palung Sunda (Sunda Trench) yang memanjang di sepanjang pantai barat pulau Sumatra melewati pantai Selatan pulau Jawa hingga menuju Laut Sulawesi. Daerah ini dikenal dengan tempat terjadinya gempa-gempa dengan kekuatan besar, seperti gempa Aceh, gempa Padang, gempa Pangandaran, gempa Jogja, dan gempa Mentawai. Daerah ini juga merupakan jalur pegunungan berapi.

Di sisi lain, ada pergerakan aktif dari lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat terhadap lempeng Eurasia dengan kecepatan sekitar 100 mm/tahun, sangat cepat. Pergerakan ini membentuk beberapa daerah subduksi di Indonesia bagian timur dan merupakan tempat terjadinya gempa-gempa besar di Indonesia bagian timur. Seperti layaknya gelang karet yang ditarik dan dilepaskan secara tiba-tiba, pergerakan aktif dalam bentuk pertemuan dan tumbukan lempeng-lempeng aktif yang mengelilingi Indonesia inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki banyak daerah yang berpotensi sebagai daerah dengan risiko besar terhadap bencana alam, seperti gempa bumi tektonik dan gempa bumi vulkanik yang terjadi karena aktivitas meletusnya gunung api.

Gambar 15 Peta Resiko Bencana Alam Indonesia

Sumber: UN OCHA (2011)

33 a. Bencana gempa bumi

b. Bencana gunung meletus c. Bencana tanah longsor d. Bencana banjir e. Bencana tsunami f. Bencana puting beliung g. Cuaca ekstrim

h. Gelombang ekstrim

Untuk wilayah Indonesia, dampak negatif gempa ini menjadi lebih besar karena diperburuk oleh pembangunan sarana dan prasarana (rumah, gedung sekolah, gedung pemerintah dan bangunan bertingkat lainnya) yang tidak sesuai dengan syarat pembangunan sarana dan prasarana di daerah gempa. Di daerah-daerah dengan kemungkinan besar terjadinya gempa bumi dengan kekuatan yang besar, dengan alasan untuk terlihat modern, banyak rumah yang masih dibangun dengan menggunakan campuran pasir dan semen saja, tanpa rangka yang kuat.

Gedung-gedung bertingkat juga dibangun dengan tidak memperhitungkan bahaya bila gempa besar terjadi. Selain itu, ada permasalahan tata kota yang belum bersahabat dengan bahaya yang bisa ditimbulkan oleh gempa. Misalnya, tidak adanya daerah-daerah evakuasi bila gempa bumi terjadi akan berkontribusi pada semakin besarnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh gempa bumi dengan kekuatan besar. Padahal, pembangunan sarana dan prasarana serta penataan kota-kota di Indonesia yang memenuhi syarat bagi daerah-daerah rawan gempa akan mampu mengurangi jumlah kematian, kerusakan rumah maupun bangunan bertingkat, serta jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembangunan dan penataan kembali setelah terjadinya gempa.

2.5.1.B Bencana Genting Lingkungan

Bencana genting lingkungan, dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Kebakaran hutan

Merupakan salah satu poin yang menjadi kelemahan daya saing pariwisata Indonesia. Kasus kebakaran hutan yang rutin terjadi di Indonesia memberikan dampak buruk selain kepada lingkungan, kesehatan masyarakat, kabut asap yang membuat penerbangan terganggu, dan simpati dunia yang berkurang terhadap Indonesia.

b. Kebocoran limbah

Kebocoran limbah atau pencemaran laut akan mempengaruhi kualitas produk pariwisata, misalnya saja di pencemaran laut di Jakarta Utara yang menyebabkan perairan di Jakarta Utara tidak jernih dan bau. Hal ini selain mempengaruhi kualitas lingkungan, juga akan mempengaruhi kualitas pariwisata, sehingga wisatawan menjadi terganggu.

34 c. Coral Bleaching karena Penggunaan Potasium oleh Nelayan

Keindahan alam di Indonesia terkenal karena potensi laut tropis yang menjadi rumah bagi ikan-ikan tropis. Rumah ikan-ikan adalah coral-coral yang ada di perairan dangkal. Perilaku nelayan yang menggunakan potassium tidak saja mematikan untuk ikan buruan, tetapi juga coral-coral yang ada di kawasan tersebut. Belum lagi sebarannya, yang menyebabkan kawasan coral bleaching yang meluas. Kejadian ini merusak lingkungan sekaligus merugikan untuk penyelenggaraan kepariwisataan karena keindahannya berkurang.

2.5.1.C Perubahan Iklim

Mengingat bahwa Indonesia merupakan negeri kepulauan yang memiliki banyak pulau-pulau kecil, resiko kenaikan permukaan laut mempengaruhi keputusan pembangunan di Indonesia. Baik dari segi desain maupun penetapan rencana perlu mempertimbangkan persoalan perubahan iklim di kawasan pariwisata di Indonesia apabila tidak mau mengalami kerugian pada property yang dibangun. Beberapa bencana yang dapat terjadi akibat perubahan iklim diantaranya

a. Abrasi

Kondisi pengikisan pantai karena air laut. Menyebabkan penyempitan lahan pada daerah pantai di Indonesia.

b. Tenggelamnya pulau-pulau kecil

Properti pinggir pantai akan mengalami ancaman apabila terjadi peningkatan permukaan laut. c. Suhu yang meningkat

Suhu yang terlalu panas menyebabkan orang malas untuk beraktivitas di luar ruangan. Bahkan peristiwa suhu ekstrim yang terjadi di India menyebabkan ratusan orang menjadi korban.

d. Badai Tropis

Badai yang terjadi di perairan Indonesia akan meningkatkan resiko kecelakaan bagi wisatawan yang menggunakan yacht atau sekedar bermain di pantai-pantai pulau kecil yang ada di Indonesia.

e. Kekeringan

Bencana kekeringan yang menimpa di Indonesia menyebabkan tanaman menjadi mati dan kegagalan panen. Ketersediaan air bersih masih menjadi permasalahan di Indonesia, terutama di pulau-pulau kecil.

2.5.1.D Ancaman Konflik Terorisme

Kejadian terorisme sempat memberikan luka untuk kepariwisataan di Indonesia. Kejadian terorisme seringkali disertai dengan travel warning dari negara asal wisatawan untuk tidak berkunjung ke Indonesia. Beberapa peristiwa konflik yang tergolong pada force majeure adalah:

a. Demonstrasi yang menyebabkan kegiatan perekonomian terhenti b. Konflik antar suku

c. Konflik antar agama d. Konflik antar golongan

35 Dalam tabel 10 dapat dilihat kejadian terorisme yang terjadi di Indonesia beserta lokasinya.

Tabel 10 Kejadian Konflik Terorisme di Indonesia

No Tahun Kejadian Lokasi

1 1981 Teroris menyamar sebagai penumpang dan membajak pesawat DC-9 Woyla milik maskapai Garuda Indonesia pada 28 Maret 2081. Teroris bersenjata senapan mesin, granat dan mengaku sebagai Komando Jihad.

Peawat Garuda 2 2000 Bom meledak di lantai parker P2 gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ), pada 13 September 2000.

Sebanyak 10 orang tewas, 90 lainnya luka-luka dan 104 mobil rusak berat.

Jakarta 3 2000 Serangkaian ledakan pada malan Natal, 24 Desember 2000 di beberapa kota Indonesia. Sebanyak

16 orang tewas.

4 2001 Bom meledak di Gereja Santa Anna dan HKBP kawasan Kalimalang, Jakarta Timur pada 22 Juli 2001. Korban 5 orang tewas.

Jakarta 5 2001 Bom meledak di Plaza Atrium, Senen, Jakarta pada 23 September 2001. Korban 6 orang

luka-luka

Jakarta 6 2002 Dua ledakan bom terjadi di Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Secara

bersamaan bom juga meledak di Konsulat Amerika Serikat. Aksi tersebut kemudian dikenal sebagai Bom Bali I yang menewaskan 202 orang dan melukai ratusan orang lainnya. Korban sebagian besar warga negara asing.

Bali

7 2003 Ledakan dahsyat mengguncang hotel JW Marriott Jakarta pada 5 Agustus 2003. Sebanyak 11 orang tewas dan 152 lainnya luka-luka.

Jakarta 8 2004 Ledakan bom yang disimpan di dalam sebuah mobil box menghancurkan sebagian kantor

Kedubes Australia di Jakarta pada 9 September 2004. Korban 5 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Jakarta

9 2005 Bom meledak di pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah pada 28 Mei 2005. Aksi tersebut menewaskan sedikitnya 20 orang.

Poso 10 2005 Bom kembali meledak di Bali pada 5 Oktober 2005. Terjadi di kawasan Kuta dan Jimbaran yang

mengakibatkan korban 22 orang tewas. Aksi tersebut kemudian dikenal dengan Bom Bali II.

Bali 11 2009 Dua ledakan bom mengguncang hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta pada 17 Juli 2009.

Ledakan menewaskan 9 orang dan melukai lebih dari 50 orang. Dikenal sebagai Bom Mega Kuningan 2009.

Jakarta

12 2010 Terjadi sejumlah penembakan warga sipil di Aceh. Jaringan teroris pimpinan Abu Tholud melakukan pelatihan militer di pegunungan Janto Aceh Besar.

Aceh 13 2010 Terjadi perampokan bank CIMB Niaga Medan pada September 2010, pelaku adalah kelompok

jaringan Medan.

Medan 14 2011 Ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta Cirebon pada 11 April 2011. Bom menewaskan

M. Syarif pelaku bom bunuh diri dan melukai 25 orang lainnya termasuk Kapolresta Cirebon.

Cirebon 15 2011 Bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Jawa Tengah

menewaskan pelaku Ahmad Hayat dan melukai 22 orang lainnya.

Solo 16 2012 Pelemparan granat dan penembakan terjadi di sejumlah pos polisi pengamanan Lebaran di solo

pada 17, 19 dan 30 September 2012. Korban 1 polisi tewas dan dua polisi luka-luka. Pelaku teror adalah kelompok Farhan.

Solo

17 2012 Pada 31 September 2012 malam penyergapan dilakukan di Jalan Veteran menewaskan teroris Muchsin dan Farhan. Dalam penyergapan itu satu anggota Densus 88 Polri tewas.

Jakarta 18 2012 Tiga anggota Brimob Polda Sulteng ditembak kelompok bersenjata di kawasan Tambarana, Poso

pada 20 Desember 2012. Sebelumnya pada Oktober 2012 dua anggota Polres Poso ditemukan tewas dibunuh di hutan Tamanjeka, Poso.

Poso

19 2013 Polisi melakukan serangkaian penangkapan teroris, mulai dari Jakarta, Depok, Bandung, Kendal dan Kebumen. Kelompok yang berhasil dibongkar jaringannya adalah kelompok Thoriq, Farhan, Hasmi, Abu Roban (Mujahidin Indonesia Barat) serta sejumlah perampokan bank dan toko emas di berbagai tempat di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah yang terkait juga kelompok Santoso (Mujahidin Indonesia Timur) di Poso. Sejumlah teroris tewas dan berhasil ditahan.

Jakarta

20 2013 Polisi berhasil menembak mati 7 teroris dan menangkap13 teroris lainnya dalam penyergapan di Jakarta, Bandung, Kendal dan Kebumen yang berlangsung selama dua hari tanggal 8-9 Mei 2013.

Jakarta 21 2013 Polisi melakukan penyergapan yang menewaskan 6 teroris kelompok Dayat di Ciputat, Tangerang

Selatan, Banten pada 31 Desember 2013

Jakarta 22 2016 Bom dan baku tembak terjadi di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Menewaskan 7 orang, 5

diantaranya pelaku teroris.

36

2.5.1.E Peristiwa Ekonomi

Beberapa peristiwa ekonomi yang tergolong pada force majeure adalah: a. Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi menyebabkan terhambatnya pertukaran barang dan jasa sehingga mengganggu kegiatan perekonomian yang berkaitan dengan konsumsi barang-barang impor untuk kegiatan pariwisata, atau bahan baku yang menjadi mahal untuk kegiatan pembangunan kawasan pariwisata. b. Pemogokan kerja

c. Pelemahan Nilai Tukar Mata Uang yang ekstrim

Lembaga asuransi dapat menjadi alternatif terbaik bagi kontraktor ditunjang pula pada saat ini telah ada asuransi CAR ( Contractor’s All Risk ) yang lahir berawal dari kebutuhan para kontraktor untuk memperoleh perlindungan selama pekerjaan proyek. Dengan adanya produk asuransi CAR ini maka resiko-resiko yang terjadi baik resiko yang terjadi karena kelalaian maupun resiko yang terjadi akibat terjadinya suatu peristiwa yang merugikan yang disebut sebagai keadaan darurat. Karena walaupun keadaan darurat dapat membebaskan ataupun menangguhkan kewajiban kontraktor dalam menyelesaikan tugasnya maupun membayar ganti rugi kepada sang klien namun tetap saja resiko yang terjadi akibat suatu keadaan memaksa telah merugikan kontraktor baik itu biaya, waktu, ataupun tenaga.

Selain itu dengan adanya himbauan dari GAPENSI (Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia) yang mengharuskan para anggotanya untuk mengasuransikan proyeknya, sehubungan dengan ada aturan bahwa setiap proyek yang sudah diselesaikan harus dijamin oleh kontraktor selama 10 tahun, oleh karena itu penggunaan asuransi di bidang konstruksi sangat diperlukan. Di lain pihak Pemerintah juga peduli akan hal ini oleh karena itu dituangkan dalam UU no.18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi mengenai penjaminan ini namun dalam pengaturannya resiko yang terjadi akibat keadaan darurat tidak diwajibkan kepada kontraktor ditambah kenyataan di lapangan bahwa masih ada kontraktor yang tidak mengasuransikan proyeknya karena beranggapan bahwa dengan adanya asuransi maka keuntungan yang didapat akan berkurang.

2.5.1.F Bencana Pandemik

Indonesia berada dalam iklim tropis, sehingga ada beberapa penyakit tropis yang mungkin terjadi di Indonesia. World Health Organization mengeluarkan 17 penyakit tropis yang kasusnya sering ditemukan di Indonesia, yaitu; dengue, rabies, trakom, buruli ulcer, treponematoses, lepra, penyakit changas, human African trypanosomiasis, leishmaniasis, cysticercosis, dracunculiasis, echinococcosis, infeksi trematode lewat makanan, lymphatic filiariasis (kaki gajah), onchocerciasis, Schistosomiasis, dan cacing perut. Beberapa bencana pandemic yang memiliki potensi terjadi di Indonesia dan dapat mengganggu kegiatan pariwisata, diantaranya adalah:

a. Malaria

Sebanyak 424 kabupaten dari 576 kabupaten di Indonesia merupakan daerah endemis malaria. Kasus penyakit malaria termasuk dalam tanggungan asuransi. Dalam gambar 16 dapat dilihat sebaran kasus klinis malaria kebanyakan terjadi di daerah Indonesia Timur. Dalam konteks Destinasi Pariwisata Prioritas, maka daerah Morotai dan Labuan Bajo berada dalam daerah rawan Malaria.

37 Gambar 16 Peta Sebaran Kasus Klinis Malaria di Indonesia

b. Demam Berdarah

Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita.. Tentunya hal ini perlu ditangani secara serius. Dalam gambar 17 dapat dilihat bahwa Destinasi Pariwisata Prioritas Tanjung Lesung masih berada dalam kawasan resiko tinggi kasus Demam Berdarah. Sementara Danau Toba, Borobudur, Bromo, Tanjung Kelayang, Wakatobi, Morotai berada dalam resiko sedang.

Gambar 17 Peta Sebaran Kasus Klinis Demam Berdarah di Indonesia

38 c. Avian Influenza

Pada tahun 2005, kasus flu burung membuat minat wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia menjadi menurun. Pulau-pulau di Indonesia yang endemis AI diantaranya Jawa, Sumatra, Bali, Sulawesi dan Kalimantan (FAO 2011).

d. Middle East Respiratory Sindrome

Wabah mers yang terjadi di Korea Selatan, mempengaruhi pariwisata di Indonesia. Wisatawan menghindari untuk berkunjung ke Asia, termasuk ke Indonesia.

Satu kejadian bencana dapat berdampak pada kejadian yang lain, yang menyebabkan iklim industri pariwisata tidak tumbuh berkembang dengan sehat. Kejadian force majeur dapat dilakukan pencegahan untuk mengurangi resikonya, dan apabila kejadian bencana terjadi, maka dapat ditanggulangi dengan professional.

2.5.2 Tindakan Pencegahan dan Penanggulanan Bencana di kawasan pariwisata

Dokumen terkait